Dendam Winarsih

Menyelamatkan Nona Dan Mirna



Menyelamatkan Nona Dan Mirna

0Polisi sibuk mencari jejak penculikkan, tapi tidak ada sedikit pun di sana dan tentu saja itu membuat mereka sedikit kebingungan.     

"Kenapa tidak ada jejak tangan atau bukti yang lain ya pak?" tanya anak buah pak komandan.     

"Benar sekali, apa jejaknya hilang ya?" tanya pak komandan yang heran kenapa bisa hilang.     

"Iya pak, tidak ada sama sekali, lihatlah, jejak kaki tidak ada, yang buka pintu hanya ada sidik jari yang kalau saya lihat sidik jari ibu yang terluka tadi." Anak buah komandan itu bingung kenapa dengan sidik jarinya pelaku yang tidak terlihat sama sekali sedangkan pemilik rumah terlihat.     

"Kita dapatkan yang ada saja, jangan yang lainnya, setelah itu kita harus pergi dari sini, dan cari korban yang di culik," ucap pak komandan dan di anggukkan oleh anak buahnya.     

Pak komandan dan anak buahnya terus mencari barang bukti setelah itu, rumah di berikan garis polisi. Dino yang di rumah sebelah meneteskan air matanya, dia sedih karena dia tidak bisa menyelamatkan Nona dan janinnya.     

"Aku benar-benar ingin membunuh dia, aku tidak bisa memaafkan dia, jika memang dia pelakunya aku akan membunuhnya," geram Ian yang tidak menyangka kalau dirinya harus kehilangan anaknya dan Mirna di culik oleh Bram.     

"Saya menemukan kulit ini dan saya yakin itu kulit Bram dan kulit ini sangat amis dan banyak darahnya," tunjuk pak ustad yang menyerahkan ke Dino dan ke yang lainnya.     

Dino mengambil plastik yang ada di depannya dan melihat kulit yang berdarah dan tentu saja dia heran kenapa bisa jatuh apa sebegitu parahnya luka di Bram.     

"Mari kita selamatkan keduanya, aku yakin Narsih pasti tahu, kita tunggu nanti malam saja, aku yakin Narsih datang ke sini," ucap Paijo kepada Dino dan Ian juga pak ustad.     

"Ayo kita selamatkan mereka," ujar Ian yang sudah tidak sabar untuk menyelamatkan Nona dan Mirna secara bersamaan.     

Nona dan Mirna di bawa ke suatu tempat, dengan cara gaib Bram membawa keduanya, dan Dino juga yang lainnya siap menyelematkan Nona dan Mirna.     

Bram yang melihat Nona dengan perutnya buncitnya hanya menatap tajam ke arah perut Nona, dan wanita satunya. Kedunya sama-sama memiliki perut yang buncit sangat buncit hingga dia ingin mengelus perut yang ada jiwa suci di dalamnya.     

Bram mengikat mereka, dia tidak mau keduanya lari, tempat Bram saat ini bukan di rumahnya tapi di gedung tua, yang bau dan kumuh dan tentu saja membuat Bram nyaman di sana, dia juga lebih kuat dari sebelumnya dan sanggup melawan Narsih dan pak ustad itu.     

"Nona, kamu harus bersama aku, aku ingin bersama kamu selalu, aku ingin kamu bersama aku, aku ingin kamu di sini Nona dan saat ini kamu di sini," cicit Bram yang tersenyum kepada Nona yang di depannya dan tentu saja dia senang karena bisa mendapatkan Nona di sini.     

"Nona, bangun kamu, aku di sini, bangunlah sayang," ucap Bram yang terus memanggil Nona.     

Nona yang mendengar ada memanggil dirinya perlahan membuka matanya dan tentu saja itu membuat dia terkejut dan mengangga. Bram yang melihat Nona membuka matanya tersenyum, dia melihat Nona secara dekat lagi setelah sekian lamanya.     

"Aku sangat senang dan aku tidak tahu harus apa lagi, aku hanya ingin bersamamu selamanya, tapi yang ini kita buang, karena bukan anakku, kamu akan membuangnya kan sayang?" tanya Bram yang suaranya pelan tapi menakutkan sekali.     

"Aku tidak tahu siapa kamu, aku tidak kenal, lepaskan kami sekarang aku mohon padamu lepaskan aku sekarang, aku tidak mengenalmu," ucap Nona dengan suara lirih.     

"Kamu yakin tidak mengenal kamu hmm?" tanya Bram yang seketika berubah menjadi sosoknya dahulu.     

Nona terkejut dengan apa yang dia lihat dan tentu saja dia tidak tahu harus berbuat ap saat ini, dia benar-benar takut jika bertemu dengan Bram.     

"Ma-mau apa kamu hmm?" tanya Nona kepada Bram dengan suara terbata-bata.     

"Yang aku inginkan cuma satu, mengambil yang di perut kamu, aku ingin memberikan ke yang pantas bukan di pelihara sama sekali," ucap Bram yang membuat Nona merinding.     

Nona menatap ke arah Bram dan tentu saja dia tidak percaya dengan apa yang di dengar saat ini. Bram menginginkan anaknya dan di berikan ke yang lain tapi siapa pikirnya dengan wajah kebingungan.     

Bram yang melihat Nona bingung tertawa kencang. Mirna yang tadi pingsan terbangun dan saat melihat apa yang ada di depannya langsung terkejut dia bergetar melihat Bram dengan tangannya yang seperti monster.     

"Aku tidak mengerti dengan apa yang terjadi, aku hanya ingin kamu lepaskan aku, jangan ambil anakku, dia anakku, buah cintaku dengan suamiku, Dino jadi tolong jangan berbuat seperti ini, tolong lepaskan aku, aku mohon padamu," pinta Nona yang mulai menangis.     

Bram yang melihat Nona menangis mendekati tangannya yang bukan seperti tangan manusia, saat tangan itu mendekati pipi Nona, dia langsung membuang muka, Bram yang melihatnya geram karena Nona menolak dia dan membuang muka ke arah lain.     

"Akhhhh, kenapa kamu jijik dengan aku Nona, aku tidak suka sama sekali, aku tidak mau melihat kamu memalingkan mukamu, aku tidak suka itu.Sekarang kamu ke arahku, cepat ke arah aku, aku mohon padamu Nona," bentak Bram yang membuat Nona terkejut, bukan hanya Nona saja tapi Mirna juga terkejut.     

"Aku rasa kita harus bunuh di dalam perut kamu dulu, tapi sebelum itu aku harus buat sesuatu," ucap Bram pada dirinya sendiri.     

Bram pergi begitu saja, Nona dan Mirna saling pandang dan menangis, mereka harus apa saat ini, janin mereka yang akan jadi tahurannya.     

"Mbak aku takut janinku di ambil," ucap Mirna yang menangis karena takut janinnya di ambil Bram secara paksa.     

"Sabar, kita berdoa, agar Allah lindungi kita dan mereka segera menyelamatkan kita," ucap Nona yang menenangkan Mirna walaupun dia tidak tenang.     

Di rumah tempat di mana Dino dan yang lainnya berada, mereka menunggu malam dan saat itu Paimin dan Toni tiba dia rumah dengan wajah yang sedikit bingung ada garis polisi apa yang terjadi pikirnya.     

Keduanya masuk ke dalam rumah dan terlihat rumah hanya ada empat orang dan tambah dia dan Paimin. Yang lain kemana pikirnya.     

"Apa yang terjadi?" tanya Toni kepada ketiganya.     

"Nona dan istriku di culik dan sekarang kami menunggu Narsih untuk datang dan menyelamatkan mereka." Ian mengatakan dengan pelan dan tentu saja di sedih bercampur khawatir akan keselamatan keduanya.     

Paimin dan Toni mengangga mendengar apa yang di katakan oleh Paimin dan tentu saja dia tidak tahu harus apa saat ini dan yang pasti mereka melihat mereka lari terburu-buru karena ini. Narsih datang dan menatap ke arah yang lainnya.     

"Ayo kita pergi," ajak Narsih yang datang ke rumah dan mengatakan ayo pergi. Dino dan yang lainnya langsung bangun dan pergi untuk selamat kan Nona dan Mirna.     

"Kalian di sini saja, karena pihak rumah sakit akan hubungi kalian mang Jupri dan mang Dadang di sana bersama bibi Sumi, jika ada apa-apa mereka akan hubungi kalian," pinta pak ustad ke Toni dan Paimin di rumah.     

"Iya, kami akan di sini dan semoga kalian selamat, doa Toni kepada mereka semuanya. Dino dan yang lainnya bergerak menuju tempat di mana Bram berada.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.