Dendam Winarsih

Tinggalkan Dia Bram



Tinggalkan Dia Bram

0Bram yang sudah di dalam mobil menunggu Nona masuk ke dalam mobil. Bram menjemput Nona di kantornya, Nona yang ingin pergi makan dengan Dino akhirnya mengurungkan niatnya.     

Klekkk!     

Nona membuka pintu mobil dan terlihat Bram sedang menatapnya dengan serius." Kenapa lama sekali kamu pulang? Apa kamu banyak kerjaan ya? Jika kamu pulang malam terus, lebih baik berhenti kerja saja, pernikahan kita juga sebentar lagi, jadi lebih baik kamu jangan kerja saja, di rumah saja ya." Bram mulai lagi menunjukkan kekuasaannya kepada Nona.     

Nona memandang ke arah Bram dengan tatapan tajam dan tidak hanya itu saja, dia juga tidak suka ada yang memerintahkan dia untuk berhenti, Bram yang tahu kalau Nona marah padanya hanya diam saja dan tidak lagi membahas.     

"Jalan pak, kita pulang sekarang." Bram memerintahkan supir untuk meninggalkan kantor dan kembali ke rumah.     

Tidak ada pembicaraan sama sekali, yang ada hanya keterdiaman keduanya. Sampai di rumah Nona langsung masuk ke dalam rumah tanpa menunggu Bram, Bram tahu kalau Nona marah padanya, tapi dia tidak bisa berbuat apapun, dia hanya bisa pasrah dan menunggu amarah dari Nona reda.     

Mang Jupri yang melihat Nona langsung masuk ke dalam kamar hanya menyerngitkan keningnya. Si mamang melihat ke arah Bram dan ingin meminta penjelasan ke Bram, tapi Bram malah diam dan tidak berkata apapun, dia hanya diam dan masuk ke kamar.     

"Pak, mereka kenapa?" tanya bibi Sumi istri mang Jupri.     

Si mamang yang tengah melamun terkejut mendengar suara istrinya memanggil dia. "Kodok bangkong pakai celana pendek!" latah mang Jupri sembari melompat-lompat.     

Istri mang Jupri yang melihat suaminya latah hanya mengangga, para pelayan yang melihat kelakuan mang Jupri hanya tersenyum kecil melihat kelakuan mang Jupri.     

"Kalian ini, malah ketawa, seneng kalau mamang ini terserang sakit jantung iya? Kamu juga, apa kamu mau nikah lagi kalau aku meninggal iya? Istri kok nggak ada benarnya. Lihat sana si Nona, kenapa dia pulang-pulang langsung masuk, si Bram itu juga, entah apa yang dia otaknya, kenapa dia buat Nona marah, sana pergi," ucap mang Jupri yang mengusir istrinya untuk bertemu dengan Nona.     

Mang Jupri berjalan menuju kamarnya, tanpa sengaja dia mendengar pembicaraan Bram tapi tidak tahu dengan siapa. Mang Jupri melihat ke kiri dan ke kanan, dia melihat apakah ada pelayan di rumah ini yang lewat dan mengetahui dia menguping, setelah aman mang Jupri langsung mendekatkan dirinya ke kuping untuk mendengar apa yang Bram bicarakan.     

Bram yang masuk ke kamar mengacak rambutnya, dia tidak menyangka di hari yang mendekati pernikahan dia dengan Nona, dia mendapat banyak masalah. Bram merasakan ponselnya berdering di dalam saku celana.     

Drt ... drt ...     

Bram mengambil ponselnya dan melihat siapa yang menelponnya. Dia heran, kenapa Deka menelpon dirinya. Bram langsung mengangkat telpon dari Deka.     

"Ada apa?" tanya Bram kepada Deka.     

"Bram, kamu yakin tidak mau bertemu dukun itu lagi kan?" tanya Deka.     

Bram yang mendengar pertanyaan dari Deka hanya menyerngitkan keningnya, bukannya sudah di katakan kalau dia tidak mau melakukan itu. Karena dia tidak mungkin ke sana karena tumbal dukun itu sudah terbukti.     

"Aku sudah katakan, aku tidak mau, kamu tidak jera ya, kalau istri kamu sudah dijadikan tumbal, apa tidak mikir kamu, itu semua karena kebodohan kamu, paham kamu Deka?" tanya Bram kepada Deka.     

Deka terdiam karena apa yang dikatakan oleh Bram ada benarnya juga. Bram yang tidak mendapatkan jawaban apa pun dari Deka hanya menghela nafas panjang, dia tidak tahu harus ngomong apa lagi dengan Deka yang terpengaruh oleh dukun itu.     

"Deka, dengar baik-baik, kamu tidak bisa seperti ini, ingat kamu tidak bisa seperti ini, aku hanya menasehati kamu. Jika kamu tidak mau dengar, ya sudah, aku tidak akan melarang kamu ke sana tapi jangan ganggu Nona, aku hanya minta dia akan menjadi istriku, jangan tumbalkan istriku nanti, karena aku sendiri yang akan membunuh kalian," ucap Bram dengan tegas.     

"Apa kamu tetap dengan dia ya Bram? Apa kamu tidak mau melepaskan dia? Tinggalkan dia Bram, dia akan membuat kamu meninggal, apa kamu siap?" tanya Deka kepada Bram.     

Bram hanya dia dan tidak mengatakan apapun, dia hanya diam dan tidak bisa mengatakan apapun. Helaan nafas Bram terdengar sangat jelas di telinga Deka. Deka tahu, semua rumit karena masa lalu mereka yang tidak bisa di kendalikan. Karena nafsu mereka harus terjebak di masa lalu yang rumit.     

"Sudah lah, aku tidak bisa mengatakan apapun, aku hanya bisa berharap kalau pun Narsih membalaskan dendam, jangan libatkan dia, karena aku tidak mau dia terlibat, kalau pun niatnya ingin membunuhku, aku tidak masalah, mungkin takdir aku di tangan dia," ucap Bram yang pasrah akan apa yang terjadi nantinya.     

Deka hanya diam tidak bisa berkata apapun karena itu hak dia. "Ya sudah, itu terserah kamu saja, aku tidak akan membuat masalah lagi, ya sudah, aku rasa pembicaraan kita sudah sampai di sini saja aku tidak mau bahas lagi," ucap Deka yang sudah mengakhiri panggilan dengan Bram.     

Bram yang sudah selesai berbicara dengan Deka langsung meletakkan telponnya dan melihat di jendela ada Narsih yang menatap dia. Bram bangun dan mendekati Narsih. Senyum Bram terlihat jelas, senyum menawan ala Bram terlihat, Narsih yang melihatnya ikut tersenyum tapi Narsih senyumnya dingin dan tidak semanis Bram.     

"Aku hanya bisa katakan, jika dendam dengan aku, aku saja yang kamu kejar dan bunuh, jangan libatkan orang lain. Apa lagi, para anak muda itu juga wanita yang akan aku nikahi. Itu baru imbang, jangan bawa mereka, karena itu sama saja kamu lemah, apa gunanya golok kamu, jika kamu lemah, atau kamu bukan Narsih, kamu hanya jelmaan jin yang ingin mendapatkan tumbal untuk ilmu kamu. Jadi, pikirkan apa yang aku katakan," ucap Bram dengan tegas dan langsung pergi dari hadapan Narsih.     

Narsih hanya diam saja, dia mengenggam golok dengan erat, sepeninggalan Bram, Narsih menitikkan air mata, begitu saja. Narsih pergi dari rumah Bram. Dia tahu kalau dirinya tidak mau melibatkan mereka tapi mereka yang ingin membantu, jika bukan karena jimat itu dia pasti sudah mengakhiri semuanya.     

Mang Jupri yang mendengarnya terdiam, apa dia tidak salah dengar apa yang Bram katakan. Apa dia benar-benar mencintai Nona. Mang Jupri yang melamun tidak tahu jika istrinya menepuk pundaknya. Mang Jupri yang di pukul oleh Istrinya terkejut dan latah karena dikejut, bibi Sumi menutup mulutnya Mang Jupri dan meletakkan jari di mulutnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.