Dendam Winarsih

Abah Dan Mak Meninggal



Abah Dan Mak Meninggal

0Semuanya diam dan tidak ada yang berkata apapun, mereka tidak se gembira tadi. Dino yang sudah memasangkan cincin di jari Nona duduk di sebelah Nona dan menunggu apa yang terjadi, siapa yang meninggal pikirnya lagi.     

Mang Jupri mengakhiri panggilannya, dia menatap ke arah mereka yang melihatnya. Mang Jupri menghela nafas karena dia tidak bisa mengatakan apa-apa lagi.     

"Apa yang terjadi pak, siapa yang meninggal pak?" tanya bibi Sumi yang penasaran dengan berita yang akan di sampaikan oleh suaminya.     

"Saya mau katakan, kalau abah dan mak meninggal, Narsih sudah kehilangan keduanya secara bersamaan dan meninggal karena rumah mereka kebakaran, ini sekarang mereka membawa jasad keduanya ke rumah sakit tempat kamu kerja dulu Dadang." Mang Jupri mengatakan apa yang terjadi dengan berat hati.     

"Jadi, jasadnya akan di bawa ke rumah siapa?" tanya Ian dengan suara pelan dan bergetar.     

"Ke rumah pak ustad, dan saya juga istri saya akan ke sana," ucap mang Jupri kepada semuanya.     

"Ya sudah, ayo kita ke sana, saya akan kirim pesan ke manajer, aku akan katakan izin karena ada yang meninggal, kalian bersiaplah," ucap Dino yang langsung mengirim pesan ke manajer.     

Dino mengambil telpon dan mengetik sesuatu dan setelah itu dia pun ikut berkemas, paling tidak dia akan ke sana tiga hari. Selesai bersiap, mereka langsung pergi menggunakan mobil pak ustad Mahdi dan mereka melaju membelah jalan dan tidak ada yang bicara sama sekali.     

"Kita sampai nggak ya tepat waktu di sana?" tanya Ian yang ikut cemas karena takut tidak bisa melihat keduanya, walaupun sudah di kafani, tetap mereka tidak akan bisa melihat wajahnya karena pasti sudah terbakar habis.     

"Tidak sepertinya, karena tidak mungkin kita mengejar ke sana karena yang ada kita kecelakaan, yang penting kita datang untuk berbela sungkawa." Dino mengatakan ke mereka kalau tidak mungkin mengejar ke desa Salak karena mereka tahunya juga sudah terlambat.     

Perjalanan mereka akhirnya sampai di Desa Salak, mobil langsung menuju ke rumah pak ustad. Rumah pak ustad sudah ramai dengan pelayat dan saat bersamaan, ambulan tiba.     

"Aku tidak bisa menyangka kenapa bisa rumah mereka terbakar, apa yang terjadi hingga rumah itu terbakar ya," ucap Ian yang berjalan dan duduk di sebelah Paijo.     

"Entahlah, aku pun tidak tahu, kita dengar saja apa kata pak ustad nanti," jawab Paijo.     

Jasad keduanya langsung dimasukkan ke dalam rumah dan mereka mensolatkan jasad keduanya dan setelah selesai, mereka langsung pergi ke luar dan bersiap untuk memakamkan, karena tidak ada kerabat yang menunggu keduanya, jadi pihak desa langsung memakamkan.     

Dino dan yang lainnya ikut membantu setelah selesai mereka pulang, Dino dan yang lainnya melihat Narsih yang menatap dari kejauhan makam orang tuanya yang terlihat jelas di matanya sendu, Narsih berubah menjadi wajah Narsih yang seperti semula, dia tidak bisa mengatakan apapun dan tentu saja dia tidak bisa berkata apapun.     

"Biarkan dia sendiri, dia butuh kesendirian dan dia butuh ketenangan," ucap Dino kepada yang lainnya.     

Ian dan yang lainnya juga menganggukkan kepala, mereka tidak bisa mengatakan apa-apa kehilangan orang yang di sayangi tentu saja membuat sedih yang mendalam.     

Sampai di rumah pak ustad, mereka segera di suguhkan air minum, dan terdengar dari dalam rumah para pelayat mengalunkan ayat suci untuk mendoakan keduanya. Selesai pengajian, para pelayat pergi dari rumah pak ustad dan tersisa Dino dan yang lainnya.     

"Assalamu'alaikum pak, maaf sebelumnya kami mau menanyakan, apa yang terjadi, kenapa bisa kebakaran ya pak?" tanya Dino hati-hati.     

"Konsleting listrik mas, jadi mereka terbakar, itu kata polisi yang datang setelah apinya padam," jawab pak ustad kepada mereka.     

Dino hanya diam, dia tidak bertanya lagi, Mang Jupri pun pamit dari rumah pak ustad, begitu juga dengan Dino dan rombongan, mereka akan menginap di rumah mang Jupri dan akan mengikuti pengajian di rumah pak ustad selama tiga hari.     

Tidak berapa lama, mereka tiba di rumah mang Jupri, mereka segera masuk ke dalam rumah dan segera membersihkan diri setelah selesai mereka berkumpul di ruang tengah.     

Tok ... tok ...     

Pintu rumah mang Jupri di ketuk, mang Jupri bangun dan membuka pintu rumahnya dan terlihat jelas penjaga penginapannya membawa makanan pesanan mang Jupri.     

"Mang, ini makanannya," ucap penjaga penginapan kepada mang Jupri.     

"Terima kasih banyak ya," ucap mang Jupri kepada penjaga penginapan itu.     

Mang Jupri sudah memesan makanan, dia tidak mau tamunya tidak mendapatkan pelayanan yang baik, setelah membayar penjaga penginapannya pergi dan mang Jupri yang hendak menutup pintu melihat dengan jelas wajah seseorang yang sangat hancur dan dia adalah Bram.     

Brakkkk!     

Pintu tertutup dengan kencang dan tentu saja membuat dia ketakutan, mang Jupri jalan terbongkok-bongkok, dia takut karena melihat apa yang terjadi, dia sangat takut dan benar-benar takut karena melihat apa yang ada di luar.     

"Kenapa dia di sini? Apa dia yang membunuh abah dan emak ya? Jika iya, buat apa," gumam mang Jupri kepada dirinya sendiri.     

Mang Jupri berjalan cepat dan saat bersamaan mereka menghampiri mang Jupri yang terlihat sangat aneh.     

"Mang, kenapa banting pintu mang?" tanya Ian yang terkejut karena mang Jupri banting pintu.     

Tangan mang Jupri mengigil karena dia tidak tahu apa yang harus dia katakan, dia benar-benar tidak menyangka sama sekali bisa melihat Bram di sini.     

"Dia ikutin kita, dia ikutin kita, aku takut sekali, sumpah aku takut sekali," ucap mang Jupri dengan wajah pucat dan gemetar.     

"Ap-apa yang mamang katakan?" tanya Ian yang ikut terbata-bata saat mendengar apa yang di katakan oleh mang Jupri.     

"Iya, dia sangat menyeramkan dan sangat-sangat menyeramkan, aku takut melihatnya," ucap mang Jupri yang menggigil.     

Dino menatap ke arah pak ustad dan mang Dadang. Nona, Mirna dan bibi Sumi saling pelukkan, mereka takut jika Bram ke sini dan membawa Nona.     

"Jangan menunggu lama, besok kalian menikahlah, dan jangan menunggu lama, nikah agama dulu setelah itu kalian baru urus yang lainnya," ucap pak ustad yang membuat Dino menganggukkan kepala ke arah pak ustad.     

Mang Jupri di minta duduk dan Toni memberikan air yang dia ambil dan di serah kan ke mang Jupri. Mang Jupri meminum minumannya hingga tandas.     

"Apa dia juga yang membuat rumah abah dan emak kebakaran? Karena aku yakin, abah dan emak pasti tidak akan teledor seperti ini, rumah mereka listriknya juga rendah kan, tidak seperti rumah ini, jadi tidak mungkin bisa terbakar jika bukan ada yang melakukannya," ucap Ian yang menduga jika Bram yang melakukannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.