HE ISN'T MYBROTHER

Pemburuan Proposal



Pemburuan Proposal

0Setelah satu minggu berlalu sejak pertemuan Jeno dan Tio. Kedua saudara itu seakan menutup obrolan dengan kesepakatan yang saling bertolak belakang.     

Jeno tidak mungkin melibatkan masalah keluarganya dengan Delon. Delon adalah putra dari sahabat baiknya, dan Delon juga sudah mengatakan menolak perjodohannya dengan Jenny.     

Pagi ini aktivitas di kediaman besar Jeno adalah kekantor dan kekampus. Jeno harus menangani masalah kantornya. Sedangkan Delon masih menyisakan satu minggu lagi tugasnya berakhir menggantikan Tio. Lalu di mana Rachel?     

Rachel juga pergi kekampus, tapi kali ini dia tidak akan berangkat sendiri. Delon sudah mengatakan akan berangkat bersamanya dan tidak akan mengulangi kejadian yang dulu.     

"Adikmu di mana, Lon?" tanya Jeno sembari menempelkan bibirnya pada pinggir gelas kecil, menyeruput kopi hitam pahit kesukaannya.     

Delon mengedarkan pandangannya mencari sosok yang ditanyakan Jeno. Tapi, nyatanya sosok itu belum juga menampakkan diri.     

"Mungkin masih di kamar, Pa," jawab Delon. Jeno hanya menanggapi dengan mengangguk.     

Rachel sedang berkutat dengan kehebohannya sendiri. Proposal yang ia buat untuk mengadakan ijin penelitian tugasnya hilang entah kemana. Padahal Rachel mengingat benar, jika ia menaruhnya di samping laptopnya.     

"Mampu* gue! Benar-benar mampu* ... di mana proposal itu, sih? Kalau hilang, pasti di semester ini gue gak lulus ...," ucap gusar Rachel meratapi nasibnya yang akan menjalani pengulangan semester Jika proposal itu benar-benar hilang.     

Rachel langsung berlari keluar kamar untuk memanggil Bi Rina yang sering membersihkan kamarnya.     

"Bi Rinaaa... bantuin Rachel dong!" teriak Rachel dari lantai dua. Hingga Jeno dan Delon memutar kepalanya mencari pusat suara itu.     

Bi Rina yang memang kerjanya di dapur-pun langsung sesegera mungkin mematikan kompornya dan berjalan kearah meja makan.     

"Ada apa, Non?" tanya Bi Rina penasaran. Biasanya jika Rachel memanggilnya seperti itu, ada barang yang Rachel butuhkan dan gadis itu kehilangan.     

"Hilang lagi?" lanjut Bi Rina yang telah menerima pesan dari alam. Rachel dari atas mengangguk, sembari menangis kecil.     

"Ada apa, Bi?" tanya Delon yang juga ingin tahu. "Itu, Non Rachel kehilangan barangnya lagi, Tuan muda," jelas Bi Rina.     

"Kebiasaan anak itu. Ceroboh," sahut Jeno santai.     

Jeno sudah tidak terkejut dengan panggilan tiba-tiba seperti itu dari putrinya, karena memang Rachel sangat berbeda dengan Delon.     

Bi Rina langsung melangkahkan kakinya menuju anak tangga setelah meminta ijin kepada Jeno dan Delon.     

Rachel masih saja membuang sana, membuang sini barangnya tanpa arah, satu tujuannya hanyalah menemukan proposalnya.     

Bi Rina mengedarkan pandangannya kedalam isi kamar Rachel, betapa terkejutnya Bi Rina melihat isi kamar gadis cantik itu sangat berantakkan, seperti kapal pecah.     

"Ya Tuhan, Non! Kenapa dibuang-buang gini?" tanya Bi Rina heran sembari melangkahkan kakinya melewati barang-barang Rachel yang berslerakan di lantai.     

Rachel menangis tersedu-sedu menatap tubuh wanita tua di depannya, seakan mengatakan nyawaku di sana, Bi. Aku harus apa?     

"Tolong bantu Aku mencari dokumenku, Bi. Hiks," kata Rachel lirih.     

Bi Rina hanya mengangguk menjawab permintaan tolong nonanya itu. "Sudah, Non duduk di sofa dulu, biar Bibi bantu cari," sahutnya.     

"Iya, Bi." Rachel sudah pasrah. Tubuhnya sudah lelah mencari keberadaan proposalnya. Rachel hanya bisa menangisi nasib buruknya itu.     

Tidak terasa 20 menit berlalu. Tapi, bi Rina masih belum bisa menemukan berkas yang nonanya cari. Wanita tua itu menghela napas panjangnya, lalu beranjak mendekati Rachel.     

"Non, nggak ada. Non Rachel salah naruh mungkin, ayo coba ingat-ingat lagi," pinta bi Rina yang sudah ikut lelah mencari.     

Rachel meletakkan jemari telunjukknya di depan dahinya, memperagakan sedang berpikir. Setelah beberapa menit. Rachel mengangkat kepalanya menatap bi Rina sendu dan menggeleng.     

"Aku benar-benar lupa, Bi. Bagaimana dong, aku bisa-bisa dicincang habis sama profesor tua itu!" desah kesal Rachel sembari menghentak-hentakkan kakinya yang sudah menjulur di lantai.     

"Tenang, Non. Tenang, semua pasti ada jalan keluarnya. Seandainya Non punya kantong doremon, pasti langsung ketemu," ucap bi Rina dengan terkekeh.     

Rachel menghela napas beratnya mendengar penuturan konyol asisten rumah tangganya itu. "Mana ada sih, Bi," sahut Rachel lirih.     

"Ada, Non, di Tv." Lagi-lagi jawaban bi Rina malah semakin membuat kepalanya pusing. Jika, doraemon ada di kehidupan nyata, tentunya Rachel akan menjadi nobitanya. Pikir Rachel.     

Tidak lama dari percakapan kedua perempuan yang berbeda jaman itu. Datang Delon yang sudah tidak sabar menunggu kekasihnya untuk segera berangkat.     

"Chel, sudah belum?" teriak Delon yang perlahan memelankan suaranya karena melihat kondisi kamar Rachel yang sangat berantakan.     

"Kak ...," panggil Rachel sendu dan langsung berlari memeluk tubuh kekar Delon yang masih mematung di ambang pintu.     

"Aku bolos, ya?" Rachel membisikkan permintaannya dengan nada yang sangat pelan, supaya bi Rina tidak bisa mendengarnya.     

Delon yang mendengar permintaan Rachel langsung mengangkat satu alisnya. Mengendurkan pelukan Rachel.     

"Ada apa? Kamu itu mahasiswi baru, jangan kebanyakan bolos," tungkas Delon menolak permintaan gadis di depannya itu.     

Rachel hanya diam seraya menundukkan kepalanya. Rachel sebenarnya juga tidak mau membolos. Tapi, bagaimana Rachel bisa melanjutkan penelitiannya, jika tidak ada proposal.     

Delon masih memandang gadisnya dengan lekat, menunggu jawaban dari Rachel.     

"Nona, kehilangan buku sekolahnya Tuan muda," sahut bi Rina tiba-tiba. Sehingga membuat Delon memutar pandangannya sebentar, lalu mengembalikan kembali pada tubuh Rachel yang masih seperti tadi.     

"Bukan buku sekolah, Bibi ...," jawab Rachel yang juga sedikit berteriak dengan wajah masih menunduk.     

Delon mengulas senyum tampannya. Lalu, menggeleng kepalanya pelan. Delon sudah tahu apa yang sedang Rachel dan asisten rumah tangganya bicarakan.     

"Bi, Rina boleh kembali. Biar aku yang mencarinya," perintah Delon. Bi Rina-pun mengangguk, lalu ijin untuk kembali kedapur.     

Setelah Bi Rina keluar. Delon beranjak untuk mengunci pintu kamar Rachel. Lalu, kembali menyetarakan tingginya di hadapan Rachel, meskipun Delon lebih tinggi dari Rachel.     

"Hilang di mana?" tanya Delon lembut sembari mengangkat dagu Rachel untuk menatapnya.     

"Dasar cengeng ...," ucap Delon kembali, saat mata elangnya menemukan pipi Rachel sudah basah.     

"Nggak usah ngledek!" dengus Rachel yang juga menatap mata Delon.     

Delon tersenyum tampan lagi saat melihat wajah kesal Rachel yang selalu membuatnya gemas. "Tadi, aku belum mendapatkan morning kiss, Sayang." Delon mencondingkan bibirnya di depan Rachel.     

Rachel yang melihat kelakuan Delon langsung memukul lengan kekar Delon. "Nggak ada morning kiss, sebelum proposalku ketemu," sarkas Rachel kesal.     

Delon yang mendengar perkataan Rachel-pun langsung tersenyum nakal. "Bagaimana kalau kita bikin sayembara ...," kata Delon penuh makna nakal.     

Rachel mengangkat satu alisnya mendengar ide Delon. "Kakak kira apa? Ini proposal. Bukan, putri raja yang hilang," dengus Rachel mencebikkan bibirnya.     

"Setuju atau nggak Sayang? Tapi, yang menang berhak minta 3 permintaan, apapun itu...."     

"Deal?" lanjut Delon lagi dengan senyum nakalnya.     

"Aku nggak mau. Kamu pasti licik!" balas Rachel menatap tajam pria di depannya.     

Delon mengangkat bahunya, seraya menampilkan mimik wajah 'terserahnya.'     

"Oke, selamat mencari Nyonyaku." Delon langsung membalikkan tubuhnya pura-pura pergi. Baru beberapa langkah, Rachel merubah keputusannya.     

"Iya--iyaa, Kak. Oke, aku setuju! Sekarang bantuin aku!" teriak Rachel seraya menghentakkan kakinya kesal.     

Hahaha... gadisku memang pintar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.