Dendam Winarsih

Kita Harus Apa



Kita Harus Apa

0"Tenang dulu, jangan asal menuduh, kita tidak tahu apa dia atau tidak, yang penting kita harus bisa mikirkan caranya untuk membuat dia tidak mendekati Nona dulu, jangan sampai kita bisa kalah dari dia, ingat itu," ucap pak ustadz yang meminta mereka tenang dan tidak membuat keributan.     

"Pak, kita bukan tidak bisa tenang, tapi kita harus apa saat dia muncul di depan kita pak, mana mungkin kan kita biarkan dia seperti itu kan, meneror kita dan banyak korban lagi, jika tidak bisa kita cegah dia maka kita yang akan habis dibunuh dia, saya tidak mau pak ustadz," ucap Ian yang tentu saja membuat pak ustad tidak bisa berkata apa-apa.     

"Besok kalian tetap menikah, jangan tunda lagi, kalau bisa hari ini saja kalian mau?" tanya mang Dadang kepada Dino.     

Dino diam dia menatap Nona, hanya Nona yang di cari oleh Bram, dia mengincar Nona dan hanya Nona saja. Narsih muncul di depan mereka dan menatap ke arah mereka semuanya.     

"Apa dia datang ke sini?" tanya Narsih kepada semua orang yang di depan mereka.     

"Iya, dia di sini, dan dia di sana, kamu tidak lihat kah?" tanya Ian ke Narsih.     

Narsih geleng kepala, dia sama sekali tidak melihatnya, dia tidak melihat Bram di luar. Narsih yang berada di depan mereka menatap heran ke arah Narsih.     

"Apa tidak salah kah? Dia ada di sana nak, mamang lihat dia di sana, tidak mungkin dia tidak di sana," ujar mang Jupri yang tidak percaya jika si Bram tidak di sana.     

Ian dengan berani melihat ke arah luar, Toni juga ikut disusul oleh Paimin dan Paijo yang penasaran dengan apa yang di kata Narsih.     

"Sudah, jangan seperti itu, aku mohon pada kalian, percaya lah padaku dia di sana," ucap mamang yang ngelantur ke mana-mana omongannya.     

"Baiklah, kami percaya, sudah tenangkan diri kamu Jupri, jangan mikirin itu, sudah istirahat sana, Sumi, kamu bawa dia sekarang, cepatlah sana," pinta mang Dadang kepada istri mang Jupri untuk membawa mang Jupri yang sudah ngelantur.     

Bibi Sumi membawa mang Jupri, tapi dia tidak mau, dia takut jika dirinya di bunuh seperti abah dan emak Narsih. Dia benar-benar takut sama Bram.     

"Aku di sini saja Dang, aku takut, tolong biarkan aku di sini, apa kalian tidak bisa mengerti dengan aku, apa kalian ingin aku di bunuh hahh," amuk mang Jupri yang kelakuannya aneh.     

Pak ustadz menganggukkan kepala ke mang Dadang, dia tidak mau mang Dadang mempersoalkan masalah istirahat lagi, dia tidak mau nanti mang Jupri mengamuk.     

Pak ustadz bangun dan memegang kening mang Jupri, mang Jupri yang keningnya di pegang oleh Pak ustadz langsung mengerang kesakitan dan tentu saja menjerit, dia tidak bisa menahan sakit.     

"Eh, si mamang kenapa itu, dia kenapa menjerit?" tanya Ian yang terkejut dengan suara teriakkan mang Jupri.     

Tono yang melihat ke jendela terkejut, wajahnya Bram yang rusak muncul di dekat jendela dan tersenyum padanya.     

"Akhhh," jerit Toni yang lari ke arah Dino.     

Gorden yang terbuka oleh Toni terlihat jelas wajahnya Bram dan tentu saja tidak Paimin dan Paijo mengangga melihat ke arah jendela, sosok yang dia bicarakan muncul di depannya dan tentu saja membuat mereka mundur. Ian yang melihat mereka mundur pun ikut mundur karena jeritan Toni sudah menandakan jika ada yang tidak beres sama sekali.     

Mang Dadang memegang tangan mang Jupri yang menjerit. Dino yang melihat mang Dadang kesulitan memegang tangan mang jupri ikut memegang tangannya mang Jupri. Paimin dan yang lainnya juga ikut memegang tangan mang Jupri yang memberontak.     

"Kalian pegang dengan kuat, sepertinya dia terpengaruh oleh Bram tadi, dia melihat matanya Bram," ucap pak ustadz kepada mereka semuanya.     

"Pak, aku juga lihat apa aku ... brakkk!" Toni seketika jatuh dan seketika dia menjerit seperti yang mang Jupri, dia menjerit histeris.     

"Kalian pegang dia cepat," perintah mang Dadang kepada Paimin dan Paijo lagi.     

Mang Jupri dan Toni sama-sama memekik dan pak ustadz kesulitan untuk memulihkan mereka. Pak ustadz dengan tenang membacakan doa untuk memulihkan mang Jupri dan seketika mang Jupri langsung tenang dan tertidur. Setelahnya tenang, baru pak ustadz membantu Toni dan membacakan doa juga untuk Toni. Tidak berapa lama Toni tenang dia tertidur.     

"Selesai sudah, kita harus segera menikahi kamu ayo cepat kalian menikah, aku tidak mau kalian kenapa-kenapa, aku tidak mau kalian itu kesulitan untuk menghadapai Bram, jika kalian mau ayo cepat pak ustadz yang akan nikahi kalian, orang tua kamu sudah meninggal kan Nona?" tanya mang Dadang kepada Nona dan di anggukkan oleh Nona.     

"Nah, walinya pak ustad saja, ayo, kita tidak bisa membuang waktu," ucap mang Dadang kepada keduanya.     

Gemuruh terdengar, suara teriakkan terdengar cukup deras dan tentu saja membuat mereka ketakutan.     

"I-itu suara Bram, dia mendengar apa yang mang katakan saat ini, kita harus apa ini?" tanya Ian yang mulai gugup karena dia ketakutan saat mendengar suara teriakkan dari luar angin serta gemuruh terdengar cukup jelas.     

"Ayo cepat, kita lakukan sekarang, jangan takut kalian, cepat sekarang lakukan segera." ucap pak ustad kepada Dino.     

Dino pun mulai membacakan doa untuk menenangkan diri dan memantapkan hati, saat ini dia harus tenang dan tidak terpengaruh suara di luar.Setelah tenang, dia langsung bergerak ke arah pak ustad dan menjabat tangan pak ustad dan mulai mengikuti apa yang di katakan pak ustad.     

Nona di walikan oleh pak ustad, di karenakan orang tuanya baik ayah atau pun sanak saudara tidak di ketahui dan tentu saja dia membuat dia tidak bisa di walikan oleh keluarganya. Pak ustad mulai ijab kabul dan Dino mengikuti apa yang pak ustadz katakan.     

"Sah," ucap pak ustadz kepada saksi yang ikut menyaksikan mereka menikah.     

"Sah," jawab para saksi yang suaranya terdengar sangat jelas.     

Duarrrr!     

Suara gemuruh terdengar jelas dan membuat mereka mulai berteriak karena hujan dan angin makin kencang.     

"Dia marah, dia sudah kerasukkan jin, dia sebenarnya sudah tiada tapi dia terikat dengan jin jadi kita harus hati-hati. Saya akan membacakan doa, kalian boleh ikut berdoa sesuai yang kalian inginkan, ingat jangan buat diri kalian terpengaruh dengan suara apapun paham ya," ucap pak ustadz kepada yang lainnya.     

"Baik pak ustadz, kami akan ingat pesan pak ustad itu," ucap Dino yang duduk di sebelah Nona yang sudah sah jadi istrinya. Dino memeluk Nona dengan erat dia tidak ingin Nona terpengaruh oleh suara dari Bram.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.