Dendam Winarsih

Pulang



Pulang

0Seminggu sudah Bram di rawat di rumah sakit dan seminggu juga Dino dan sahabatnya lebih tenang, mereka tidak lupa menjenguk sahabat Bram, mereka masih belum ke kantor polisi karena mereka belum bisa keluar dengan kondisi yang masih belum pulih benar dan tentu saja mereka tidak bisa keluar tanpa persetujuan dari dokter.     

Mang Jupri bersiap mau kembali, dia sudah lama meninggalkan rumah mereka dan rindu akan desa mereka. Narsih masih betah menunggu Bram yang masih bertahan, Narsih masih belum bisa membunuh Bram karena jimat itu masih menghalangi dia.     

"Mang beneran mau pergi, apa tidak sebaiknya di sini saja ya, kita kan tidak bisa bertemu lagi kalau mang Jupri pulang kmi pasti rindu," ucap Ian yang tidak rela jika mang Jupri pulang ke desa.     

"Saya itu sebenarnya ingin di sini, tapi penginapan saya itu yang tidak ada yang jaga, anak satu itu keluyuran saja, saya sampai kesal lihatnya, kalian datang saja ke sana, saya akan temani kalian keliling-keliling, kita kan masih belum keliling-keliling desa waktu itu, jadi lebih kalian datang ke sini saja dan ingat kalian harus datang dan menginap di sana, jika tidak maka kalian akan saya kutuk jadi batu bata," kata mang Jupri yang mengetuk Ian dengan sendok kopinya.     

Tuk ... tuk ...     

"Awww, sakit tahu, mang Jupri ini keterlaluan sekali, jangan main ketuk aja mang, yang ada benaran saya jadi batu," ucap Ian yang masam karena kepalanya di ketuk sendok oleh mang Jupri.     

"Sudah lah, jangan banyak drama kamu, lihat itu, kamu sepertinya tidak bisa berkata-kata jika saya akan pergi, kamu sedih kan saya mau pulang, karena dari yang lain kamu yang paling suka usilin saya, kamu juga tidak bisa jauh dari saya benar tidak yang saya katakan padamu Ian?" tanya mang Jupri yang terkekeh karena bisa menggoda si Ian yang saat ini sedih karena mang Jupri dan bibi Sumi mau pulang ke desa.     

"Sudah, nanti kita balik lagi, maksudnya kita akan jenguk mereka," sahut Dino yang menyudahi drama dari Ian yang sedih.     

"Sekarang kah pulangnya? Kenapa tidak besok saja, kami akan antar mamang dan bibi ke desa, sekalian jenguk abah dan emak Narsih, sudah lama tidak ke sana, kami ingin ke sana, karena saya rindu dengan mereka," ucap Dino lagi ke mang Jupri.     

"Jangan besok, aku mau ajak bibi dan mamang jalan-jalan, sekalian belanja, kalian mau ikut tidak?" tanya Nona ke Dino dan yang lainnya.     

"Ayo Dino kita ikut sekalian cari persiapan pernikahan kalian berdua, pasti kalian bahagia sama seperti aku," goda Ian kepada Dino yang sekarang Dino hanya bisa malu-malu.     

"Dia malu hahah, sudah kapan lagi, kita kan sudah mau pisah, aku tidak mungkin di sini, aku akan pindah di sebelah, tinggal kalian para pejaka kapan resmikan hubungan kalian?" tanya Ian yang lagi-lagi menggoda sahabatnya yang di tanggapi dengan raut wajah masam.     

"Emang kamu ini, sok sekali, jangan kamu pikir kamu bisa melakukan itu kamu sudah hebat, aku akan cari yang lebih dari si Mirna ini," ketus Paijo yang kesal karena sahabatnya ini menggodanya terus.     

"Sudah, jangan sedih, kalau sedih kita akan kalah, ayolah, kalian cari wanita yang kalian suka, bawa ke hadapan si sombong ini, dasar sombongnya anda," sindir mang Jupri ke Ian yang sekarang Ian cekikian.     

"Kalian ini, hargai pak ustadz lah, jangan sampai kalian melupakan dia, ingat itu," jawab mang Dadang yang memberikan kode ke pak ustad yang sedang minum kopi hingga tersedak.     

Puas bergurau, mereka diam sesaat dan memilih tidak mengatakan apapun. Dino menghela nafas panjang dan memandang ke arah mang Jupri.     

"Mang, kehidupan abah dan emak Narsih bagaimana ya?" tanya Dino yang memikirkan kedua orang tua Narsih yang sudah sepuh itu.     

"Entahlah, mamang di sini, jadi tidak bisa menjenguk dia, biasanya mamang jenguk kalau pulang dari mana saja, kalau pun tidak kami ketemu di masjid, seperti itu lah, jadi kami hanya bisa bertemu di kesempatan waktu saja, tidak di jadwalkan, kenapa kamu tanya?" tanya mang Jupri yang bingung Dino menanyakan ke dirinya keadaan abah dan emak Narsih yang di desa.     

"Narsih, apa sering datang ke rumah mak dan abahnya nggak ya, soalnya dia kan sibuk di rumah sakit tungguin Bram dan kadang dia ke sini ketemu dengan Nona, apa dia ada ke rumah abahnya." Ian juga merasakan bingung Narsih dengan Narsih yang sibuk melihat Bram dan berusaha membunuh Bram tapi emak dan abahnya tidak dia lihat.     

"Dia sudah di tempat yang lain, dia akan senang melihat emak dan abahnya bahagia, dan juga sebenarnya saya juga sudah katakan ke kalian kalau itu bukan lagi arwah sebenarnya, kalau menurut pemahaman saya, itu sudah mengarah ke jin, jadi apa ya, saya juga mau jelaskan kalau itu bukan arwah Narsih lagi lah," jawab pak ustad yang mengatakan arwah Narsih sudah berada di tempatnya.     

Ian dan Paijo juga Ian, Paimin juga yang lainnya diam saat mendengar apa pak ustad katakan kepada mereka semuanya.     

"Sudah, ayo kita solat dulu, sudah masuk waktu isya, lama bicara kita tidak akan habisnya, hari ini ada pertandingan sepak bola, dan kalian mau nonton tidak?" tanya pak ustad yang membuat para pria bertepuk tangan dan bergegas untuk solat dan para wanita hanya geleng kepala melihat mereka semangat.     

Selesai solat mereka pun berkumpul sambil nonton TV, para wanita sudah masuk ke kamar masing-masing karena tentu saja apa yang mereka tonton tidak di sukai oleh para kaum wanita.     

"Dino, kenapa cuaca hari ini sejuk ya, mau hujan nggak ya?" tanya Ian yang merasakan cuaca di luar dingin dan masuk ke dalam rumah.     

"Iya, sepertinya aku merasakan hal yang sama, lihat saja aku merinding ini, apa karena memang mau hujan seperti yang kamu katakan Ian," mikir Dino yang bangun dari tempat duduk dan berjalan ke arah jendela.     

Dino menyibakkan sedikit kain gorden dan saat melihatnya, dia langsung melihat ke luar dan angin memang berhembus kencang. Saat mau berbalik, dia melihat seseorang berdiri di depan pagar menatap ke arah Dino. Dino yang terkejut langsung menutup gorden dan saat bersamaan dia melihat ke arah jendela lagi dan sosok itu masih ada di sana.     

"Siapa itu? Sepertinya tidak asing dengan wajahnya, tapi siapa ya?" tanya Dino yang penasaran.     

Ian yang melihat kelakuan Dino bangun dan menepuk pundaknya dan tentu saja dia terkejut karena tepukkan dari Ian.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.