Dendam Winarsih

Aku Tidak Memafkan Kalian



Aku Tidak Memafkan Kalian

0Bram benar-benar tidak ingin melepaskan mereka, dia terus menyerang mobil yang di bawa Ian dan juga dia tidak ingin mereka selamat, gagal membakar kedua orang tua itu membuat Bram marah, dia benar-benar marah dan puncaknya pernikahan Nona dan sekarang Nona sudah menjadi milik Dino seutuhnya, dia tidak bisa menumbalkan Nona lagi.     

"Aku habisi kalian, aku yakin kalian akan habis di tangan aku, aku tidak memaafkan kalian, aku ingin kalian rasakan apa yang aku rasakan." Bram terus menyerang mobil Dino dan rekannya yang lain.     

Ian mulai tenang walaupun dia gemetar dan tidak tenang, tapi dia tetap fokus. Pak ustad juga terus melafakan doa yang membuat suasana menjadi tenang dan seketika situasi di sekitar tenang dan pulih seperti biasanya.     

"Sudah pulih, aku yakin dia kalah, dia akan kena batunya," ucap Ian yang sudah tenang karena kondisi jalanan pulih kembali.     

"Jangan senang Ian, dia masih di belakang, kita tidak mungkin bisa melawan dia, dia semakin kuat," ucap Paijo yang yakin kalau saat ini Bram makin kuat.     

"Iya benar, kita jangan buat masalah, karena dia tidak akan lepaskan kita, aku yakin dia akan tetap mengejar kita," ucap pak ustad yang selesai membaca doa dan dia sedikit lega karena bisa lolos untuk kali ini tapi tidak untuk nanti.     

"Kita tidak harus takut dengan dia, dia tidak akan bisa melawan kita dan ingat satu hal, ada kuasa yang lebih dari dia, jika dia melakukan kejahatan, itu hanya sebentar saja," ucap mang Dadang lagi.     

Pak ustad menganggukkan kepala membenarkan apa yang di katakan oleh Dino dan tentu saja dia tidak boleh lengah. Ian melajukan mobil dan tanpa terasa mobil sudah memasukki kota dan terus tanpa henti dan akhirnya mereka sampai di rumah.     

"Kalian jangan pikir kan apapun dan ingat satu hal, jika kalian takut maka dia akan senang, sekarang kita masuk dan bersih-bersih setelah itu kita solat bersama ya," ucap pak ustad kepada semuanya dan di anggukkan oleh mereka semuanya.     

Dino membawa tas Nona ke sebelah rumah karena tidak mungkin dia tinggal di tempat yang dulu, dia harus tinggal bersama dengan Nona dan mang Jupri hari ini dan seterusnya.     

Nona tinggal bersama suaminya sekarang dan mang Jupri dan bibi Sumi. Semuanya langsung berberes dan selesai berberes mereka langsung bersama solat.     

Di rumah Bram, dia mengamuk, walaupun tidak ada yang tahu dia di sini tapi suaranya terdengar jelas.     

"Di kamar pak Bram terdengar suara yang aneh, tapi suara siapa ya?" tanya pak Djarot yang bingung karena selalu mendengar suara dari kamar majikannya.     

"Aku yakin mereka tidak akan pernah lepas dari tanganku, aku akan menghabisi kalian," geram Bram yang mengingat bagaimana usahanya tidak pernah berhasil.     

Bram pergi dari kamarnya, dia akan mengawasi rumah Nona, dia masih berusaha untuk mendekati Nona, dan tidak bisa menumbalkan dia, Bram bisa membuat Dino menderita, jika dia tidak dapat maka Dino pun tidak akan dapat juga pikir Bram.     

Di rumah Dino semuanya melantunkan doa, untuk keselamatan dan tentu saja saat Bram di sana, dia diam dan kupingnya panas, dia tidak bisa mendekati mereka, karena lantunan doa.     

"Kamu datang Bram, apa tidak bisa kamu menyerah," gumam Narsih yang tentu saja melihat kedatangan Bram di rumah Dino.     

Bram bisa melihat Narsih berdiri di dekat jendela, dia ingin sekali menyerang Narsih dan tentu saja dia tidak ingin membuat Narsih menang, Narsih terbang dan menghilang dari pandangan Bram.     

"Ternyata kamu takut juga ya, aku tidak menyangka kamu takut Narsih, aku juga tidak suka kamu ikuti aku seperti ini, ke luar lah kamu," ucap Bram yang sadar jika Narsih di sini tepatnya di depan dirinya tersenyum smirk.     

"Aku tidak takut, aku hanya ingin ingatkan kamu jangan ikut campur dan tunggu lah aku membalasmu," ucap Narsih yang tidak peduli dengan apa yang Bram katakan.     

"Hahahaha, aku hanya tahu kalau kamu penakut, aku di depanmu, ayo habisi aku jika kamu mau, aku di sini," ucap Bram kepada Narsih yang saat ini menantang Narsih.     

"Aku sudah katakan padamu kan, aku menunggu waktunya, jadi bersabarlah Bram, aku akan segera menghabisi kamu, jika kamu ingin segera aku habisi kamu tahu kan apa yang harus kamu buang, tapi tidak apa, kamu pakai pun aku akan habisi kamu," ucap Narsih dengan senyum mengejek.     

Narsih pergi dan tertawa mengejek Bram, Bram yang mendengar apa yang di katakan oleh Narsih dan Narsih juga mengejek dia, Bram memekik dan emosi dan amarahnya mengebu dan tentu saja dia tidak terima sama sekali, dia tidak suka jika ada yang mengejeknya dan tentu membuat dia kesal teramat karena dia tidak bisa menghabisi Narsih.     

"Awas kamu Narsih, aku tidak akan memaafkan kamu, kamu yang pertama aku habisi kamu dan kamu juga akan segera musnah sampai neraka pun tidak akan bisa menerima kamu sama sekali," geram Bram dengan mengepalkan tangannya.     

"Aku harus segera pergi, aku tidak mau ustad itu melihatku, dia tidak bisa di lawan, aku akan memperdalam ilmuku, dengan begitu aku akan segera menghabis kalian semuanya." Bram lagi-lagi mengancam mereka.     

Narsih tersenyum kecil karena Bram pergi dan dia tidak bisa membiarkan Bram mendekati mereka terlebih Nona, dia akan menjaga Nona, dia pasti akan merubah diri sebagai Dino, aku yakin itu pikir Narsih yang benar-benar tidak akan membiarkan Bram berhasil membayar hutangnya.     

"Kenapa pak ustad melihat ke luar?" tanya Dino yang sudah selesai doa bersama.     

"Dia masih di depan, saya rasa sudah saatnya kita selesaikan dia, saya akan membuat dia menyerah, saya yakin bisa melepaskan jimat itu, dia pergi saat saya menatapnya, dia sepertinya tahu jika saya bisa merebut jimatnya itu," ucap pak ustad.     

"Kalau begitu kapan pak ustad akan melakuknnya?" tanya Dino kepada pak ustad dengan wajah yang serius.     

Mang Dadang dan yang lainnya menunggu jawaban apa yang akan di berikan oleh pak ustad kepada mereka.     

"Biarkan dia mencari kekuatan, toh pada ujungnya dia akan kalah, karena dia sudah tidak bisa lagi mendapatkan kekuatan karena dia hanya budak jin," jawab pak ustad lagi.     

"Pak ustad yakin kah, jika kita bisa melawan dia?" tanya Ian yang penasaran dengan apa yang pak ustadz katakan.     

"Iya, aku rasa memang benar dia harus di ambil jimatnya itu, dan tahu tidak kalau jimat itu tidak bisa di ambil karena melekat di kulitnya, apa itu tidak masalahkah pak ustad?" tanya Paijo kepada pak ustad.     

"Dia akan bisa kita lumpuhkan, seperti yang saya katakan, jika berdoa pasti bisa," ucap pak ustad kepada yang Paijo dan yang lainnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.