Dendam Winarsih

Hasutan Bram



Hasutan Bram

0Bram mengikuti Sanusi dan mbah Agung, dia ingin membuat Sanusi mengikuti dia dan tidak mau Sanusi dan mbah Agung pergi dari sisinya, dia masih butuh keduanya untuk membantu dia membalaskan dendamnya.     

"Aku tidak mau mereka berpengaruh dengan mereka, aku yakin mereka akan menemui keduanya, aku harus membuat keduanya percaya pada aku," seringai yang menakutkan terlihat di wajahnya Bram.     

Sanusi benar-benar gelisah, dia takut sekali karena Sanusi merasa ada yang mengikuti mereka tapi tidak ada orangnya. Mbah Agung menyikut Sanusi yang sedari tadi gelisah.     

"Kenapa?" tanya mbah Agung yang melihat Sanusi yang tidak tenang dan keringat dingin.     

Bram mulai membisikkan sesuatu, dia mulai menghasut Sanusi lebih dulu, jika mbah Agung dia akan menghasut setelahnya.     

Mbah Agung yang pertanyaannya tidak di jawab curiga, karena raut wajah Sanusi tidak seperti biasanya. Dia benar-benar ketakutan dan tidak tenang. Mbah Agung mulai diam dan mencoba membaca mantra dia tenang dan tidak mau ada yang tahu dia menggunakan ilmu kanuraga dan dia ingin tahu kenapa dengan anak ini dan kenapa dia seperti orang yang linglung.     

Setelah membaca mantra, mbah Agung melirik sekilas, dia terkejut karena Bram ada di sebelah Sanusi dan dia juga sedang mengatakan sesuatu dan tentu saja dia seperti sedang menghasut Sanusi.     

"Apa yang dia lakukan ke Sanusi, pantas saja Sanusi seperti ini dan dia seperti orang linglung di karena kan hasutan Bram, dia tidak meninggal, tapi kenapa bisa tidak terlihat, ada apa ini," gumam mbah Agung dalam hati.     

Bram yang melirik ke arah mbah Agung mulai curiga, kenapa dia tidak bisa mendengar apa yang dikatakan oleh mbah Agung, apa dia membaca mantranya, baiklah, jika dia tidak mendengar aku, berarti dia tidak membaca mantranya, tapi jika dia mendengar dan dia melihat apa yang aku lakukan maka dia tahu keberadaan aku pikir Bram yang mencoba mendekati mbah Agung.     

Mbah Agung yang tahu pergerakan Bram hanya diam dan tenang. Dia masih berjalan di sebelah Sanusi, mereka akan mencari makan di kantin saja, tidak mau di luar. Bram berada di sebelah mbah Agung dan mulai membisikkan sesuatu di telinga mbah Agung dan tentu saja membuat mbah Agung gemetar, dia dukun tapi tetap merinding.     

"Mbah tetap bersama aku, ikutlah dengan aku untuk membalaskan dendam aku ke dia, aku ingin mbah ikut aku, jangan pergi dari sini, jangan pergi," hasutan Bram membuat mbah terdiam dan sedikit terlena tapi dia buru-buru membuka suara agar Sanusi tidak lagi terhasut pada Bram.     

"Sanusi, kamu ini melamun saja, ayo sekarang kita cepat ke kantin, ayo lah kita pergi sekarang," ucap mbah Agung yang membuat Sanusi tersentak dan memandang ke arah mbah Agung.     

"Eh, iya mbah ngomong sama saya, saya masih di rumah sakit kan?" tanya Sanusi dengan wajah yang linglung.     

Mbah Agung menepuk pelan pundak Sanusi dan tertawa kecil, dia ingin membuat Sanusi tenang dan dia bersyukur karena dia tidak terpengaruh oleh Bram.     

Bram yang melihat ke arah Sanusi dan mbah Agung yang tidak terhasut olehnya langsung memandang ke arah mbah Agung, dia menjadi curiga kepada dukun ini.     

"Aku yakin dia tahu keberadaan aku dan dia pasti sudah tahu, aku yakin itu, dasar dukun sialan, aku akan menghabisi kamu, tunggu saja waktunya, secepatnya aku habisi kalian berdua," geram Bram dan pergi meninggalkan keduanya.     

Mbah Agung yang melihatnya langsung bernafas lega, karena dia bisa membuat Bram pergi dari sini. Keduanya sudah berada di kantin rumah sakit dan langsung duduk di pojokkan. Mbah Agung melihat ke arah sekeliling, dia ingin tahu apakah Bram ada di sini atau tidak.     

Mbah Agung memicingkan matanya ke segala arah dan benar saja, tidak ada sama sekali Bram di sini, Sanusi yang melihat mbah Agung menarik nafas dan menghela nafas bingung.     

"Mbah kenapa?" tanya Sanusi kepada mbah Agung.     

"Kamu tanya aku kenapa, kita hampir mati di tangan bos kamu, dia sekarang sudah berubah jadi jin, dia ingin kita membantu dia, jadi jangan dia menghasut kamu dan saya, ngeri, pantas saja ada yang aneh, dan kenapa bisa dia berubah, atau dia sudah di kuasai oleh jimat itu ya, duh aku makin tidak habis pikir, aku harus pergi dari bos kamu itu," omel mbah Agung kepada Sanusi yang melongo karena perkataannya.     

"Mbah kenapa mengomel seperti itu, apa separah itukah dia mbah?" tanya Sanusi kepada mbah Agung.     

"Kamu ini kenapa bodoh sekali Sanusi, kamu itu di hasut tadi, apa yang kamu bayangkan tadi coba saya tanya ke kamu?" tanya mbah Agung kepada Sanusi yang merengut karena di katakan bodoh.     

"Saya mendengar ada yang mengatakan kalau dia butuh bantuan dan bos Bram tidak bisa jauh dari dia," ucapnya lagi dan membuat mbah Agung percaya jika Bram ingin membalaskan dendamnya ke mereka semuanya.     

"Apa Narsih tidak tahu ya, kalau dia bukan Bram lagi," gumam mbah Agung yang masih di dengar oleh Sanusi.     

"Bisa saja dia tahu, tapi sekarang bos Bram kan sudah berubah seperti yang mbah katakan tadi, jadi bisa saja dia masih mencari cara untuk membuat bos Bram kalah, kita kan tidak tahu mbah apa yang terjadi. Kita hanya tunggu saja nasib bos Bram seperti apa, tapi aku tetap akan pergi hari ini," ucap Sanusi kepada mbah Agung lagi.     

Mbah Agung yang melihat tekat dari Sanusi pun hanya bisa menganggukkan kepala, dia tidak akan melarang Sanusi pergi, dia juga tidak ingin Sanusi jadi tumbal Bram. Mbah Agung memegang tangan Sanusi dia sengaja memegang tangannya karena dia ingin menyalurkan ilmu sedikit ke Sanusi agar dia tidak terkecoh dan terjebak oleh Bram.     

"Mbah kenapa memegang tangan aku, apa aku ada masalah ya? Kenapa memegang tangan aku dan kenapa tangan aku panas dan tubuhku juga?" tanya Sanusi yang melihat mbah Agung masih diam dan memandang dia dengan tatapan tajam.     

Setelah selesai, mbah Agung langsung lemas, mbah Agung tidak menyangka memberikan sedikit ilmu ke orang bisa membuat dia lemas. Sanusi yang melihatnya mengangga karena melihat mbah Agung yang lemas dan tidak berdaya sama sekali.     

Sanusi bangun dan duduk di sebelah mbah Agung dia menepuk pelan pipi mbah Agung yang pucat dan keringat dingin. Sanusi bangun mengambil air dan langsung membayarnya, setelah itu dia kembali lagi ke mbah Agung dan membuka tutup botol air dan memberikan ke mbah Agung.     

"Mbah minum dulu, ini cepat minumlah, mbah kenapa? Dan apa yang mbah lakukan?" tanya Sanusi yang cemas karena dia tidak tahu kenapa bisa mbah Agung lemas ada apa sebenarnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.