HE ISN'T MYBROTHER

Tidak Ada Yang Salah Dalam Cinta



Tidak Ada Yang Salah Dalam Cinta

0"Aku menginginkan ini ...." Delon mendekatkan bibirnya. Hampir saja Delon memulai, tapi suara langkah kaki mengejutkan mereka.     

"Kak ... jangan seperti ini," ucap Rachel takut.     

"Ssssttt... diam!" Rachel-pun menurut seperti anak kucing yang manis kepada tuannya.     

Tempat persembunyian Delon dan Rachel memang sangat strategis karena terhalang oleh tiang-tiang besar.     

"Anak pintar ...," Delon mengulas lembut pucuk rambut Rachel.     

"Tante, Delon semakin membuatku pusing setiap hari. Andai dia punya istri, pasti hidupku akan lebih indah," keluh Regan yang sedang berjalan beriringan dengan Martha.     

Martha membalas keluhan Regan dengan senyum. "Delon saja baru di sini dua hari ... bagaimana dia bisa membuatmu pusing, Nak?"     

Regan-pun menjelaskan panjang lebar di sepanjang perjalanan mereka menuju keruang Jeno hingga membuat wanita paruh baya itu tertawa.     

"Kak Regan di sini, Kak?" tanya Rachel dengan suara pelan. Delon mengangguk sebagai jawabannya.     

"Ikut aku ...." Delon langsung menarik tangan Rachel saat Regan belum terlalu mendekati tempat persembunyiannya.     

Kak Delon mau bawa gue kemana, sih?     

Delon dengan cepat menutup pintu dan membawa Rachel bersama dirinya di dalam kamar mandi.     

Memang benar Delonlah yang menyuruh asisten pribadinya itu untuk kerumah membahas perusahaan Jeno. Tapi, entah kenapa kedatangan Regan saat ini sangat tidak tepat.     

Aku bilang datang jam 10. Dia malah datang sekarang!     

Rachel mengedarkan matanya keseluruh arah menghindari tatapan panas dari Delon saat ini. Tidak tahu kenapa Delon masih diam tanpa mengatakan apapun.     

Dengan sedikit ketakutan Rachel memberanikan diri untuk bertanya kepada pria yang ada di depannya itu.     

"Kak kenapa ki ... kita di sini, bukannya kakak mau ketemu kak Regan?" tanya Rachel kembali.     

Namun, Delon malah menjawab dengan semakin mengikis jarak di antara mereka hingga Rachel dapat merasakan nafas Delon yang sedikit memanas.     

"Apa yang kau dengar tadi?" tanya balik Regan dengan suara yang begitu menggoda di telinga Rachel.     

Rachel mengedarkan kembali pandangannya kemana-pun asal ia tidak melihat mata Delon, bisa-bisa kebohongannya terbongkar.     

"Se ... seperti yang aku katakan tadi, Kak. Aku haus dan tidak tahu tiba-tiba kakiku berjalan keruangan papa," jelas bohong Rachel dengan suara terbata.     

Delon tahu jika perempuan yang berada dikungkungannya sedang berbohong. Karena Delon tahu Rachel tidak akan pernah bisa berbohong di hadapannya.     

"Apa kamu yakin, hem...," Delon meniupkan angin di telinga Rachel hingga tubuh Rachel menegang panas.     

Baru kali ini Rachel dibuat mati kutu. Dan baru Delon yang membuat Rachel seperti ini.     

Biasanya Rachel-lah yang selalu menggunakan cara seperti ini untuk meminta kemauannya, tapi kali ini dialah yang menjadi korban.     

Harusnya gue nggak keruangan papa tadi! tapi, kalau gue nggak kesana ... gue nggak akan tahu semua.     

"Kak, berhenti ... apa yang kamu lakukan...," Rachel merasa seluruh tubuhnya menjadi memanas saat Delon bermain di area leher putih jenjangnya.     

"Katakan atau aku tidak bisa menjamin diriku sendiri," ucap Delon di sela permainannya.     

"Eumhp... iya---iya, aku katakan. Aku hanya mendengar Kakak menolak Jenny," jelas Rachel berbohong.     

Delon yang mendengar itupun langsung menghentikan permainannya dan menatap lekat Rachel. "Hanya itu?" Rachel mengangguk berat.     

"Dasar tidak patuh." Bibir Delon telah merebut bibir lembut Rachel dengan perasaan mendamba dengan begitu cepat, hingga Rachel-pun tidak tahu kapan ia ikut menikmati sentuhan bibir Delon.     

"Selamat malam Tuan Jeno," sapa Regan dengan sedikit menunduk saat dirinya dan Martha masuk kedalam ruangan Jeno.     

Jeno yang sedang menyibukkan dirinya dengan berbagai berkas di mejanya, kini mengulas senyum tampannya melihat istri dan sahabat putra berada di dalam ruangannya.     

"Regan, kapan kau di sini?" tanya Jeno sembari mendirikan tubuhnya. "Baru saja, Tuan Jeno," balas Regan.     

Jeno melangkahkan kakinya menuju Regan dan Martha, lalu memeluk tubuh Regan dengan gentle. "Hei, jangan panggil aku seperti itu! sekarang kau sudah sangat besar, Re. Aku sudah lama tidak melihatmu," tambah Jeno.     

Regan membalas ucapan Jeno dengan mengulas senyum tampannya. "Tapi aku masih jauh lebih tampan dari putramu, kan?" goda Regan dengan terkekeh.     

"Akulah yang lebih tampan dari kalian berdua. Karena aku mempunyai istri secantik tantemu ini," sahut Jeno percaya diri dan langsung mendapat pukulan kecil dari Martha di lengan kekar Jeno.     

"Jangan dengarkan Pak tua ini. Dasar tukang gombal," tungkas Martha malu di depan Regan sembari melirik suaminya dengan ekor matanya.     

"Bukan gombal, Istriku sayang," bisik Jeno pada Martha.     

Regan yang mendengarkan Jeno dan Martha hanya bisa tertawa kecil, keromantisan mereka memang tak pernah hilang hingga saat ini.     

"Andai aku lahir duluan sebelum, Om. Pasti aku sudah mendapatkan tante," kata Regan sembari mengedipkan satu matanya kearah Martha.     

"Enak saja. Mau ini ....." Jeno menunjukkan gumpalan tangannya kearah Regan. Regan dan Martha semakin tertawa terbahak saat melihat Jeno cemburu.     

"Ada apa kamu kesini? Tidak hanya merindukanku saja, kan?"     

"Aku ada urusan dengan Delon, Om. Dia di mana?" tanya Regan.     

"Delon? Dia sudah tidak berada di sini. Mungkin di kamarnya," sahut Jeno kembali.     

Regan menatap Jeno sedikit terkejut. Pasalnya Regan tadi kekamar Delon, tapi bossnya itu tidak ada.     

"Benar di kamar, Om?" tanya Regan sekali lagi untuk meyakinkan dugaannya. Jeno mengangguk sebagai jawabannya, "Mungkin saja. Kau tau sendiri ... anak itu tidak pernah kemana-kemana selain di kamarnya."     

Regan-pun berniat kembali kekamar Delon lagi mungkin saja Delon sudah berada di kamarnya.     

"Yasudah aku kembali kekamar Delon lagi, Om. Aku harus menyampaikan berkas ini," pungkas Regan sembari menunjukkan amplop coklat di tangannya kepada Jeno.     

Jeno mengangguk kembali mengiyakan.     

"Nanti biar bi Rina bawakan minuman kesana," kata Martha. "Terima kasih Tante," balas Regan dengan senyum.     

Sedangkan Delon saat ini masih belum berhenti menikmati bibir lembut Rachel. Bibir Rachel seakan magnet untuk Delon. Tengkuk Rachel semakin ditekan untuk memperdalam ciumannya.     

Bahkan tangan Delon yang satunya telah reflek menyentuh paha Rachel yang masih terlapisi piyama satinnya.     

Rachel yang merasakan aliran darahnya seperti aliran listrik yang menjalar di seluruh tubuhnya karena ulah tangan Delon.     

Rachel langsung menyadarkan dirinya dan menepuk-nepuk dada Delon untuk mengakhiri pergulatan mereka.     

"Eumph... Ka ...Kak, berhenti jangan lanjutkan," ucap Rachel saat ia berhasil melepaskan dirinya dari serangan Delon.     

Mata Delon terlihat sayu saat bibirnya dengan terpaksa terlepas dari bibir Rachel. "Ada apa?"     

"Jangan lagi, aku takut kita semakin jauh ...," kata Rachel lirih. Rachel takut ia dan Delon akan melakukan perbuatan yang lebih jauh dari ini.     

"Tapi, kamu menyukai sentuhanku kan?" Rachel terdiam. Sejujurnya Rachel memang sangat menginginkan sentuhan Delon yang lebih dari ini. Tapi, perbuatan itu sangat salah. Rachel tahu itu.     

"Tatap aku ...." Delon mengangkat dagu Rachel, sehingga kedua mata mereka bertemu dengan penuh arti.     

"Kamu menyukainya kan?" tanya Delon kembali mempertegas pertanyaannya tadi. Rachel yang terhipnotis dengan tatapan Delon-pun, tanpa sadar mengangguk.     

Delon yang mendapat jawaban sesuai keingannya-pun langsung tersenyum tampan kearah Rachel sembari mendekatkan lagi bibirnya.     

"Tapi, ini salah Kak," ucap Rachel tiba-tiba saat bibir Delon hampir menyentuh bibir Rachel kembali.     

"Tidak ada yang salah dalam cinta. Aku mencintaimu, Rachel."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.