Dendam Winarsih

Aku Menunggumu



Aku Menunggumu

0Narsih yang di lempar tertawa dan di kembali lagi ke Bram, tapi Bram sudah menghilang, dia berdiri di belakang Narsih dan melempar Narsih kembali ke arah yang sama.     

Narsih yang sedikit terkejut karena Bram muncul dari belakang tidak sempat mengelak, dia terbang karena di lempar orang.     

"Akhhh, hahahahah, kamu tidak akan bisa mengalahkan aku Bram, aku akan buat perhitungan dengan kamu, aku yakin itu," ucap Narsih yang tentu saja membuat Bram makin marah.     

"Aku akan membuat arwahmu tidak akan bisa kembali Narsih, aku pastikan itu tunggu lah aku," geram Bram yang tidak terima dengan apa yang Narsih katakan padanya.     

Bram menggeretakkan giginya, dan itu terdengar cukup jelas hingga uratnya kembali keluar begitu saja.     

"Silahkan saja, jika kamu berani, sini Bram aku menunggu kamu di sini, jangan biarkan aku sendiri di sini, ayo ke sini lah kamu Bram, hahhaha," tawa Narsih yang pergi dari hadapan Bram.     

Narsih sengaja pergi agar Bram mengikuti dia dan tentu saja dia tidak mau menganggu mereka yang sedang istirahat di sana.     

Bram yang melihat Narsih pergi langsung pergi dan menghilang, dia tahu kalau Narsih menjebaknya, Bram saat ini di rumahnya yang sudah seperti gedung tua, tidak ada satu pelayan pun di sini, dia sangat membenci asistennya itu, dia akan membunuh asistennya, dia tahu kalau asistennya saat ini tidak pergi keluar negeri, dia masih di sini.     

"Aku akan buat perhitungan dengan kamu, aku tidak akan membuat kamu bersenang-senang di atas penderitaan aku, aku pastikan itu, jangan pernah bermain dengan aku," seringai kejam terlihat di wajah Bram.     

Narsih yang tiba di rumah Bram tersenyum, dia sudah menduga jika Bram di sini dan tentu saja tidak di pungkirin jika Bram tidak mempunyai tempat tinggal lagi, jadi dia di sini sendirian.     

"Bram-Bram, aku tidak menduga jika kamu benar-benar tidak bisa lari kemanapun itu, kamu di sini dan aku akan segera membuat kamu tidak berdaya," ujar Narsih yang masuk ke dalam dan saat bersamaan Bram melihat ke arah Narsih datang dihadapannya.     

"Bram, mau membunuh siapa lagi hmm, aku akan ikut melihat siapa korbanmu, emak dan abahku juga sudah kamu bunuh, sekarang siapa hmm?" tanya Narsih yang berjalan mendekati Bram.     

Bram tidak bergeming sama sekali, dia tidak takut dengan Narsih seperti dulu, dia tidak pernah takut, karena dia sudah siap melawan Narsih.     

"Baiklah, kalau begitu kamu mau ikut," seringai kejam di perlihatkan oleh Narsih untuk Bram dan itu membuat Narsih memandang tajam ke arah Bram.     

Dengan cepat Bram mengcengkram leher Narsih, Narsih yang lehernya di cengkram langsung terdiam dan memandang ke arah Narsih dengan sorot mata tenang tapi tajam seperti pedang.     

"Aku hanya ingin membuat kamu mati untuk kedua kalinya, tapi setelah aku lihat tidak mungkin, karena kamu begitu kuat sayang, aku juga ingin melepaskan kamu tapi kamu malah tidak bisa di lepaskan, karena akan membuat aku kesulitan merebutnya, kamu tahu siapa yang aku maksud hmmm?" tanya Bram dengan suara yang datar dan tentu saja membuat Narsih tertawa.     

"Hahaha, aku tahu kamu ingin menghabisi siapa, tapi apa kamu sanggup hmm? Kamu tidak akan sanggup Bram, kamu terlalu lemah dan tidak berdaya, aku kasihan dengan kamu, kamu tidak bisa sama sekali membuat diri kamu berharga, hingga kamu kehilangan semuanya," ucap Narsih yang tercekat dengan suara yang membuat Bram terdiam dan dengan cepat dia melemparkan Narsih menjauh dari dia.     

"Jangan pernah kamu dekat aku, pergi kamu Narsih sialan," teriak Bram yang marah dan wajahnya semakin menyeramkan.     

Narsih yang di lempar langsung terlempar ke dinding tapi bukannya terluka Narsih malah tembus dinding dan sampai ke luar.     

"Kamu sudah kalah Bram, selamanya kamu kalah, aku tidak akan bisa membuat kamu bisa menang melawan aku, aku yakinkan itu kamu akan kalah dengan aku, bukan hanya dengan aku, takdirmu dan kematian kamu juga sudah makin dekat Bram." Narsih pergi dari rumah Bram yang sudah berteriak kencang.     

Bram menjerit karena dia benar-benar kesal dan amarahnya meledak saat Narsih mengatakan hal itu, dia tidak terima jika sudah di katakan kalah oleh Narsih.     

"Aku menunggumu Narsih, aku akan tetap membalaskan apa yang telah terjadi, karena kemunculan kamu, aku jadi tidak bisa berbuat apa-apa karena kamu Narsih." Bram menyalahkan Narsih atas apa yang terjadi dia benar-benar tidak menyangka jika hidupnya hancur karena Narsih, tapi Bram tidak pernah sadar jika Narsih muncul karena kesalahan masa lalunya yang dia perbuat.     

Bram pergi ke rumah asisten yang sudah membuat membuat dia bangkrut dia tidak terima dengan apa yang terjadi dan tentu saja asistennya lah yang menjadi sasaran kemarahannya saat ini, dia tidak terima dengan semuanya.     

Asisten Bram yang mencuri uang perusahaan Bram menikmati apa yang sudah dia dapatkan dan tentu saja dia tidak akan pernah melepaskan semuanya, dia berusaha mengalihkan semuanya dari Bram dan tentu tanda tangan Bram lah yang membuat dia seperti ini.     

"Bram, kamu memang benar-benar manusia bodoh, kamu menyerahkan asetmu itu kepadamu dan tentu saja aku sangat senang karena bisa mendapatkan asetmu, aku tidak perlu bekerja lagi, tinggal jalankan saja, anak buahku ada yang menjalankannya." asistennya Bram yang bernama Tono benar-benar bahagia dia bisa mendapatkan semuanya.     

Bram yang sudah berdiri di depannya mengepalkan tangannya, dia benci orang yang ada di sekitarnya, dia sangat membenci itu dan pangkuan sahabatnya lah yang membuat dia bangkrut terlebih lagi anak buahnya ini juga melakukan hal yang membuat dia muak dan kesal.     

"Jangan bersenang dulu kamu, aku akan menghabisi kamu, orang yang sudah buat aku menderita akan aku buat menderita juga," ucap Bram yang seketika muncul di depan assitenya itu.     

Tono yang melihat Bram muncul dengan raut wajah menyeramkan mulai gemetar, dia tidak tahu kalau Bram muncul di depannya dengan penuh amarah dan wajahnya juga tidak seperti biasanya tapi dia bisa kenal siapa yang muncul di depannya ini.     

"Ke-kenapa bisa di sini? Apa maumu hahhh, kamu sudah meninggal, yang sudah meninggal tidak akan pernah bisa kembali lagi," ucapnya dengan tenang dan tentu saja membuat dia gemetar karena Bram muncul tiba-tiba.     

"Aku tidak meninggal, aku hanya pergi ke tempat yang seharusnya kamu juga pergi, aku akan mengambil jiwa kamu dan aku akan pastikan kamu tidak akan pernah bisa kembali lagi ke dunia ini selamanya, dasar pencuri," bentak Bram yang mengeluarkan kemarahannya dan tentu saja kemarahan dia makin menjadi setelah dia bertemu dengan Narsih dan Narsih menghina dia.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.