Dendam Winarsih

Kematian Bram



Kematian Bram

0Dino khawatir jika dia tidak bisa selamatkan Nona dan tentunya istri Ian, keduanya pasti akan di lukai dan tentu saja mereka tidak akan memaafkan dirinya jika Bram sampai melukai keduanya.     

"Mbak, tempatnya jauh sekali, aku merasakan ada yang aneh dengan jalan ini, ingat nggak waktu kita cari rumah orang tua Nona kan melewati sini," ujar Ian yang melihat jalanan dan dia merasa jalanan ini seperti jalanan yang dia lalui waktu itu.     

"Memang iya dan ini memang jalan yang kalian lewati, ini jalan menuju dimensi mereka dan kalian harus waspada, jika kalian tidak hati-hati kalian akan terjebak di sini, jangan sampai kalian terjebak di sini," ucap Narsih yang membuat mereka merinding.     

"Kita jangan lupa berdoa, jadi kalian tidak akan pernah bisa terganggu oleh makhluk lain, kalian pahamkan maksudnya, karena doa yang paling top, sampai sini paham kan?" tanya pak ustad kepada mereka semuanya.     

"Baik pak ustad," jawab mereka bertiga.     

Mereka memasuki kawasan yang benar-benar sedikit tidak bisa dikatakan aman, mereka berharap kematian Bram akan terjadi hari ini. Bram tidak akan membuat mereka sengsara lagi dan bisa hidup bahagia. Narsih menunjukkan ke arah jalan dan tepat di belokkan ada gedung tua yang sangat seram, dari sini hanya ada lampu saja dan mereka yakini itu adalah tempat di mana mereka berada.     

"Itu dia sana, ayo kita masuk, sebelum dia mengambil janin anak kalian," ajak Narsih kepada Dino dan Ian untuk masuk dan tentu saja mereka tidak mau itu terjadi.     

Paijo meletakkan mobil agak tersembunyi, agar tidak ketahuan oleh yang lainnya. Pak ustad tidak lupa membacakan doa untuk mereka yang akan masuk ke dalam.     

"Ayo sudah, cepat kita masuk ke dalam," ajak pak ustadz yang sudah membacakan doa dan tentu saja dia tidak lupa membaca doa dalam hati.     

Perlahan mereka berjalan terus dan saat tiba di pintu masuk gedung tua, terdengar suara Bram yang marah, mereka juga mendengar suara tangisan istri mereka yang tentu saja membuat mereka senang bukan main.     

"Jangan senang dulu, ingat kita bukan hadapi penjahat tapi yang kita hadapi manusia berwujud jin dan dia akan semakin kuat dan ingat satu hal, jika kita di tempat orang, jadi sopan santun itu perlu." pak ustad lagi-lagi mewanti-wanti mereka untuk tidak salah dalam melangkah.     

Dan saat di dalam gedung mereka melihat Nona dan Mirna yang di ikat oleh Bram, Dino dan Ian yang mau maju di tahan oleh pak ustad.     

"Jangan ada gerak sama sekali, ingat satu hal, jika kalian tidak bergerak dia akan menyerang kalian," bisik pak ustad yang mengetahui keberadaan Bram.     

Prok ... prokkk ...     

"Wah, lihatlah, kalian tahu aku di sini, baiklah aku keluar dan lihat lah, mereka aku bawa, aku ingin ambil bayi itu dan di depan kalian aku akan buat bayi itu lahir lebih awal dan kalian pasti mau kan," ucap Bram memandang ke arah mereka semuanya.     

"Lepaskan mereka, jangan sakiti mereka, tidak ada urusan mereka jadi lepaskan mereka semuanya," pinta pak ustad kepada Bram secara baik-baik.     

"Baiklah, jika memang itu yang terjadi aku akan lepaskan mereka tapi harus ada pilihan mau yang ini apa ini?" tanya Bram lagi kepada Dino dan Ian yang menunjuk ke arah Nona dan Mirna.     

"Sialan kamu, berani sekali kamu meminta kamu memilih, aku akan habisi kamu jika kamu menyentuh mereka berdua Bram, aku pastikan kamu mati Bram," teriak Ian yang membuat Bram tertawa.     

"Hahaha, sini maju kamu," ucap Bram dengan angkuh.     

Bram masih mencari Narsih tapi tidak ada, tidak mungkin dia tidak datang, jika bukan dia yang kasih tahu keberadaan dia mana mungkin mereka tahu gumam Bram.     

"Baiklah, jika kalian tidak bisa memilih aku yang pilih," ucap Bram yang segera mengangkat tangannya dan mengayunkan tangannya ke arah Mirna dan saat tangan Bram di ayunka ke arah Mirna, Mirna dan Ian menjerit dalam sekejap Narsih tiba dan tentu saja Bram langsung roboh, Narsih langsung menerjang Bram hingga membuat Bram terhempas ke dinding pak ustad langsung membaca doa agar Bram lemah, Narsih yang berdiri di depan Bram langsung menarik Bram, dada Bram yang terdapat jimat berusaha di tarik namun di tepis oleh Bram dan dengan cepat serangan Bram terjadi.     

Narsih yang mendapat serangan dari Bram harus terjatuh dan menatap Bram yang mendekati dirinya. Bram yang sudah geram dan amarahnya memuncak segera menarik rambut Narsih dan melemparnya, Narsih yang di lemparkan langsung terbang dan menyerang Bram, golok yang di bawa Narsih di layangkan ke wajah Bram dan tentu saja serangan balik Narsih membuat Bram kewalahan.     

"Narsih, aku habisi kamu," pekiknya dengan kencang dan tentu saja membuat Bram terus menyerang.     

"Pak ustad kita tidak bantu Narsih kah?" tanya Paijo yang melihat Narsih menyerang Bram sendirian dan tentu saja dia tidak membuat Bram menyerah begitu saja.     

"Saya akan membuat jimat dia lemah, kalian bawa mereka menjauh dari sini dan ingat jangan sampai kalian ketangkap lagi," pinta pak ustad kepada Dino dan yang lainnya.     

Dino dan Ian segera menyelamatkan istri mereka masing-masing dan Paijo ikut sembunyi agar tidak terlihat oleh Bram. Pak ustad membacakan ayat suci untuk melemahkan jimatnya Bram, Bram yang mendengar lantunan ayat suci dari pak ustad menjerit-jerit, dadanya sakit seperti ingin lepas.     

"Akhhh, cukup jangan baca lagi, aku mohon padamu, aku tidak sanggup, akhhh, sakiti sekali rasanya," teriak Bram yang jatuh dan mengerang kesakitan.     

"Bram, tamat lah riwayatmu Bram, aku pastikan kamu habis di tangan aku," ucap Narsih yang terus mendekati Bram dan saat bersamaan tangannya Narsih menarik jimat tanah kuburan yang menyatu dengan dada Bram.     

"Jangan ambil, aku mohon, jangan ambil, aku akan mati bila di ambil jimat ini, ampuni aku, aku mohon," ucap Bram tapi Bram berbohong dan dia tidak tobat juga, dia menyerang balik, namun Narsih tidak kalah dan tidak bisa di bohongi oleh Bram, dia langsung menarik jimat dengan cepat hingga dada Bram bolong dan Bram menjerit kencang dan akhirnya meninggal.     

Tubuh Bram tiba-tiba mengecil dan berubah menjadi tengkorak dan hilang menjadi tanah. Semuanya melihat kematian Bram yang mengenaskan.     

"Dia sudah selesai dan dia tidak akan bisa kembali lagi, Bram sudah mendapatkan apa yang sudah dia tuai, sekarang ayo pulang, sebelum gedung ini runtuh," ajak Narsih kepada semuanya untuk pulang.     

Merek pulang dan tentu saja mereka tidak ingin lama di sini takut tidak bisa pulang, perjalanan kejahatan Bram usai, di akhir hidupnya tidak ada kata tobat untuk menjadi manusia yang baik.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.