Dendam Winarsih

Tenang Kalian



Tenang Kalian

0Ian diam saat mendengar apa yang di katakan oleh Paijo, dia melihat ke arah istrinya yang ketakutan sambil memeluk dirinya.     

"Sekarang kita harus apa?" tanya Ian yang tentunya membuat dirinya takut jika istrinya di sakiti oleh Bram.     

"Tenang kalian semuanya, jangan gegabah dan jangan buat kalian berantem karena masalah ini, kita harus tenang, kita pikirkan apa yang akan kita lakukan," jawab Mang Dadang yang menengahi sedikit pertengkaran di antara keduanya.     

"Benar kata mang Dadang, kita harus tenang dan jangan buat masalah ini berlarut dan jangan kalian terpengaruh, kita harus cari tahu apa yang terjadi jika kita ingin tahu, jika kalian tidak ingin tahu ya sudah, kita akan terus terusan hidup dalam ketakutan tanpa tahu siapa dia dan apa tujuannya meneror kita, jadi aku harap kalian harus bisa menahan emosi," jawab pak ustadz lagi kepada yang lainnya.     

Dino setuju dengan apa yang di katakan oleh pak ustad dan mang Dadang, saat ini yang paling tepat jaga diri dan tentu saja dia ingin mencari tahu siapa orangnya.     

Pak ustad bangun dan melihat ke arah luar jendela, dia melihat di luar sepi hanya ada warga yang lewat satu persatu, sedangkan yang tadi tidak ada.     

"Apa dia masih di sana?" tanya Ian kepada pak ustad.     

"Tidak ada lagi saya lihat, mungkin sudah pergi," jawab pak ustad yang langsung duduk di sebelah Ian dan memandang ke arah mang Dadang.     

"Kita harus ke rumah sakit lagi, temui si anak buah yang kalian katakan itu, anak buah Bram itu pasti tahu dan tidak mungkin dia meninggalkan bosnya sendiri." Mang Dadang meminta mereka untuk bertemu dengan anak buahnya Bram dan menanyakan masalah bosnya ini.     

"Tapi, apa dia mau kasih tahu, dan bisa saja mereka sepakat mau mengerjai kita dan membuat kita takut, mana ada anak buah yang tidak nurut pada bosnya itu kan, pasti dia akan ikuti kata bosnya," jawab Paijo yang tidak percaya jika anak buahnya tidak nurut pada bosnya yang kejam itu.     

"Coba saja dulu, siapa tahu saja dia bisa kita bujuk," jawab mang Jupri.     

"Tapi ya, kalau yang saya tahu anak buah bos Bram itu, orangnya patuh, benar kata mas Paijo, saya bisa lihat dari cara mereka mengikuti bos Bram itu, kemana saja mereka mau, terlebih lagi saat mereka pergi ke kuburan mbak Narsih kan, dia ikut terus tanpa peduli jika dia akan diikuti oleh mbak Narsih itu," jawab Paimin dengan wajah serius.     

"Kamu kenapa panggil dia bos, apa kamu kerja sama dengan dia?" tanya Ian yang memicingkan matanya ke arah Paimin.     

"Bukan begitu, saya terbawa waktu saya ikut guru saya, mereka manggil bos jadi saya ikutan, bukannya saya ikut berkerja sama dengan dia saat ini, yang ada saya di kejar mbak Narsih," cicitnya yang takut jika dia di kejar oleh Narsih.     

"Tahu takut juga kamu ya, saya pikir kamu tidak takut sama sekali, tapi apa rencana kita jumpai si anak buahnya itu, atau ke rumah sakit?" tanya Ian ke Dino dan ke mamang juga pak ustad.     

"Kita jangan pergi sama-sama, karena kalau kita pergi sama-sama yang ada kita ketahuan, karena kita ini di ikuti oleh seseorang yang belum kita ketahui apa Bram atau tidak jadi kita harus bisa membuat diri untuk sementara mengelabui dia kalian paham kan maksud yang aku katakan ini?" tanya Dino ke yang lainnya dan di balas anggukkan oleh semuanya.     

Dino akan mencari tahu siapa dia dan kenapa melakukan ini, jika pun itu Bram pasti dia akan ketahuan juga, Narsih tidak akan membiarkan dia lepas.     

Di rumah sakit seseorang yang berdiri di depan orang yang di bungkus itu tersebut tersenyum. Dia senang karena dia bisa mengecohkan mereka semuanya.     

"Kerja yang bagus, aku akan membayar kamu, sekarang buat mereka menganggap itu aku dan aku akan buat mereka semuanya mati aku ingin mereka merasakan apa yang aku rasakan," ucap seseorang itu yang melihat ke arah pasien yang sudah di bungkus dengan perban di sekujur tubuhnya.     

"Apa yang akan anda lakukan saat ini?" tanya wanita itu ke seseorang itu.     

"Jangan ada yang tahu, aku ingin mereka semunya menganggap itu aku, dan mengorbankan pengkhianat itu tidak masalah," jawab seseorang itu yang tidak lain tidak bukan ada lah Bram.     

Bram berdiri di dekat pasien yang dia perintahkan untuk menggantikan dia dan dia adalah pak Oyong yang saat itu ketahuan sedang menghubungi mang Jupri.     

Sebelum kejadian itu, pak Oyong di minta untuk menjaga Bram. Pak Oyong pun menganggukkan kepala. Pak Oyong yang sendirian akhirnya dia pergi ke arah lift dia ingin menghubungi sahabatnya mang Jupri.     

Suster yang menjaga Bram bekerja sama dengan Bram, Bram yang di bawa ke rumah sakit akhirnya pulih dengan sendirinya, tapi sifat dan kelakuan Bram berubah menjadi orang yang berbeda dan tentu saja membuat suster yang menjaga Bram terhipnotis dan mengikuti apa yang Bram katakan.     

"Aku ingin bebas dan aku ingin segera keluar dari sini, ke luar kan aku, aku mau keluar dari sini sekarang, cepat keluarkan aku dari sini sekarang," pinta Bram dan tentu saja membuat suster itu menganggukkan kepala.     

Saat pak Oyong yang menghubungi mang Jupri dia lupa mengatakan kalau dia di rumah sakit, pak Oyong pun kembali ke ruangan majikannya dan saat dia sampai di ruangan majikannya, pak Oyong terkejut karena melihat majikannya sudah pulih seperti semula.     

"Pak Bram, apa bapak sudah sadar?" tanya pak Oyong kepada Bram.     

Bram yang melihat dia ketahuan oleh orang langsung meminta suster menghabisi pak Oyong. Suster yang mendapatkan perintah dari Bram menganggukkan kepala. Saat ingin mendekati pak Oyong, pak Oyong mundur ke belakang, tapi sayang kakinya tersandung kursi hingga jatuh ke bawah.     

"Jangan pak Bram, tolong saya, saya janji tidak akan mengatakan apapun, saya janji," ucap pak Oyong.     

Saat bersamaan, pak Oyong mendapatkan telpon dari mang Jupri saat ingin mengangkat telpon dari mang Jupri dan meminta tolong tidak bisa, karena sudah di ambil oleh Bram dan senyumnya timbul dengan sangat menakutkan dan saat bersamaan, suster menyuntikkan sesuatu dan membuat pak Oyong pingsan dan berakhir dia yang gantikan Bram dan Bram keluar untuk membalas mereka semuanya.     

Bram menatap pria yang menggantikan dia dan dia melihat ke arah pak Oyong yang di perban seperti mumi tentu dengan alasan dia sakitnya parah hingga harus di perban oleh pihak rumah sakit tujuan satu untuk mengelabui semua orang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.