Dendam Winarsih

Mimpi Buruk Nona



Mimpi Buruk Nona

0Dino kembali ke kantor, dia tidak memperbolehkan Nona kerja lagi, dia tidak mau Nona lelah dan tentunya akan berhubungan dengan Bram yang sewaktu-waktu akan bertemu Bram dan menculiknya.     

"Dino, nanti malam aku ajak kalian makan, ya hitung-hitung kandungan istriku sudah aman," jawab Ian kepada Dino.     

"Dino, dia istrinya baru hamil saja sudah seperti ini, belum besar juga Zuki, kamu ini, harusnya makannya di rumah saja, kita beli makanan dan kita rayakan di rumah, aman lagi buat ibu hamil, malam-malam ibu hamil keluar tidak baik, kata orang pamali," ucap Paijo kepada Ian.     

Ian yang duduk di bangku belakang mengidikkan bahunya dia tidak mau nanti janinnya kenapa-napa.     

"Ya sudah, kita beli ayam bakar di langganan saja, aku tidak mau kenapa-napa dengan anakku dan Mirna," jawab Ian yang di acungkan jempol oleh Paijo.     

"Sudah sampai, ayo kita turun, kerja demi masa depan," ajak Paijo yang sudah memarkir mobil di kantornya.     

"Cepat sekali ya, aku pikir belum sampai maklum saja, takut nyasar kita," goda Ian yang di pandang tajam oleh Paijo.     

Dino geleng kepala melihat kelakuan keduanya, nggak ada keduanya tidak ramai. Dino melanjutkan pekerjaan dengan baik dan tentu saja dia tidak memikirkan masalah Bram lagi, dia memikir kan anak dan istrinya yang menjadi tanggung jawab dirinya. Keselamatan keduanya yang utama.     

Toni dan Paimin sudah di kantor dan melihat ke arah mereka, Dino duduk di sebelah Toni yang sibuk dengan pekerjaannya. Dia sekarang berkuliah di bagian yang khusus dengan pekerjaan dia, begitu juga Paimin dia tidak mau membuat Dino kecewa karena Dino lah yang sudah masukkan mereka pekerjaan ini.     

"Mas, ada paket tuh, katanya dari teman mas, kamu nggak buka," ucap Toni yang menunjuk ke arah kotak yang baru di antar OB ke ruangannya.     

"Apa itu? Jangan-jangan bahan peledak nggak?" tanya Paijo ke Toni dan di tanggapi dengan mulut yang mengangga.     

"Tidak mungkin mas, mas ini kagetin saya saja, mana mungkin ada bahan peledak di sini, lihat saja itu, kita masuk ke sini saja di sensor, bercanda mas Paijo ini," ucap Toni yang sedikit takut.     

Dino mengambil kotak yang di antar kurir dan saat membuka kotak tersebut, Dino melihat sahabatnya menjauh, Dino tersenyum kecut karena mereka menjauh.     

"Aku tidak mengerti karena kalian menjauhi aku dan kalian tahu, jika aku meledak kalian juga meledak," sungut Dino kepada mereka berdua.     

"Bukan seperti itu mas, kami hanya takut saja, tidak lebih kok, sekarang mas buka saja, siapa tahu harta karun," ucap Toni lagi yang meminta dia membuka kotak itu.     

Dino membuka perlahan dan saat melihat isinya dia terkejut karena ada boneka darah dan ari-ari yang dia tidak tahu itu apa.     

Dino bangun dan menghindar dari kotak itu, bau langsung menyeruak satu ruangan Dino. Tentu baunya sangat busuk.     

"Ueekkk, bau sekali aku merasakan perutku mual, siapa yang tega melakukan ini padaku, ini tidak benar-benar, ini sangat tidak benar, aku akan panggil OB dan pak satpam untuk membuang ini dan menanyakan ke mereka siapa yang memberikan ini." Paijo tidak terima dengan apa yang di lakukan pelaku, kenapa satpam main bawa saja tanpa melihat isinya apa.     

"Sudah, jangan buat masalah, biarkan saja, aku yakin mereka tidak tahu, panggil saja dan minta mereka membuang ini dan jika ada paket untuk aku buka saja, karena aku tidak mungkin membeli paket jika tidak ada datanya," jawab Dino yang menengahi emosi Paijo.     

"Iya benar, jangan salahkan mereka, mana mungkin mereka buka paket jika tidak ada intruksi dari mereka semuanya, yang ada mereka nanti di salahkan," sela Ian yang menepuk pundak Paijo.     

"Aku saja yang panggil pak satpam dan OB ya, kalian tunggu lah di sini," pinta Paimin yang ke luar dari ruangan untuk mencari kedua orang itu.     

Dino duduk dan menatap ke arah kotak yang isinya membuat dia berpikir tentang mimpi Nona. Nona tadi malam, bukan hanya tadi malam, tapi malam sebelumnya selalu mimpi buruk. Mimpi buruk Nona membuat dia lemas dan tidak bisa bangun dari tempat tidur beruntung bibi Sumi menjaganya.     

Pukkk!     

Ian menepuk pundak Dino yang melamun, dia heran kenapa Dino melamun. Dino yang pundaknya di tepuk oleh Dino menatap ke arah Ian dan tentu saja membuat dia menatap Ian.     

"Tenang, kami ada Dino, jangan takut kamu, aku yakin kamu akan selalu aman," ujar Ian yang menyemangati Dino.     

Dino memandang Paijo dan Toni dan keduanya menganggukkan kepala ke arah dirinya.     

"Aku pernah mendengar ini maksud aku, Nona pernah mengatakan ini, dia mimpi dan mimpinya ini benar, aku pikir ini hanya mimpi buruk Nona saja, atau hanya bunga tidur saja, tapi nyatanya tidak, aku takut setiap mimpi Nona akan terjadi lagi. Aku takut sekali," ucap dino dengan lirih.     

"Sudah, aku yakin, jika kamu solat dan berdoa, semuanya akan terlindungi." Ian menatap sahabatnya ini yang tengah gelisah, dia saja yang di posisi Dino pasti seperti ini juga.     

Pak satpam dan OB terkejut karena melihat apa yang terjadi di ruangan pegawai di sini. Dino tidak bertanya apapun, karena dia tidak mau satpam dan OB di pecat.     

"Maafkan kami, kami tidak tahu sama sekali maafkan kami ya pak Dino," ucap pak satpam dan OB yang ketakutan.     

"Sudah, tidak apa, bapak-bapak tidak salah, ini semuanya sudah terjadi jadi tidak apa, saya tidak marah sama bapak berdua," ucap Dino dengan tulus dan lembut.     

Pak satpam tahu jika Dino pegawai yang baik dan tidak akan pernah marah beda dengan pegawai lain. Bukan hanya Dino saja, yang lainnya juga sama seperti Dino.     

"Pak, kalau bisa besok di cek aja, kami tidak marah sama bapak, jika memang kami ada beli sesuatu pasti kami kasih tahu ke bapak, jadi jika tidak ada konfirmasi dari kami, maka jangan ambil dan kalau perlu cek aja ya pak," ucap Paijo kepada pak satpam.     

"Baik pak, saya kan lakukan seperti yang bapak katakan, sekali lagi maaf ya pak," jawab pak satpam.     

Dino menganggukkan kepala dan dia tidak mau pak satpam dan OB merasa terbebani dengan situasi ini. Pak satpam membawa kotak itu keluar sedang OB menyemprotkan pewangi dan membersihkan sisa yang darah yang menempel di meja kerja Dino.     

"Dino, ini minum, jangan pikirkan lagi, secepatnya kita buat Bram menyesal, aku yakin ini pasti karena dia, tidak jauh dari dia ini semuanya." Paijo memberikan minuman ke Dino untuk menenangkan sahabatnya ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.