Dendam Winarsih

Dia Benar-benar Mengerikan



Dia Benar-benar Mengerikan

0Dino dan yang lainnya sudah bergegas ke rumah sakit, Nona pun ikut bersama Dino, dia tidak ingin ketinggalan sama sekali, karena dia ingin sekali melihat kondisi Bram saat ini.     

"Ok, saat di sana kita harus bisa tahan diri dan biar kan pak ustadz ke sana, dan tidak apa kan pak ustad pergi ke sana sendirian?" tanya Dino ke pak ustad.     

"Kalian jangan seperti itu, saya akan senang bantu kalian semua, kalian sudah baik ke saya, jadi saya ingin membantu semampu saya saja, kalian ingat ya jangan turun sebelum saya kabari ya," ucap pak ustad kepada mereka semuanya.     

"Baiklah, kalau perlu bawa Paimin, dia kan tidak ada yang tahu, jadi bisa tuh ke sana," ucap Dino yang meminta pak ustad untuk membawa Paimin bersama dengan di ke dalam.     

"Boleh, tapi mereka tidak tahu dia kan?" tanya pak ustad ke Dino.     

"Tidak pak Ustad, tidak ada yang tahu dia pak ustad, santai saja ya," ucap Dino kepada pak Ustad.     

Pak Ustad menganggukkan kepala ke arah Dino dan pak ustad langsung keluar dari mobil bersama Paimin, keduanya berjalan menuju rumah sakit, Dino berharap bisa melihat Bram walaupun dari kejauhan.     

"Dino, apa kamu yakin Bram di rumah sakit ini? Kalau tidak ada bagaimana?" tanya Ian yang menunggu di mobil bersama yang lainnya.     

"Kalau nggak ada kita cari saja di tempat lain, gampang kan," ucap Paijo ke Ian yang memandangnya.     

"Baiklah, kita tunggu saja kabar dari mereka saja, jika sudah dapat kabar baru kita ke sana, " jawab mang Dadang ke Ian.     

Ian menganggukkan kepala, dia sabar menunggu kabar dari Pak ustad. Pak ustad dan Paimin berjalan ke arah lift, mereka sudah tahu dari Narsih di mana Bram di rawat.     

"Pak, bapak yakin kita akan bertemu dengan dia dan anak buahnya pasti tahu kan, apa alasan kita ya?" tanya Paimin kepada pak ustad.     

"Saya harap tidak akan ada yang tahu kita kamu tenang saja, kita tidak akan ketahuan," jawab pak ustad ke Paimin.     

Ting!     

Pintu terbuka dan terlihat lantai di mana ruangan tempat Bram sepi, tidak ada yang menjaganya. Paimin melihat ke arah pak ustad dan pak ustad menganggukkan kepala berjalan ke arah pak ustad. Keduanya berjalan menuju ke arah ruangan Bram dan saat di depan ruangan Bram, mereka melihat ke arah kaca besar di dalamnya ada seseorang yang tertidur dengan wajah yang di balut oleh perban dan hampir tubuhnya di balut.     

"Apa ini benar Bram? Nanti kita salah orang pak?" tanya Paimin yang bingung apa benar ini orang yang mereka cari.     

Tidak berapa lama terlihat suster keluar dari ruangan Bram. Pak ustad mendekati suster dan berusaha untuk bertanya kepada suster yang baru keluar dari ruangan Bram.     

"Permisi, maaf ganggu suster, apa ini ruangan pak Bram?" tanya pak ustad yang memandang ke arah suster.     

"Iya benar, kalian siapanya pak Bram?" tanya suster yang melihat ke arah Paimin dan pak ustad.     

"Oh, kami ini orang keluarga yang baru datang dari desa, kebetulan saya baru tahu jadi saya ke sini, maklum saya kerja suster jadi baru bisa datang," ucap pak ustad yang berusaha berbohong mengatakan itu.     

Paimin yang melihat itu hanya berdehem dan tentu saja tidak menyangka kalau pak ustad berbohong. Pak ustad yang tahu tatapannya ke dirinya hanya berdehem dan berusaha tenang.     

"Ini ruangan pak Bram tapi tidak bisa masuk ya, dan dia kami perban karena lukanya sangat banyak dan itu baru di ganti, karena banyak hewan kecil seperti ulat pak, jadi kami harus ganti setiap jam," ucap suster ke pak ustad.     

Pak ustad dan Paimin hanya diam dan tentu saja tidak percaya dengan apa yang di katakan oleh suster. Separah itu kah dia pikir pak ustad. Pak ustad melihat ke arah kamar Bram dan dia sedih karena Bram seperti itu dan sangat mengerikan sekali pikirnya.     

"Apa kita tidak bisa lihat sebentar saja, saya saja lah, saya mau doakan dia, secara dekat sebentar saja," ucap pak ustad yang ingin mendoakan Bram.     

Pak ustad tidak tega melihat keadaan Bram, karena ini bukan yang dia inginkan. Sejahat apapun dia di masa lalu, tetap dia manusia yang butuh doa dari kita sebagai sesama manusia.     

Paimin mengirim pesan ke Dino, dia mengatakan aman dan tidak ada yang ke sini. Bip! Pesan masuk ke telpon Dino, Dino yang mendengar ada pesan masuk langsung melihatnya dan itu dari Paimin.     

Dino mengambil pesan dan langsung membuka dan membacanya, dia tersenyum karena membaca pesan dari Paimin.     

"Ayo kita pergi, dia sendirian, tidak ada yang jaga di sana, " ajak Dino kepada yang lainnya untuk segera ke rumah sakit.     

Semuanya menganggukkan kepala dan langsung bergerak ke rumah sakit. Mereka berjalan cepat dan sedikit berlari, waktu mereka tidak banyak, mereka berburu waktu, takut ada yang melihat mereka di sini.     

Ting!     

Pintu lift terbuka dan mereka masuk dengan cepat, Ian menekan tombol segitiga ke bawah. Pintu tertutup dan mereka sedikit lega.     

"Kita seperti di kejar setan ya, aku jadi ngap, oh ya kapan sahabat Bram yang lainnya mengaku ke polisi?" tanya Ian yang masih belum mendengar kabar teman Bram mengakui dirinya membunuh Narsih, sedangkan Diman sudah meninggal dunia.     

"Jangan tanyakan aku, terakhir aku dengar akan segera, kamu tahu sendiri dia parah lukanya, jadi kemungkinan dokter masih kasih waktu ke dia, tapi entahlah," jawab Dino ke Ian.     

"Baiklah, kalau begitu, akan saya ingat itu, kalau bisa jangan lama, mereka lolos dari kematian karena ada yang mereka jaga, tahu kab siapa," kata Ian ke Dino.     

Pintu lift terbuka Ian dan yang lainnya ikut keluar dan saat keluar terlihat ada Paimin tapi pak ustad tidak ada. Mereka mendekati Paimin dan menepuk pundak Paimin hingga Paimin terkejut.     

"Akhhh, bukan saya pak," pekik Paimin yang mulutnya langsung di tutup oleh Toni.     

"Kamu kenapa hmm, kenapa kamu seperti ini teriak, nanti marah penunggu sini baru tahu kamu," ucap Toni ke Paimin yang membuat Paimin menganggukkan kepala ke arah Toni. Toni melepaskan tangannya dari mulut Paimin.     

Dino dan yang lainnya melihat ke arah Bram yang di dalam ruangan bersama dengan pak ustad. Mereka benar-benar terkejut karena melihat kondisi Bram yang di balut perban.     

"Itu lah Bram mas Dino, kami saja tadi terkejut dan tidak mengerti dengan apa yang terjadi. Pak ustad masuk untuk mendoakan dia," jawab Paimin kepada Dino dan yang lainnya.     

"Dia benar-benar mengerikan sekali, apa sebegitu parahnya luka dia, apa karma seperti ini atau ini kutukan yang membuat dia seperti ini?" tanya Ian yang tidak percaya dengan apa yang dia lihat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.