Dendam Winarsih

Narsih Kejam Lagi



Narsih Kejam Lagi

0Dukun yang tidak mendapatkan persetujuan dari Bram untuk menyerahkan Nona memutuskan jalannya sendiri dengan menculik Nona. Dia mulai mengatur anak buahnya yang berguru dengannya untuk menculik Nona.     

"Kalian harus menculik wanita ini, dia akan menjadi tambang kita untuk berkuasa di dunia hitam. Jangan sampai kalian melupakan wajahnya, jangan sampai kalian ketahuan sama orang lain," kata dukun itu menunjukkan wajah Nona yang berada dalam tempat tanah liat yang berisi air dan berbagai bunga.     

Anak buah dukun itu melihat jelas wajah nona. Dan itu mirip dengan hantu wanita yang datang menemui mereka di sini.     

"Mbah, ini tidak salah?" tanya anak buah dukun itu.     

Mbah dukun menggelengkan kepalanya, dia tidak salah sama sekali, dia orang yang akan membuat dia bisa memiliki jasad Narsih. Anak buah dukun saling pandang satu sama lain.     

"Dia aman kan diculik, kami tidak mau pasien mbah itu menghajar kami, dia terlihat berkuasa dan kami takut mbah," kata anak buah dukun itu.     

"Jangan takut. Ingat, kalian punya kuasa yang akan aku berikan pada kalian, jadi jangan takut. segera lakukan, pergi bawa dia ke sini, tapi ingat, jangan buat dia lecet. Aku tidak mau dia lecet sama sekali," kata dukun lagi.     

"Baik mbah, akan saya lakukan sesuai dengan perintah anda, Saya permisi dulu ya mbah," sambung anak buah dukun itu.     

Mereka pergi meninggalkan rumah mbah dukun itu. Mereka bersiap menculik Nona. Tanpa mereka ketahui, Narsih mengetahui niat mereka. Dia memandang tajam wajah dukun itu. Dia duduk dipohon bakau yang dekat rumah dukun itu.     

Narsih terbang dan pergi begitu saja, dia akan ke rumah sakit untuk bertemu dengan Nona. Dia ingin sampaikan pada Nona untuk hati-hati. Narsih akan membantu melindungi Nona dari penculikan dukun itu.     

Di rumah sakit, Dino dan kedua sahabatnya sudah di perbolehkan pulang, mereka dirawat lebih dari dua hari saja. Mang Jupri masih di kota sekalian liburan bersama istrinya.     

"Besok kita antar mang Jupri ke desa, sekalian kita melihat mak dan abahnya Mbak manis. Aku sudah lama tidak ke sana," kata Ian lagi.     

Dino memandang ke arah Paijo yang duduk di sisinya. Paijo mengangkat bahunya, dia ikut saja, karena dia tidak mungkin tidak ikut.     

"Boleh, kita antar mang Jupri ke desanya nanti ya, aku harap mereka menerima kita sekalian kita menenangkan diri setelah mendapatkan teror dari dukun itu." Dino menyetujui apa yang dikatakan oleh Ian.     

Mobil melaju ke rumah Dino, malam makin larut mang Dadang yang membawa mobil merasakan keanehan. Mang Dadang melirik ke arah Ian yang duduk di sebelahnya. Dia memberikan kode ke Ian. Ian yang di berikan kode menatap mang Dadang dan mendongakkan kepalanya.     

"Sepertinya kita diikuti sama mobil belakang, kamu merasa tidak ian?" tanya mang Dadang.     

Ian yang mendengarnya langsung menoleh ke arah belakang dan benar saja, ada mobil yang mengikutinya. Dino, Paijo dan mang Dadang juga ikut melihat kebelakang dan benar saja ada mobil yang mengikuti mereka.     

"Mang, itu siapa?" tanya Ian yang bertanya pada mang Dadang.     

Mang dadang yang membawa mobil geleng kepala dia saja tidak tahu kenapa ada yang mengikutinya. Ian masih melihat ke belakang dan tiba-tiba mobil menyalip mereka tepat di depan. Mang Dadang menghentikan mobilnya mendadak, dia mengepalkan tangannya.     

"Ada apa ini?" tanya Nona yang berpelukkan dengan wajah ketakutan.     

Nona dan bibi Sum melihat beberapa pria keluar dari mobil dengan membawa senjata tajam. Pria itu mengetuk kaca mobil depan tapi tidak dibuka oleh Ian dan Mamang. Mereka saling pandang tidak ada yang berani. mereka takut senjata itu mengenai mereka, jika lawan tanpa senjata mereka tidak takut.     

"Kita turun saja, kita tanya mereka mau apa," jawab Dino yang keluar dari mobil.     

Paijo ikut keluar dan di susul dengan mang Dadang dan Ian. Mang Jupri di dalam menjaga dua wanita beda usia dan tentunya dia tidak bisa melawan mereka.     

"Ada apa kalian menghalangi kami?" tanya Dino yang tidak berbasa basi.     

"Serahkan wanita di dalam itu. Kami hanya mau wanita itu? Serahkan dia jika tidak kami akan membawa dia dengan kasar," kata pria yang mengacungkan senjata ke arah Dino dan kawannya.     

"Kau siapa hmm? Kenapa meminta wanita ini ikut denganmu? Kau siapanya? Kau bukan siapanya dia jadi jangan meminta yang bukan milikmu, enyahlah dari sini," kata Dino dengan pandangan tajam.     

"Banyak cerita kau!" teriak pria di depan Dino.     

Pria itu mengayunkan senjata tajam ke arah Dino namun Narsih berdiri di depan Dino. Senjata yang diayunkan itu langsung ke Dino mengenai narsih. Pria yang mengayunkan senjata tadi terdiam, senjata itu menacap di kepala Narsih. pria yang menghalangi mobil Dino mundur.     

"Mbak manis mulai beraksi. Dia mulai terlihat kekejamannya." Ian mulai mendukung Narsih.     

"Narsih kejam lagi, dia tahu jika kita dalam keadaan seperti ini dia datang untuk menolong kita," ucap Paijo.     

Narsih mulai menyelesaikan satu persatu pria yang menghalangi jalan Dino dan yang lainnya. Narsih tahu siapa yang menyuruh menculik Nona. Teriakkan pria itu begitu kencang.     

"Akhhh!" teriak pria yang di lempar Narsih dan meninggal seketika.     

Pria lain mencoba melawan, namun lagi-lagi, Narsih memperlihatkan kekejamannya dan menghabisi semua pria itu tanpa sisa. Pria yang mengancam Dino dibawa Narsih terbang entah kemana. Jeritan pria itu terdengar dan seketika hilang begitu saja. Dino dan lainnya melihat kepergian Narsih dan pria yang mengancam Dino tadi.     

"Jadi, kira-kira dibawa kemana pria tadi ya?" tanya Ian pada Dino.     

"Paling nemani dia di kuburan mbak manis, ayo lah kita pergi. Sekarang kita harus waspada, kemungkinan itu orang suruhan Bram," kata Paijo.     

"Mang rasa itu bukan suruhan Bram, itu pasti orang suruhan dukun itu. Terlihat sekali ada tanda di lehernya." Mang Dadang menunjuk ke arah mayat yang tergeletak di jalan.     

"Kita pulang dulu, habis itu baru kita bicarakan lagi," jawab Dino yang masuk ke dalam. mobil.     

Semua mengikuti Dino dan masuk ke dalam. mobil. Satu lagi peristiwa yang membuat mereka merasakan ketegangan tapi tidak setegang dulu. Sudah biasa melihat Narsih membunuh orang.     

"Apa aman? Apa yang terjadi Dino?" tanya Nona pada Dino.     

"Mereka menginginkanmu Nona, entah itu siapa, katanya mang Dadang itu suruhan anak dukun itu. Mungkin dia ingin barter dengan jasad Narsih, atau pun ingin mendapatkan kau dan jasad Narsih," jawab Dino lagi.     

"Jadi mereka masih menginginkan jasad Narsih?" tanya mang Jupri pada Dino.     

Dino menganggukkan kepalanya. Dia tidak mau menutupi lagi. Mang Jupri menghela nafas panjang, makin rumit pikirnya.     

"Kenapa Bram tidak mau mengakui kesalahannya, kenapa bisa ya dia tidak mau ikhlas saja dihukum," jawab Mang Jupri yang sedikit kesal.     

Semuanya diam mendengarkan apa yang Mang Jupri katakan. Mereka saja sudah lelah harus mengejar Bram, tapi Bram begitu lihai dia bisa dengan mudah lolos dari mereka, malah Narsih saja tidak bisa mendekatinya hanya karena jimat itu.     

hay sahabat Winarsih, mampir ke novel hororku juga ya "Kutukan Nyai Darsimah" ramaikan dan komen juga terima kasih love you all.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.