Dendam Winarsih

Hantu Nggak



Hantu Nggak

0"Allah akbar, kamu kenapa kejutin aku hahh!" seru Dino yang benar-benar terkejut karena kelakuan Ian yang mengejutkan dirinya.     

"Baiklah, kalau begitu, kamu lihat apa hmm?" tanya Ian yang bingung dengan apa yang Dino lihat.     

Ian yang penasaran ikut melihat ke arah luar dan tidak ada apapun di depan rumah, hanya kilat saja yang terlihat dan benar mau hujan pikirnya lagi.     

"Lihat lah, yang kamu lihat itu petir, apa kamu ingin menikmati petir ya, sejak kapan kamu menyukai petir hmm?" tanya Ian yang memandang ke arah Dino penuh selidik.     

"Aku tidak pandang petir, ada orang di depan sana, aku lihat tadi dan entah kenapa dia memandang tajam ke arah aku, aku pikir orang salah alamat atau mata aku yang salah," ucap Dino yang menjelaskan apa yang terjadi.     

Paijo yang melihat kedua sahabatnya bertengkar geleng kepala dan dia bangun untuk mengetahui apa yang terjadi.     

"Baiklah, kalian ini ada apa? Satu sosok satu petir, yang benar apa?" tanya Paijo kepada keduanya.     

"Petir/ sosok!" seru mereka berdua secara bersamaan.     

Dino dan Ian saling pandang satu sama lain, Paijo yang di tengah menyerngitkan kening melihat keduanya yang sama-sama mengutarakan apa yang mereka pikirkan.     

"Hahhh, baiklah petir dan sosok itu di mana?" tanya Paijo yang melihat keduanya menunjukkan ke arah luar.     

Mang Jupri dan Mang Dadang juga pak ustad ikut bangun dan melihat ada apa dengan keduanya. Paimin dan Toni yang melihat keduanya yang saling tidak ada yang mau mengalah hanya menatap ke arah jendela geleng kepala.     

Paimin akhirnya melihat ke jendela dan tidak ada hanya petir yang berkilat dan terdengar juga suara yang sangat khas dan membuat Paimin terkejut. Namun, saat dia mau menutup gorden seseorang dengan wajah menyeramkan muncul di depan kaca.     

"Wuahhhh, akhhhhh, setan ada setan!" seru Paijo dengan suara yang kencang dan tentu membuat dia kabur dan sembunyi di belakang Paimin.     

Paimin yang sedang minum tersedak karena Paijo yang langsung lompat ke belakangnya. Toni langsung mendekati Paimin, dia takut jika ada yang datang.     

Dino dan Ian saling pandang, mang Jupri, mang Dadang dan pak ustad ikut terkejut melihat Paijo yang lari tunggang langgang dan sembunyi.     

"Ada apa dengan dia? Kenapa dia seperti itu, apa yang kamu lihat Paijo?" tanya mang Jupri ke Paijo.     

"Paijo, kamu dengar tidak?" tanya mang Dadang yang sedikit teriak ke Paijo.     

Dino yang penasaran langsung melihat ke arah jendela dan tidak ada, dia malah melihat hal yang sama seperti tadi dan seseorang yang tidak jelas wajahnya.     

"Di-dia muncul lagi, lihatlah itu," ucap Dino yang mundur dari jendela.     

Ian yang melihat ke arah Dino yang mundur ikut mundur, Dino nggak mungkin salah, dia tidak akan bohong pada dirinya.     

Pak ustad yang penasaran langsung melihat ke arah jendela dan dia menyibak gorden dan melihat ke luar jendela. Pak ustad memicingkan matanya, siapa tahu dia tidak fokus, tapi tidak ada siapapun.     

"Tidak ada sama sekali, apa yang kamu lihat tadi Dino, Paijo?" tanya pak ustad yang dua kali lihat ke jendela.     

"Kan saya kasih tahu, ada seseorang di sana, tapi kalian katakan petir, kalau petir aku tahu, tapi itu tidak mungkin kan petir," kesal Dino yang dari tadi tanya itu terus.     

"Oh ya, apa jangan-jangan hantu nggak, hantu mati penasaran kali," ucap Toni yang asal saja membuat yang lain saling pandang satu sama lain.     

"Eh, kamu biar betul, kamu ini jangan main-main lah, aku tidak bercanda, mana ada hantu," ucap Ian yang mundur dan duduk di sebelah Paijo.     

"Mbak mas Dino hantu kan, kenapa nggak mungkin, bisa saja kan mereka hantu, jadi aku benar kan?" tanya Toni kepada Ian.     

Ian mengangukkan kepala dan memandang ke arah dua mamang dan pak ustad. Mereka tidak menyangka kalau mereka akan ketemu hantu lain.     

"Tapi siapa? Bram saja masih hidup dan apa Diman?" tanya Ian ke Toni yang di tanggapi gelengan kepala oleh Toni.     

"Ian sudah, kamu ini, sudah malam ini, jangan mengatakan hal aneh, pak ustad lihat tidak di luar?" tanya mang Jupri ke pak ustad dan tentu saja pak ustad geleng kepala.     

Dino mengangga melihat apa yang di katakan oleh pak ustad mana mungkin pak ustad tidak lihat pikirnya.     

"Ti-tidak mungkin pak ustad, aku yakin itu di, tidak mungkin yang lain, aku yakin itu," ucap Dino yang tidak percaya jika pak ustad tidak lihat.     

Dino perlahan berjalan ke arah tempat pak ustad dan dua mamang berada, dia juga tidak percaya sama sekali tidak percaya sama sekali karena itu benar.     

Dino dan pak ustad sama-sama lihat dan saat melihat Dino mengangga, karena dia tidak melihatnya sama sekali.     

"Tidak ada pak, kemana dia?" tanya Dino yang bingung kenapa tidak ada sama sekali.     

"Kan saya juga bilang apa, tidak ada hantu, mungkin orang lewat dan mau nanya alamat orang," jawab pak ustad ke Dino.     

"Pak, lihat itu jam, apa ada orang jam segitu nanya alamat, kan mustahil pak, itu tidak mungkin pak," ucap Dino yang menunjukkan ke arah jam di dinding.     

Pak ustad duduk kembali dan menatap ke arah jam dan TV bersamaan. Dino juga ikut duduk namun baru bokongnya duduk tiba-tiba lampu padam.     

"Akhhhh," pekik Ian yang melompati Toni.     

Toni dan Ian keduanya terjengkang ke belakang, gubrak.     

"Akhhh, punggungku mas, kenapa mas buat punggung aku sakit mas, aku sakit sekali ini, aku tidak bisa bangun, awas dulu mas, jangan injak kaki aku, dan tanganku juga," ucap Toni yang merasakan kakinya dan kakinya di injak.     

"Aku tidak injak kakimu, kamu saja yang heboh sekali," ketus Ian yang bangun meraba.     

Dia mereba ada sesuatu di depannya dan dia bingung siapa yang berdiri dan bajunya panjang seperti baju wanita.     

"Mirna sayang kamu di sana?" tanya Ian yang bingung siapa yang dia raba.     

"Mas Ian, mas di mana?" tanya Mirna yang baru keluar dari kamar dengan senter.     

Ian terdiam saat mendengar suara yang memanggil dia. Toni dan Ian yang masih di lantai melihat siapa yang Ian panggil tadi.     

"Akhhhh, hantu," teriak dia dengan kencang dan membuat yang lainnya menatap ke arah yang Ian katakan hantu.     

"Narsih, ada apa?" tanya Dino yang mengelus dadanya.     

"Aku mau lihat kalian saja, aku mau tahu kenapa kalian semuanya berkumpul," jawab Narsih yang terlihat sangat singkat dan membuat mereka berdecih mendengar pertanyaan dari Narsih.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.