Dendam Winarsih

Aku Benci Kalian



Aku Benci Kalian

0Bram yang mengetahui Nona menikah langsung murka dia tidak terima dengan apa yang terjadi, dia ingin Nona, sekarang dia hanya bisa gigit jari karena tidak mendapat Nona.     

"Kurang ajar kalian semuanya, kalian menikahkan dia, dia milikku, akhhh, jangan kalian nikahi dia, aku benci kalian aku akn habisi kalian semuanya, aku akan buat kalian menyesal, aku pastikan itu, aku tidak terima dengan apa yang telah kalian lakukan, aku akan balas dendam," amarah Bram benar-benar memuncak dan tidak akan bisa di redam lagi.     

Bram yang mempunyai kekuatan dari jin yang mana dia sudah membuat kesepakatan dengan jin, jika dia bisa sembuh maka dia akan menjadi pengikutnya jin.     

Duar ... Duarrrr     

Bram yang mendengar lantunan ayat suci memekik, dia makin mengganas dan dia makin menghancurkan apa yang ada di depannya, pohon yang sudah tua tumbang karena amarahnya yang membuat desa salak di landa badai, badai karena amarah Bram.     

Pak ustadz yang baru mengadakan pengajian untuk arwah abah dan emak Narsih melihat dari jendela karena dia tidak tahu kenapa dan apa yang terjadi dengan desa mereka yang semakin mengerikan dan tentu saja menbuat pak ustadz langsung mengambil wudhu untuk membaca Ayat suci untuk keselamatan dia dan keluarga juga warga desa salak.     

"Jangan kalian baca lagi, kalian hentikan, aku bilang hentikan cepat," pekik Bram dengan kencang hingga suaranya menggelegar.     

Pak ustadz tidak berkata apapun, dia terus melakukan apa yang benar, dia harus fokus dan membaca doa dengan lantang, dia juga tidak bisa menghentikan doanya. Lama-lama, suasana makin tenang, tidak ada gemuruh seperti semula dan tidak ada yang mendengar apapun, Bram menghilang karena dia tidak tahan dengan doa, dia akan kembali lagi dan dia akan pergi dari desa ini, dia akan pergi meninggalkan mereka semuanya.     

"Alhamdulillah, akhirnya dia pergi juga," ucap pak ustadz yang mengamini apa yang terjadi.     

Pak ustadz tersenyum ke arah mereka semuanya. Dino memandang ke arah Nona dia senang akhirnya Bram sudah pergi dan semoga dia tidak ganggu mereka lagi.     

"Sekarang, kita istirahat dulu, sudah malam, kita tidak bisa berlama di sini, kalian pasti lelah kan untuk merebahkan diri, untuk mang Jupri, kita bawa saja, begitu juga dengan Toni, kita bawa ke kamar, Sumi, di mana kamar mereka?" tanya mang Dadang kepada bibi Sumi.     

"Kamar, tamu di sana, untuk Toni bawa ke sana saja, dan Ian di sebelah, dan pak ustadz juga kamu Dadang di sana tidak apa ya tidur bersama dengan pak ustadz dan nak Dino dan Nona di ujung sana," jawab bibi Sumi ke mang Dadang dan semuanya.     

Dino membantu mengangkat mang Jupri untuk di bawa ke kamarnya, begitu juga dengan Toni, dia juga dibawa ke dalam kamar.     

"Sudah, sekarang kita masuk ke dalam kamar dan kalian baca doa, agar Bram tidak bisa datang ke sini," ucap mang Dadang kepada Dino dan yang lainnya.     

"Iya, benar itu doa sebelum tidur bisa membantu kita terlindung dari hal yang kurang baik, doa yang kita ketahui saja, jika kalian tidak tahu doa yang panjang doa yang simpel dan tidak membuat kalian keberatan, karena Allah tidak memberikan kita sesuatu yang memberatkan umatnya," sambung pak ustadz yang di anggukkan oleh semuanya.     

"Terimakasih pak ustadz dan mamang, kalau begitu kami masuk dulu, dan Dino kamu baca doa, karena malam pertama banyak gangguan, apa lagi di sebelah kamar kamu kamar pak ustadz dan mamang Dadang," celetuk Ian yang membuat Dino dan Nona malu sedangkan pak ustadz dan mang Dadang melotot.     

"Sini kamu, dasar anak kurang ajar, siapa yang ajarin kamu bicara seperti itu hahh," omel mang Dadang kepada Ian yang sudah kabur ke kamar bersama Mirna.     

"Baiklah, jangan dengarkan dia, aku tidak seperti itu, ayo pak ustadz kita pergi, rasanya saya ngantuk sekali," ucap mang Dadang yang langsung masuk ke kamar.     

Paijo dan yang lainnya ikut masuk ke kamar. Narsih yang melihat semuanya tidur hanya terdiam, dia ke luar dan duduk di atas atas, dia menangis karena tidak bisa lagi bertemu dengan emak dan abahnya, tapi di tetap bahagia emak dan abahnya sudah bahagia di sana, dia tidak mungkin menyangkal takdir Allah.     

Di kamar, Paijo menatap ke arah ke dua temannya, sekarang dia, Toni dan Paimin tidur berdua, Paijo tersenyum dan geleng kepala dulu dia bertiga dengan Ian dan Dino sekarang dia bertiga lagi, tapi kali ini dia bersama orang berbeda dan sekarang dia bersama Paimin dan Toni.     

"Mas, kenapa senyum sendiri, mas nggak kesambet kan? Kalau iya, saya akan panggil pak ustadz, saya takut mas, sumpah saya takut sekali," ucap Paimin yang ingin bangun tapi di tarik oleh Paijo.     

"Kamu mau ganggu Dino kah, makanya mau ke luar, kamu ini terlalu banyak drama, alasan mau panggil pak ustadz, tapi nanti singgah di kamar Dino, kalau mau seperti mereka nikah kamu," celetuk Paijo yang di tanggapi dengan mendengus ke arah Paijo.     

Paimin tidur kembali, dia melihat ke arah atas dan tersenyum kecil, dia mengingat di mana dia dulu.     

"Jika saya masih bersama dengan dia maka saya tidak akan di sini saya akan meninggal dan itu sangat menyakitkan, mas tahu tidak saya itu berpikir akan meninggal di tangan mbak Narsih, tapi nyatanya nggak," ucap Paimin yang mengingat bagaimana dia di kejar Narsih dan mbahnya yang meninggal karena apa dia tidak tahu.     

"Itulah takdir, Allah masih kasih waktu buat kamu bertobat, tidak seperti Bram, sudah banyak salah, masih bersekutu dengan jin, dan sekarang dia ancam buat kita, ingat suatu hal, kalau kita harus waspada dengan dia," jawab Paijo yang di anggukkan oleh Paimin pelan.     

"Mas, apa sebenci itu kah mbak Narsih pada si Bram itu? Apa tidak ada kata maaf kah untuk dia?" tanya Paimin kepada Paijo.     

Paijo mengidikkan bahunya, dia tidak tahu apakah bisa dia di maafkan atau tidak karena dosa Bram sudah fatal, dia tidak mau mengakuinya.     

"Banyak sekali kesalahan seseorang kalau dia tobat dan meminta maaf, maka akan di maafkan oleh orang yang sudah kita sakiti, kadang maaf itu sulit, tapi kembali lagi kita mengingat kalau Tuhan maha Pemaaf, kamu tahu itu kan? tanya Paijo kepada Paimin yang di anggukkan oleh Paimin.     

"Tapi, dia sudah menjadi pengikutnya jin apa dia tidak bisa kembali seperti semula ya kan mas?" tanya Paimin ke Paijo.     

"Nah, itu dia ilmu aku nggak sampai di sana, sudah tidur lah, besok kita harus ke rumah pak ustadz untuk bantu pengajian abah dan emak Narsih," jawab Paijo yang mengajak Paimin tidur.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.