HE ISN'T MYBROTHER

Rachel Kesal



Rachel Kesal

Rachel benar-benar tidak mau, jika kakaknya akan mengajar di kampusnya.     

Meskipun hanya sementara. Tetapi, semua mata seluruh mahasiswi pasti teralihkan pada Delon Gee Jeeicho.     

Tanpa berkata apapun. Setelah perdebatan yang Rachel dan Delon lakukan. Akhirnya tidak ada penyelesaian yang membuat Rachel lebih tenang dari keadaan tadi.     

Rachel meminta turun di halte bus dengan paksa. Dia tidak mau berangkat bersama kakaknya itu.     

Entah kenapa. Kebohongan yang hanya seperti itu saja. Membuat hatinya begitu sakit.     

"Aku bisa berangkat sendiri. Sebelum kakak pulang. Aku juga sudah terbiasa seperti ini," kata Rachel. Delon yang mendengar perkataan Rachel hanya bisa menghela napas beratnya.     

Delon tidak memiliki kemampuan untuk menahan adiknya lagi. Sepertinya Rachel memang harus berangkat tanpa dirinya kali ini.     

Untuk membuat Rachel tenang. Itulah cara untuk menenangkan seorang perempuan menurut Delon.     

Biarkan mereka sendiri. Setelah amarahnya reda barulah ajak berbicara kembali.     

"Pergilah." Delon menghentikan laju mobilnya sesuai dengan permintaan Rachel.     

Dengan segala penolakan Rachel. Akhirnya Delon dengan terpaksa menurunkan adiknya di tempat yang sudah disebutkan Rachel tadi.     

Mereka terlibat perang dingin di sana.     

Tanpa mengatakan apapun. Rachel langsung turun dengan membanting pintu mobil.     

"Dasar keras kepala," gumam Delon saat melihat Rachel berdiri sendirian di bayangan spion mobil.     

Baru kali ini mereka terlibat pertengkaran dengan ending Rachel meminta di turunkan di jalan. Setelah 5 tahun Delon di luar Negeri.     

Delon berkali-kali memukul kendali setirnya. Delon membenci dirinya sendiri.     

Seandainya orang tua kandungnya tidak membuangnya di panti asuhan. Mungkin saat ini. Ia bisa mengatakan perasaannya kepada Rachel.     

"Aku benci kak Delon!" teriak Rachel dengan keras. Hingga merasakan sakit di tenggorakannya. Untung suasana masih sepi. Sehingga hanya ada Rachel yang terduduk di sana.     

"Tapi, kenapa sesakit ini." Air mata Rachel sudah mulai terjatuh. Membasahi pipi putihnya.     

Tangis Rachel meluru di sana. Rachel ingin memuaskan dirinya dengan menangis sepuasnya. Menangisi Delon yang telah berubah tidak sehangat dulu.     

Rachel menguatkan dirinya. Rachel berkali-kali mengatakan jika perasaan nyamannya dengan Delon adalah salah. Sangat salah.     

Karena yang Rachel tahu Delon adalah kakak kandungnya. Dan tidak seharusnya perasaan itu ada.     

Ungkapan itu memacu hati dan pikiran Rachel bekerja sama.     

Dan keyakinannya sudah mulai menguat.     

Aku harus melupakan perasaanku pada kak Delon!     

Setelah 10 menit berlalu. Dan perasaannya sudah terasa tenang. Akhirnya Rachel menghapus air matanya lalu mengganti dengan mengoles wajahnya dengan make up tipis.     

"Hm. Lumayan," gumam Rachel pada pantulan dirinya di dalam cermin kecilnya.     

Mata sembab Rachel pun telah tertutup dengan make up cantik namun masih terlihat natural.     

Sekarang primadona kampus baru itu telah siap untuk berangkat ke kampus. Dengan setelan dress mini blue-nya.     

Sedangkan rambut Rachel, ia kuncir kuda. Hingga memperlihatkan kulit tengkuknya yang putih bersih.     

Untung nasib baik berpihak pada Rachel. Setelah menyelesaikan semuanya. Bus menuju ke arah kampusnya datang.     

Betapa senangnya Rachel. Hingga tanpa ia sadari garis manis di bibirnya tercetak begitu ketara.     

"Terima kasih, Pak," ucap Rachel pada supir bus. Lelaki dengan seragam perusahaannya itu mengangguk seraya membalas senyum ramah Rachel.     

Rachel memilih duduk di pertengahan. Karena menurutnya tempat itu strategis untuk melihat sekitar. Selagi berjaga-jaga.     

Tak lama. Ponsel Rachel berbunyi.     

Netra Rachel melihat nama panggilan yang tertera di sana. 'Kak Delon Gee Jeicho'     

Rachel menatap kesal panggilan yang masuk tersebut. Tanpa berniat ingin mengangkat panggilan itu. Jemari Rachel dengan trampil medial ikon merah.     

Rachel tidak peduli jika nanti dirinya akan bertemu Delon. Rachel tidak mau menambah perasaannya menjadi semakin tidak karuan. Ia akan berpura-pura tak mengenali pria itu.     

Yang terbaik memang seperti itu 'kan?     

Percuma jika mengakui Delon sebagai kakaknya. Mereka juga tidak akan percaya meskipun wajah Rachel dan Delon sama-sama tidak memiliki kekurangan dalam hal apapun.     

"Huh... sudahlah." Rachel menghela napas beratnya. Seraya memutar pupil mata coklatnya.     

Mengedarka pandangan di setiap jalanan yang telah di tumbuhi beberapa pohon baru di sandingkan dengan tunas kecil di setiap jalan.     

Terlihat sangat cantik. Udara juga masih segar jika masih pagi. Kendaraan juga tidak sepadat saat siang ataupun saat sore waktu jam pulang kerja.     

"Kampus Geesa," ujar Pak supir dalam sound yang telah dipasang di sudut-sudut sisi kaca.     

Geesa kepanjangan dari Gee Jeicho University.     

Rachel bersiap. Ia mastikan kembali jika tidak ada yang tertinggal. Setelah busnya sudah berhenti sempurna. Barulah ia melangkah meninggalkan bus itu.     

Penting sekali jika kita berada di manapun mengecek ulang sebelum kita meninggalkan tempat tersebut. Meskipun Rachel pemalas. Tapi, dia tidak pernah ceroboh.     

Perasaan aku baru duduk. Sudah sampai aja, gumam Rachel dalam hatin.     

Jarak halte bus dan kampus Rachel memang tak terlalu jauh. Jika menggunakan kendaraan. Tapi, jika jalan kaki. Pasti akan memakan waktu satu jam.     

"Akhirnya," kata Rachel saat matanya melihat gedung kampus milik kakeknya yang selalu membuat Rachel takjub. Ornamen dan gaya bangunan tersebut tidak kalah indahnya dari kampus luar Negeri.     

Rachel melangkahkan kakinya menuju gerbang kampus Geesa. Tapi, tiba-tiba langkahnya terhenti. Tangannya tercekal oleh seseorang yang menariknya dari belakang.     

"Hei, jangan kurang ajar ya!" pekik Rachel saat ia ingin mengadiahi bogeman mentah dari kepalan tangannya.     

Pria itu langsung menghindari ayunan tangan Rachel yang arahnya selaras tepat pada wajahnya.     

"Chel, ini gue. Maichel," ucap Maichel dengan sedikit waspada.     

Rachel menghela napasnya lagi. Ternyata dia teman sejurusan dengannya. Yang selalu mengejar Rachel sejak dari masa pengenalan mahasiswa dulu.     

Tapi, Maichel memang jauh lebih muda darinya.     

"Panggil gue Kakak!"     

"Gue lebih tua dua tahun dari lo, bocah!" lanjut Rachel dengan terkekeh.     

Maichel memang terlihat lebih dewasa dari umurnya. Bahkan jika disandingkan dengan Rachel. Mereka seperti orang yang sedang berpacaran.     

Maichel terkikik. Mana bisa dia memanggil perempuan idamannya dengan panggilan, 'Kakak.' Sungguh konyol.     

Tapi, tidak apalah. Kali ini Maichel akan menuruti perintah dari primadona kampus itu. Eh, siapa tau jodoh.     

"Baiklah kakak cantik. Ayo masuk!" ujar Maichel dengan nada selembut mungkin. Dan tak lupa ia merangkulkan tangan pangjangnya di bahu putih terbuka milik Rachel.     

Karena Rachel sekarang memakai mini dress yang memperlihatkan bahu putihnya. Sehingga mata Maichel juga terkadang mengambil kesempatan mencuri pada bagian itu.     

Rachel menggeliat tidak suka. Ia ingin melepaskan rangkulan Maichel. Tapi, dekapannya begitu kuat. Hingga Rachel tidak bisa berkutik.     

Sialan ni anak.     

"Ssst! Ayo masuk. Hari pertama kita. Jangan sampai terlambat," ajak Maichel di sertai kerlingan matanya. Dan supaya Rachel tak memberontak lagi.     

Rachel mendesah kesal, "Rese banget lo!"     

Maichel hanya membalas dengan senyum tampannya yang pasti akan membuat seluruh mahasiswi menjerit. Tapi itu tidak berlaku untuk Rachel.     

Namun tidak jauh dari itu. Ada sepasang mata yang melihat kemesraan Rachel dan Maichel dengan sorot mata yang begitu memanas.     

Siapa lagi jika tidak Delon. Pria itu memang sengaja menunggu Rachel di dalam mobil di parkiran.     

Cengkraman pada kendali itu bertambah mengeras. Taatkala melihat tangan Maichel melingkar indah di bahu adiknya.     

"Rachel! Aku hanya meninggalkanmu sebentar. Tapi, kamu sudah berani mengijinkan pria lain menyentuh tubuhmu," ucap Delon dengan serat mata membulat berapi. Seakan semua terasa sesak di hatinya saat ini.     

Rachel dan Maichel mendapat jatah kelas sama, di semester pertama. Begitupula dengan ke dua sahabat barunya.     

"Raacheel! Sini!" Sellyn melambai di deretan baris ke tiga. Menyuruh Rachel menyusul dirinya.     

Rachel menggangguk paham. Lalu ia mulai melangkah menuju lambaian itu. Begitupula dengan Maichel. Ia pun mengikuti Rachel dari belakang layaknya pacar yang protektif.     

Suasana kelas masih sepi. Bahkan di dalam kelas yang masuk hanya beberapa anak. Sangat bisa di hitung.     

Saat ini memang terbilang masih pagi bagi jam masuk perkuliahan. Hanya gara-gara Delon. Rachel harus melalui hari ini dengan perasaan kesal.     

"Raachel, gue kangen lo deh," seru Sellyn yang terdengar sangat manja. Dia langsung menumbruk tubuh Rachel dengan pelukan gemas.     

Sellyn Dermoun adalah gadis manja. Dia merupakan anak dari salah satu pejabat negeri ini.     

Juga sebagai sahabat baru Rachell saat masa orientasi. Mereka bisa menjadi klop. Karena mereka tidak sengaja melanggar aturan yang dibuat oleh seniornya.     

Sehingga membuat ke duanya terkena hukuman konyol untuk menghitung kelopak bunga di taman kampus.     

Hukuman itu memang tak masuk akal. Tapi, jika di tangan Rachel. Hukuman itu akan menjadi menyenangkan.     

"Sellyn, kita baru ketemu kemarin. Dan lo bilang lo kangen gue?" cibir Rachell yang merasa pelukan sahabatnya begitu berlebihan.     

Sellyn merenggangkan pelukannya. Lalu merekahkan senyumnya, memperlihatkan baris gigi putihnya.     

"Kita 'kan best friend forever," sahut Sellyn sekenanya. Rachel yang mendengar itupun hanya tersenyum kecut.     

Sellyn melirik aneh pada pria di samping Rachel. Sepertinya dia pernah melihat pria tampan itu. Tapi, Sellyn lupa. Di mana.     

Rachel menatap aneh Sellyn. Lalu mengikuti arah pandangnya. Ternyata dia sedang melihat Maichel.     

"Kenapa lo?" tanya Rachel seraya terkekeh melihat tatapan nakal Sellyn pada Maichele.     

"Mungkin temen lo kesambet pohon depan kampus."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.