Dendam Winarsih

Dia Ancaman Kita



Dia Ancaman Kita

0Dino benar-benar tidak percaya dengan apa yang dia lihat dan saat kilat di langit menerangi langit malam terlihat jelas wajah Bram yang separuh manusia dan sepenuh wajahnya rusak.     

"Dia Bram, dia memang Bram, dia di sana," ucap Dino yang suaranya pelan tapi masih di dengar oleh mang Dadang dan tentu saja membuat mereka yang ikut melihat terdiam.     

Ian menarik Dino untuk tidak mengintip dan tentu saja membuat mereka diam dan duduk dengan wajah yang tidak percaya dengan apa yang mereka lihat.     

"Apa yang lihat itu, kenapa Bram melakukan itu?" tanya Paimin dengan wajah yang masih bingung melihat mobil Dino hancur seperti itu.     

"Apa dia memukul mobil mas Dino dan pakai apa dia pukulnya, dan kenapa bisa seperti ini dan entah kenapa aku merasakan jika dia ingin membuat kita takut pada dia," ujar Toni lagi yang dia menduga jika benar Bram itu orang yang tidak benar-benar manusia lagi.     

"Jadi, benar kata kamu Toni, bisa saja dia setengah manusia dan setengah jin, jika dia ingin mengancam kita berarti dia akan menculik Nona, dan kalau bisa kalian menikah segera, aku ingin kalian cepat menikah dan dia tidak akan menganggu Nona lagi, kan sudah menikah, siapa tahu dia ingin miliki Nona karena dia masih sendiri dan masih belum ada ikatan, apa kalian setuju dengan apa yang aku katakan bukan?" tanya Paijo ke yang lainnya.     

"Apa dia menjadikan Nona sebagai orang yang akan dia persembahkan ke jin?" tanya Ian yang membuat mereka mengangga.     

Narsih muncul dan menatap mereka dengan tatapan tajam. Dia kelihatan berbeda, karena wajahnya sedikit sendu.     

"Kamu kenapa?" tanya Ian yang heran dengan wajah Narsih yang sangat berbeda dari sebelumnya.     

"Bram tidak bisa kita dekati, jimat itu sudah melekat di tubuhnya, jadi jiwa dia sudah di kuasai jin, aku selama beberapa hari ini tidak muncul karena dia berusaha menyerang aku, dia juga tahu kalau supir itu dekat dengan mang Jupri dan dia membuat supir itu setengah hidup dan setengah meninggal, dan dokter yang merawatnya juga sekarang sekarat, dia bukan Bram lagi, Nona akan jadi incaran dia, untuk menambah kekuatan, kalian harus buat Nona menjauh, aku akan bisa menyerang dia, jika Nona tidak berada di dekatnya." Narsih mengatakan apa yang dia ketahui.     

"Jadi, dia mengancam kita, aku yakin ini salah satunya cara dia, agar kita takut dan dengan begitu kita menyerahkan Nona, tapi dia salah karena tidak akan aku serahkan Nona, sampai aku mati sekali pun," ujar Dino dengan wajah penuh amarah.     

"Sabar Dino, kita jangan terpengaruh, ingat satu hal kalau kita tidak akan bisa marah, kita harus sabar dan jangan membuat situasi makin runyam, yang ada kita tenang dan memikirkan rencana selanjutnya," ucap pak ustadz kepada Dino yang sudah di liputi amarah yang memuncak.     

Nona mengusap lengan Dino dan memeluk lengannya, dia benar-benar takut karena akan di culik oleh Bram. Dino yang tahu Nona sedih langsung memeluk Nona untuk menenangkan diri Nona agar lebih tenang dari sebelumnya.     

"Nona, tenang ada aku di sini, aku yakin dia tidak akan mendekati kamu, percayalah dengan aku Nona," ucap Dino yang membuat Nona menangis karena dia terlalu takut.     

"Aku rasa, saran yang di kami utarakan pada kalian harus kalian renungkan dan harus kalian segera lakukan, tidak ada cara lain, jika kalian menikah, maka Bram tidak akan bisa menganggu kalian lagi," ucap Paijo ke Dino yang menyarankan dia untuk menikah dengan Nona agar terhindar dari Bram.     

Nona dan Dino saling pandang, keduanya tidak tahu harus apa saat ini, dia juga tidak mengerti keputusan ini sulit terlebih Nona yang tidak mempunyai keluarga, selain keluarga angkat yang selama ini dia anggap ayah dan ibunya.     

"Jangan di paksa jika tidak ingin, karena menikah itu hal yang membuat kita harus saling menerima satu sama lain, jika kalian menikah karena paksaan kami dan terlebih lagi karena untuk menghindari Bram maka jangan lakukan itu," ucap mang Jupri kepada Dino dan Nona yang saling pandang satu sama lain.     

"Iya, kalian tenang saja, yang penting jika kalian siap kami akan siap membantu. Mbak, apa tidak ada cara lain apa untuk kita menghadapi Bram?" tanya Ian kepada Narsih yang berdiri di depan mereka.     

"Harus ada jiwa suci, jika tidak ada maka kalian harus mencarinya, aku sudah berusaha melawan dia tapi nyatanya, dia tidak ada sama sekali," ucap Narsih kepada Ian yang meminta mereka untuk mencari jiwa suci untuk mengalahkan Bram.     

"Di mana kami mendapatkan jiwa suci itu? Apa pak ustadz bisa mbak?" tanya Paijo kepada Narsih.     

Narsih menggelengkan kepala ke arah Paijo, pak ustadz bukan jiwa suci, dia hanya bisa bantu doa saja.     

"Jiwa suci itu anak yang baru lahir, dan itu yang bisa membantu kita, itu yang aku ketahui, entah itu benar atau tidak saya masih kurang tahu dan tidak begitu paham sama sekali," jawab Paimin kepada semuanya.     

"Di apakan jiwa suci itu?" tanya Paijo kepada Paimin yang di jawab dengan gelengan kepala.     

"Jika ibunya melahirkan jiwa yang suci maka orang yang menargetkan untuk menculik ibu tidak berhasil karena anak yang baru lahir itu kan suci jiwanya tanpa dosa benar nggak Paimin?" tanya Ian yang menduga kalau apa yang di katakan itu benar.     

"Mungkin lebih kurang seperti itu, aku tidak jauh ilmunya, ilmuku masih di bawah rata-rata, jadi tidak mengerti sama sekali, aku harap kalian tidak salahkan aku jika aku salah mengartikan jiwa suci, " jawab Paimin yang takut salah jika dia mengatakan jika jiwa suci itu seperti yang Ian katakan.     

"Jadi, kalian memang harus menikah, segera menikah dan habisi si Bram itu, aku sudah lelah terus di teror dia." Ian lagi-lagi menyarankan Dino dan Nona segera menikah.     

Dino tidak bisa berkata apapun, dia bukan tidak mau tapi dia takut jika Nona menolaknya, Nona memandang ke arah Dino dalam diam, dia juga takut jika Dino tidak menerima dia dengan sepenuh hati apa lagi silsilah keluarganya yang belum jelas.     

"Sudah, sekarang kita harus pikirkan apa yang sekarang terjadi saat ini, dan jika perlu kita hindari si Bram itu, jangan sampai kita lengah, Dino kamu sementara pakai mobil saya saja, tidak apa, dan mobil kamu masuk bengkel atau kamu jual atau bagaimana terserah kamu saja," jawab pak ustadz ke Dino yang di jawab anggukkan oleh Dino dan dia menghela nafas karena mobil kesayangan dia rusak parah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.