Dendam Winarsih

Menyerahkan Diri



Menyerahkan Diri

0Pasca penyerangan oleh Bram seminggu yang lalu, Bram tidak pernah muncul lagi, entah kemana dirinya berada saat ini, dia juga tidak pernah muncul di depan mereka lagi.     

Dino dan Ian juga Paijo menjenguk Deki, sudah dia hari dia menyerahkan diri ke kantor polisi dan kasus ini terungkapkan ke media dan banyak yang mencari Bram sebagai otak pelaku, Deka juga menyerahkan diri bersama dengan Deki, mereka menyerahkan diri ke polisi dengan di temani ketiganya.     

"Permisi, bisa saya ketemu dengan Deki dan Deka tidak ya?" tanya Ian kepada pak polisi yang saat ini berada di depan meja tempat para keluarga ingin menjenguk mereka.     

"Oh, bisa tapi tidak bisa bersamaan ya, harus gantian saja," ucap pak polis yang berjaga saat ini.     

"Tidak bisa sekali dua ya, soalnya mau ketemu sekalian jadi tidak terlalu lama juga di sini." Ian meminta pak polisi mengizinkan sekali dua untuk bertemu tapi pak polisi tidak mengizinkan dan malah geleng kepala.     

"Ya sudah, satu pun tidak masalah pak," jawab Dino kepada pak polisi.     

Mereka duduk di tempat menunggu, mereka juga tidak lupa bawa sedikit makanan untuk keduanya dan minuman, tidak banyak tapi cukup untuk mereka makan dan minum di sana.     

Deki keluar dan tersenyum ke arahnya, terlihat wajah yang lebih segar dari sebelumnya dan terlihat lebih islami Deki saat bertemu dengan mereka.     

"Pak Deki, maaf ganggu, kami ingin tahu kabar pak Deki saja, semoga sehat selalu ya," ucap Paijo ke Deki dengan sopan.     

"Tidak apa, lagian saya tadi sedang tidak ada kegiatan, duduk dengan Deka sambil baca ayat suci saja, alhamdulillah saya sehat selalu, kalian juga sehat selalu ya," balas Deki yang saat senang ada yang kunjungi selain keluarganya.     

"Senang saya dengarnya, semoga selalu dalam lindungan Allah ya pak. Apa ada keluhan tidak pak selama di sini, atau bapak di temukan dengan Bram, sampai sekarang dia entah di mana dan perusahaan dia juga bangkrut karena asistennya mengambil uang perusahaan dia dan kabur, semuanya habis pak," ujar Ian kepada Deki yang ingin tahu apakah Bram ada muncul tiba-tiba atau tidak.     

Deki geleng kepala, dia tidak melihat Bram sama sekali, dia juga tidak bisa mengatakan apa-apa tentang perusahaan Bram, karena itu ranah pribadi sahabatnya itu, walaupun dia hampir di bunuh oleh Bram tapi dia tetap tidak membenci Bram dan mengakui Bram sebagai sahabatnya.     

"Saya rasa untuk masalah perusahaan itu tidak akan saya permasalahkan, karena menurut saya itu tidak akan menjadi hal yang penting, Bram yang mempercayai mereka jadi ya harus di tanggung oleh dia, kalau saya hanya bisa melihatnya saja," jawab Deki seadanya.     

"Ya sudah, jangan bahas masalah perusahaan, kami hanya ingin tahu apa selama di penjara pak Deki ada di ganggu nggak, soalnya cukup lama juga tidak ada kabar dari Bram, entah dia masih hidup apa nggak, sejak menemukan mayat supirnya yang menggantikan posisi dia sejak itu tidak di temukan dan di rumah saja tidak ada, rumahnya kosong seluruh pelayannya tidak di sana, entah kemana mereka berada," ucap Dino yang masih mencari keberadaan Bram.     

"Tidak ada, setiap malam, baik dan seperti semula, apa kalian sudah cari benar di mana dia?" tanya Deki yang tidak tahu Bram di mana dan datang malam pun tidak ada sama sekali di sini.     

"Sudah, awalnya kami hanya pasrah saja mungkin dia sudah menyerah dan tidak lagi mencari kami, tapi Nona bermimpi mengenai dia, saya takut saka pak, dia hamil, bapak tahu kan kalau orang hamil harus tenang dan tidak boleh banyak pikiran, jadi saat dia katakan Bram memintanya datang dan menyerahkan anaknya, dia takut pak," jawab Dino yang resah karena memikirkan itu.     

Deki menghela nafas panjang, dia tidak tahu jika sahabatnya itu masih saja usaha mendekati si Nona, apa dia tidak menyerah dan mengaku saja.     

"Narsih, tidak bisa kah menjaga kalian atau dia tidak tahu di mana keberadaan Bram saat ini?" tanya Deki kepada Dino dan sahabatnya ini.     

Ketiganya geleng kepala, karena Narsih tidak mengetahui keberadaan Bram saat ini dan tentu saja itu membuat Narsih uring-uringan.     

"Dia tidak tahu, dan dia saja sudah ke rumah Bram, tapi hasilnya nihil, dia sekarang di rumah kami terus, dia takut sewaktu-waktu Bram datang dan membuat masalah lagi. Kami saat ini tenang tapi sejak mimpi itu kami jadi waswas pak," ucap Dino yang memikirkan keadaan istri dan anak yang di kandung oleh Nona.     

"Aku rasa kalian harus berjaga, dan kalian harus segera mendapatkan dia, biar bagaimana pun pertarungan Narsih dan Bram akan terjadi, dan entah seperti apa Bram nantinya aku harap dia akan mendapatkan hukuman setimpal nantinya." Deki hanya bisa berkata seperti itu, dia juga tidak tahu keberadaan sahabatnya itu.     

Pak polisi datang dan segera membawa Deki karena jam besuk sudah selesai, gantian ke Deka, tidak banyak yang mereka obrolkan, masih sama dan sampai selesai pun tetap hasilnya mereka tidak mengetahui keberadaan Bram di mana.     

Dino pulang dengan wajah yang tidak ceria atau dia hanya lesu, sebagai suami dia tidak bisa membiarkan Nona terluka atau lebih dari itu, dia hanya bisa membuat Nona aman bersama dia.     

"Sudah, kita akan menemukan dia, dia tidak akan lari jauh, dia masih butuh kita untuk segera dia akan muncul, tidak akan lama lagi, mana betah dia lihat kita bahagia, dia pasti akan muncul, saat dia muncul Narsih yang akan menghadapi dia percaya lah pada aku," ucap Ian pada sahabatnya itu.     

"Iya Dino, kamu nggak sendirian, ada kami di sini, selama ini kita selalu bersama dan sampai nanti akhirnya kita akan bersama, berdoa saja jika kita ini selalu dalam lindungan Tuhan," jawab Paijo yang memberikan semangat kepada sahabatnya ini.     

Dino menganggukkan kepala pelan, dia bersyukur ada yang masih baik pada dia. Ketiganya pulang dan saat bersamaan, di ujung jalan ada yang melihat ketiganya dengan senyum kecil dan menakutkan.     

"Jangan takut, aku juga akan menjaga apa yang jadi milikku, bagaimana kamu merebutnya dariku, begitu juga aku akan mengambilnya kembali, mudah bagiku mengambilnya tapi aku tidak mau gegabah, aku akan habisi waktuku untuk memperdalam semua yang terjadi padaku, aku akan muncul jika aku sudah benar-benar bisa kuat menghadapi Narsih itu," seringai jahat terlihat di sudut bibirnya yang menambah kesan jika dia sangat menakutkan.     

Bram menghindari mereka karena dia ingin bisa melawan Narsih, dan pak ustad, dia tidak mau kalah apa lagi pak ustad sudah tahu kelemahan dia, untuk itu dia mencari bantuan ke jin yang bisa menguatkan dia lagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.