Dendam Winarsih

Aku Mau Mundur Mbah



Aku Mau Mundur Mbah

0Sanusi yang mendengar apa yang di katakan oleh mereka semuanya terdiam dan tentu saja mereka tidak akan berbohong dan salah satunya juga seorang ustad.     

Sanusi berjalan gontai ke arah rumah sakit, dia perlahan memasukki lobby rumah sakit dan langsung menuju lift. Dia masih belum memikirkan apa yang terjadi, dia menyerah dan dia akan mundur, dia akan beralasan mau pulang kampung halaman, karena dia tidak bisa bersama dengan bos Bramnya yang semakin jahat, dia sudah kena masalah seperti itu masih saja tidak jera.     

Ting!     

Pintu lift terbuka, Sanusi keluar dari lift dan berjalan menuju ruangan Bram. Sanusi melihat ke arah mbah Agung yang duduk di tempat biasa dia menunggu.     

Mbah Agung melihat ke arah Sanusi yang baru datang dan melihat Sanusi lemas dan tidak ada keceriaan lagi. Sanusi tersenyum kecil dan duduk di sebelah mbah Agung.     

"Kenapa?" tanya mbah Agung ke Sanusi.     

Dari kejauhan, Bram melihat keduanya duduk bersama, dia masih melihat apakah kedua orang ini masih setia apa tidak, dia bisa mendengar apa yang mereka bicarakan saat ini.     

"Aku mau pulang kampung, kasihan keluarga aku di sana, aku sudah lama tidak ke sana, lagian bos Bram juga sudah ada yang jaga," ucap Sanusi yang di dengar oleh Bram.     

Bram mengepalkan tangannya, karena Sanusi mau meninggalkan dia, apa dia seorang pengkhianat atau memang mau pergi karena tidak mau bersama dia menghabisi mereka lagi pikirnya.     

"Kamu mau pulang kampung? Kalau begitu mbah juga mau mengatakan hal yang sama, mbah mau menggarap tanah di desa Mawar, di sana ada tanah, kamu bilang jangan dukun lagi, jadi mbah berpikir kalau tanah itu akan jadi usaha mbah," jawab mbah Agung ke Sanusi yang di anggukkan oleh Sanusi.     

"Aku mau mundur mbah bukan karena bos sekarang masih sakit, tapi aku mundur karena kasihan dengan keluarga aku, jika bukan karena mereka aku mungkin di sini," jawab Sanusi yang berbohong tapi masih tetap menunjukkan kalau dia benar ingin pulang.     

Bram yang geram langsung mendekati mereka, dia ingin menanyakan ke mereka benar apa tidak, dia akan melihat mata mereka jujur atau tidak, saat yang bersamaan ada Dina yang merupakan istri dari Diman, dia menghampiri keduanya.     

Bram yang ingin maju seketika mundur dan bersembunyi, dia tidak ingin sampai Dina tahu kalau dia sudah sehat dan di dalam sana bukan dia yang ada ketahuan dia.     

"Ada apa bu?" tanya Sanusi yang terkejut melihat Dina di depan matanya.     

"Saya itu mau tanya apa kabar si Bram? Kenapa di balut dengan perban dan apa dia separah itu dan saya cari dokter Ryan, apa kalian melihat dia?" tanya Dina kepada keduanya.     

"Kami tidak tahu kenapa bos Bram di balut, kami di sini dia sudah di balut, dan dokter Ryan itu juga tidak kami ketahui keberadaan dia dan juga yang jaga bos Bram suster itu, jika ibu mau tahu bisa tanyakan ke susternya saja," jawab Sanusi dengan tenang.     

Sanusi memandang ke arah mbah Agung tapi tanpa sengaja dia melihat ada bos Bram yang bersembunyi di tembok. Sanusi terkejut tapi bisa dia kendalikan dan berbalik ke arah istrinya Diman yang menanyakan dokter yang awalnya merawat bosnya kini tidak ada dokter yang merawatnya hanya satu suster saja, aneh tapi dia berusaha diam.     

"Saya sudah cari, tapi tidak ketemu, katanya dia sakit, tapi nggak tahu sakit apa, ya sudah, saya juga heran kenapa dia tidak seperti suamiku, aneh sekali dia ini," jawab Dina yang langsung pulang meninggalkan keduanya yang hanya diam tanpa mengatakan apapun.     

Bram tersenyum karena keduanya masih membela dia, tapi jika mereka pergi tidak ada yang mau membela dan membantu dia lagi.     

"Apa aku buat mereka terhipnotis kepadaku hingga mereka tidak kemana-mana, aku ingin mereka tetap bersama dengan aku, aku ingin mereka bersama dengan aku," gumam Bram yang melihat kedua orang yang menunggui dari dia sakit sampai sekarang.     

Sanusi terdiam dan begitu juga mbah Agung, keduanya masih tetap di posisi mereka saat ini. Sanusi berbalik dan tentu saja Bram masih di sana, dia berpura-pura tidak tahu karena bagi dia itu sesuatu yang menakutkan, dia bisa melihat wajah Bram yang menakutkan dan saat ini sangat menakut sekali.     

"Apa yang terjadi, kenapa kamu memandang ke arah sana? Apa yang terjadi hmm?" tanya mbah Agung yang ikut melihat arah pandang Sanusi.     

Bram yang menyadari kalau Sanusi melihat dia langsung sembunyi, dia tidak percaya jika Sanusi melihatnya.     

"Tidak, aku melihat rumah sakit ini mewah sekali dan pasti mahal per malamnya," jawab Sanusi jujur kepada mbah Agung yang nyatanya dia berbohong tapi karena dia takut ada yang tahu dia berbohong dia mengatakan yang sebenarnya, memang rumah sakit ini memang besar dan mewah     

"Iya, mewah, jadi kapan kamu akan pergi ke kampung?" tanya mbah Agung lagi di sela memuji rumah sakit ini.     

"Kemungkinan saya akan pergi dari sini secepatnya, saya anak tertua jadi saya yang akan menjaga keluarga, selama ini saya pergi tanpa pulang sekarang saya pulang, saya akan menemui asisten bos Bram yang datang tempo hari, dan dia juga yang akan mengurus bos, jadi saya sedikit trnang," jawab Sanusi dengan sebenarnya.     

Mbah Agung menganggukkan kepala, dia tahu jika selama ini dia melihat Sanusi setia dengan Bram dan mungkin dia ingin mandiri dan lepas dari Bram bukan karena Bram sakit tapi memang keadaan yang membuat dia tidak bisa bersama dengan Bram lagi, begitu juga dengan dirinya.     

"Ayo kita ke bawah, kita cari makan, siapa tahu kita ketemu dengan asistennya itu, dan bisa kamu sampaikan ke dia, kalau saya tidak perlu, karena saya tidak terikat sama sekali," jawab mbah Agung yang mengajak kepada Sanusi untuk pergi makan.     

Sanusi pun menganggukkan kepala, dia tahu jika mereka saat ini di perhatikan tapi, Sanusi bersikap biasa saja dan tidak melakukan hal apapun, dari pada dia ketahuan lebih baik diam. Dia tidak mau bos Bramnya ini membunuh dia seperti yang bos Bram lakukan ke pak Oyong, dan mungkin saja dia memang di bunuh.     

"Kita akan jadi pengusaha kecil, dan lama-lama kita akan menjadi orang sukses seperti bos Bram nantinya," seloroh mbah Agung yang di anggukkan oleh Sanusi.     

Bram masih tetap mendengar apa yang di katakan oleh keduanya, dia hanya diam dan tidak menunjukkan wajahnya ke depan mereka nanti yang ada mereka akan tahu jika di dalam sana bukan dia, lebih baik dia sembunyi, dia akan fokus untuk menghabisi Dino dan rekannya yang lain.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.