Dendam Winarsih

Bukan Arwah Bram



Bukan Arwah Bram

0Esok harinya semuanya bangun lebih awal, hari libur dan hujan membuat libur mereka di habiskan di rumah saja.     

Selesai solat mereka berkumpul di meja makan menikmati makanan yang sudah tersaji, tidak ada yang berbicara, selesai makan mang Dadang duduk di depan ruang tamu dan terlihat hujan makin deras.     

"Hujannya awet ini, lihat lah tidak ada yang lewat sama sekali, mungkin libur mereka lebih suka di rumah," ujar Dino yang baru datang dan duduk di sebelah mang Dadang.     

Ian dan yang lain ikut menyusul dan duduk di sebelah Dino dan mang Dadang.     

"Apa kegiatan kita hari ini, kita mau pergi tapi tidak bisa. Tadi malam, siapa yang datang ya, kok aku tidak melihat ada yang datang?" tanya Paijo.     

"Apa maksudnya?" tanya Ian kepada Paijo yang bertanya siapa yang datang.     

"Baiklah, tadi malam aku itu tidur, dan mau ke kamar mandi dan aku lihat ada orang yang ketuk pintu dan saat aku lihat tidak ada siapa-siapa, makanya aku sedikit heran siapa yang datang, aku bingung siapa, tapi aku tidak hiraukan," jawab Paijo kepada mereka semuanya.     

"Aku tidak dengar sama sekali, aku hanya dengar suara orang mendengkur hebat dan aku rasa itu tidak lazim, seperti apa ya, orang yang seperti nafasnya di tenggorokan, aneh kan," sambung Toni kepada Ian dan semuanya.     

"Kamu tidak bercanda kan, aku rasa itu tidak terjadi pada kami, kamu kan sudah lama tidur sama kami apa pernah dengar?" tanya Ian lagi.     

Toni geleng kepala dia tidak dengar sama sekali, dan dia juga aneh tadi malam dia dengar itu dan tentu saja membuat dia bingung kenapa bisa terjadi seperti itu.     

"Pak ustad, apa itu arwah Bram?" tanya Paijo yang membuat mereka terkejut.     

"Bukan, itu bukan arwah Bram, siapa bilang itu arwah Bram, bukan lah, itu mungkin halusinasi kalian, dia kan masih hidup mana mungkin kan dia bisa jadi arwah," jawab pak ustad ke yang lainnya.     

"Benar juga, aku rasa memang harus percaya kalau kita berhalusinasi, karena bukan apa kita kan tidak ke rumah sakit lihat dia, apa kita lihat dia, kan dia tidak di jenguk," jawab Ian lagi.     

Dino diam saat mendengar apa yang sahabatnya katakan, saat semalam pun dia merasakan ada yang melihat mereka di dalam kamar dan yang melihat mereka dari luar jadi tidak ketahuan siapa yang melihatnya.     

"Baiklah, kalau begitu kita harus tunggu sampai aman, kita harus lihat apakah ada yang jaga dia atau tidak, jika tidak ada baru kita lihat dia, aku rasa nanti habis hujan ini reda kita bisa ke sana, kalian mau tidak kita ke sana?" tanya Paijo lagi yang mengajak mereka pergi ke rumah sakit untuk melihat Bram.     

"Tapi itu pasti arwah Diman," jawab Dino kepada semuanya yang di tanggapi berbeda.     

"Eh, Dino, kenapa kamu mengatakan itu? Kamu tidak salahkan?" tanya Ian dengan wajah bingung.     

"Tidak, aku tidak salah, aku benar kan mengatakan itu, coba bayangkan, siapa yang berani melakukan itu, dan aku sudah katakan kalau aku lihat di pagar dan Mirna juga lihat kan, jadi apa lagi coba, kalau dia arwah si Diman," ucap Dino yang kekeh kalau yang semalam yang dia lihat itu adalah arwah si Diman.     

"Baiklah, kalau begitu, aku rasa itu tidak ada kaitannya dengan kita, karena bukan kita yang melakukannya dan bukan kita yang mau dia meninggal kan, dari awal kita bantu saja menemukan siapa dan setelah ketemu kita biarkan mbak Narsih yang melakukannya, tidak salah kan kalau kita menyerah kan ke mbak Narsih, kecuali kita yang bunuh, toh dia meninggal juga karena luka dan karena karma dia juga," jawab Paijo ke Dino dan di tanggapi Dino dengan wajah diam dan datar.     

"Baiklah, anak-anak, kita jangan mengkaitkan dengan itu semuanya, dengar satu hal yang harus di perhatikan, kita harus bisa buat semuanya berjalan dengan baik maksud aku itu kita jangan mengatakan itu arwah si Diman, Bram, positif saja, jika memang itu arwah dia kita doakan saja, dan pak ustad sudah katakan, kalau yang sudah meninggal arwahnya ada di tempatnya, jadi bisa saja itu jin atau apa gitu yang menyerupai dia, benarkan pak ustad?" tanya mang Dadang ke pak ustad dan di anggukkan oleh pak ustad.     

"Iya, mang Dadang benar, itu semuanya adalah jin saja, karena arwah kita yang sudah meninggal sudah berada di tempatnya sampai kita menunggu hari akhir dan semua umat manusia dari belahan manapun akan berkumpul di sana dan di hitung semua amal, baik amal buruk atau pun amal baik, jadi kita tidak bisa asal saja, dan tidak mungkin yang sudah meninggal hidup lagi," jawab pak ustad kepada semuanya.     

"Nah, Dino kamu harus bisa tuh pilah mana yang arwah dan mana yang jin, kamu kenapa akhir-akhir ini sedikit lebih sensitif dan parnoan, apa ada masalah kah?" tanya Ian yang bingung dengan sahabatnya ini.     

"Bukan, aku cuma takut saja, jika mereka malah menganggu kita dan membalas dendam ke kita, yang ada kita bingung nantinya, kamu tahu kan kita itu tidak pernah membunuh dia, jika dia marah ke kita bagaimana, karena kita ikut campur dengan mereka," jawab Dino dengan wajah yang memelas. karena memikirkan jika arwah Diman dan Bram kalau meninggal akan balas dendam seperti Narsih.     

"Bukan begitu, aku hanya mau kita itu positif saja, kita kan tidak bunuh mereka, mereka sakit dengan sendirinya dan tahu tidak kalau sesuatu yang tidak kita perbuat maka kita tidak mendapat sesuatu juga, misal, kita bunuh orang pasti mendapatkan sesuatu juga seperti penjara dan sebagainya, jika tidak ya tidak lah, sama halnya seperti saat ini," jawab mang Dadang yang berusaha menenangkan Dino.     

Paijo menepuk pundak sahabatnya ini, dia tahu kalau dia lelah bila harus berhubungan dengan mereka semuanya dan tentu saja membuat dia tidak bisa tenang, bukan hanya dia saja yang memikirkan itu tapi semuanya termasuk dia.     

"Hari sudah mulai terang, walaupun tidak terang sekali, apa kita sekarang mau lihat Bram, mau memastikan apa dia baik atau tidak, tentu kita akan lihat dulu situasinya dan pak ustad lah yang bisa melihatnya, karena kami tidak dapat ke sana tunggu aba-aba dari pak ustad," jawab Ian yang menanyakan jadi apa tidak ke rumah sakit bertemu dengan mereka semuanya.     

"Aku ikut saja, asal kita tahu apa yang terjadi nantinya," jawab Paijo yang ikut saja asal aman.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.