HE ISN'T MYBROTHER

Kekesalahan Rachel



Kekesalahan Rachel

0Kelas dimulai.     

Rachel, Sellyn, Vero, dan tak lupa Nino juga sudah masuk ke kelas Delon.     

Sore ini memang Delon mendapat jadwal di hari sore karena ada salah satu rekan dosennya meminta tolong bergantian hari kepada Delon karena ia ingin menemani istrinya yang akan melahirkan.     

Delon tidak tahu jika aksinya menolong Rere tadi akan menjadi boomerang untuk dirinya nanti.     

Delon masih menjelaskan panjang lebar tentang materi hari ini. Tapi, Rachel tetap saja malas untuk memahami apa yang dijelaskan Delon.     

Bahkan untuk memandang wajah Delon saja Rachel tidak mau. Rachel selalu saja menelungkupkan wajahnya di atas meja. Terkadang jemarinya hanya menyatat apa yang ia dengar.     

Nino melirik ke arah gadis sampingnya. Nino memang memilih duduk bersama Rachel, karena dia belum sepenuhnya mengenal teman-teman di sekeliling Rachel.     

"Kenapa lemes banget sih lo?" bisik Nino pelan.     

"Hem?" Rachel hanya menjawab berdehem tanpa merubah posisinya.     

Delon baru menyadari perubahan sikap Rachel yang sedari tadi tidak memperhatikan apa yang ia jelaskan.     

Bahkan, keputusannya mengirim Nino kembali malah membuat hatinya bergemuruh sedari tadi.     

"Nanti kita keluar yuk! Gue mau jalan-jalan. Udah lama 'kan kita nggak keluar bareng?" bisik Nino sekali lagi. Dan kali ini Rachel sedikit memberi respon.     

"Ke mana?" tanya Rachel pelan seraya mengangkat kepalanya sedikit ke arah Nino.     

"Nonton," sahut Nino. Rachel mengangguk mengiyakan ajakan dari body guard kecilnya dulu itu. "Okay!" Nino hanya membalas dengan senyum tampannya. Menampilkan sisi manis di area kedua pipi tegas Nino.     

"Pertemuan untuk hari ini cukup. Jangan lupa kirim makalah dari kolompok kalian, 2 hari sebelum kalian memulai persentasi," jelas Delon dengan wajah datarnya.     

"Baik, Pak!" jawab mereka serentak. Kecuali Rachel. Ia tidak bernafsu untuk membalas apa yang dikatakan Delon. Rachel masih kesal dengan Delon yang telah menggendong Rere tepat di depan matanya.     

Perlahan satu persatu mahasiswa keluar. Diikuti Sellyn, Vero, dan Nino, terakhir Rachel yang memang sedang mencari ponselnya yang terjatuh entah ke mana.     

"Cell, ayok, kita ke cafe dulu yaa! Masih jam segini, gue males ketemu nyokap, pasti dia bahas perjodohan gue lagi," ucap Sellyn sembari menatap jam mewah yang berada di tangannya.     

"Jadi dijodohin?" tanya Vero dan langsung diangguki Sellyn.     

"Masih jamannya jodoh-jodohan aja. Heran gue," sahut Vero dengan wajah kecutnya. Dia memang tidak menyukai hal yang dilakukan secara terpaksa. Termasuk perjodohan.     

"Bagus dong! Tandanya, nyokap lo nggak mau anaknya jadi perawan tua," jawab Rachel dengan seringai di bibirnya.     

Sellyn langsung memukul bahu Rachel. Dia tidak terima dikatakan perawan tua. Padahal memang seperti itu.     

Bugh     

"Enak aja! Gue bukan perawan tua. Gue emang orangnya pemilih. Kalau Nino mau sama gue ... gue juga mau kok," kata Sellyn dengan centil sembari mengedipkan satu matanya ke arah Nino.     

Nino hanya membalas dengan senyum pahitnya. Sangat pahit.     

"Bilangin kak Regan, No. Bilang adik gemesnya itu mulai centil!" tungkas Rachel yang masih sibuk mencari ponselnya.     

Sellyn terperangah mendengar apa yang dikatakan Rache tadi. "Jadi Nino adik abang tampan gue?" Rachel mengangguk.     

"Hehehe... iya, gue adik kak Regan," jelas Nino.     

"Wah... wah, bagai pinang dibelah empat...,"     

"Eh! Salah dibelah dua!" lanjut Sellyn yang langsung menutup mulutnya yang salah mengatakan.     

"Kalian duluan gih, gue masih nyari ponsel gue," ucap Rachel apa adanya. Dia memang sedang mencari ponselnya yang terjatuh pada saat dirinya mengambil buku tadi.     

"Ya, kita tunggu di luar, jangan lama-lama," kata Vero yang langsung diekori Sellyn dan Nino.     

"Cepetan!" teriak Nino yang tiba-tiba berbicara tepat di depan telinga Rachel.     

"Aaaaw! Dasar Nino gilaa!" dengus Rachel sembari mengusap-usap telinganya yang panas karena suara Nino tadi.     

Nino hanya terkekeh di sepanjang jalan, saat melihat ekspresi kesal Rachel.     

Setelah keadaan sepi. Delon mulai mengikis jaraknya dengan Rachel. Sedari tadi Delon mencoba mengrimi Rachel pesan, tapi kekasihnya itu tak membalasnya satu pun.     

"Sayang ...," panggil Delon hangat. Rachel hanya bergeming. Dia masih saja terus mencari di mana ponselnya terjatuh.     

"Sayang, kamu kenapa sedari tadi tidak berselera mengikuti kelasku?" tanya Delon yang mulai mendudukan tubuhnya di bangku milik Rachel.     

Lagi, dan lagi Rachel diam. Tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulut Rachel.     

"Apa kau sebahagia itu saat bertemu dengan Nino lagi? Dan kau melupakanku, Sayang," sambung Delon lagi dengan nada cemburunya.     

Ngomong aja sama tembok! Atau nggak, susulin aja Rere, si lampir itu. Beraninya gendong lampir di depan banyak orang!     

"Sayaang ...," Delon menarik tangan Rachel. Hingga sang empunya menatap tajam ke arah asal tarikan tangannya.     

Delon sudah mulai merasa ada yang berbeda dari sikap aneh Rachel.     

Tadi, mereka masih baik-baik saja. Tapi, sekarang Rachel berubah diam padanya.     

"Kamu kenapa? Sakit?" tanya Delon tanpa rasa dosanya.     

Delon meletakkan buku tangannya di kening Rachel. Tapi, suhu tubuh Rachel normal.     

"Lepas!" Rachel mengebaskan cengkraman tangan Delon pada pergelangan tangannya.     

"Permisi. Saya mau pulang," ucap ketus Rachel. Ia hanya berlalu meninggalkan Delon yang dibuat bingung oleh sikap acuh Rachel.     

Rachel pun akhirnya pulang. Rachel memutuskan untuk tidak ikut ke cafe bersama Nino, Sellyn, dan Vero.     

Tubuh Rachel terasa lelah. Apalagi tadi dia harus mengimbangi permainan Delon di mobil. Sungguh tubuh Rachel sangat lelah.     

Ditambah lagi matanya harus melihat Delon menggendong tubuh Rere tanpa rasa malu di depan banyak orang.     

Rachel tahu, itu semua pasti akal-akalan Rere. Tapi, yang Rachel tidak habis pikir, kenapa Delon dengan gampangnya masuk ke dalam perangkap Rere.     

"Selamat sore, Non," sapa para pegawai rumah Rachel dengan kompak sembari memperlihatkan senyum sumringahnya.     

Rachel tersenyum simpul membalas sapaan para pegawai rumahnya. "Sore semua. Rachel masuk dulu, ya. Kalau udah selesai langsung pulang aja, pasti kalian capek." Rachel pun langsung melanjutkan langkahnya.     

"Terima kasih, Non Rachel," balas mereka serentak. Lalu dengan cepat mereka ingin menyelesaikan tugas mereka dan pulang menemui anak dan istri yang sudah menunggu di rumah.     

Setelah kedatangan Rachel. Tidak lama Delon pun datang. Matanya mencari sosok yang sedari tadi mendiaminya.     

"Pak lihat Rachel? Sudah pulang belum dia?" tanya Delon pada pak Dinar yang sedang menyapu halaman.     

Pak Dinar menghentikan pekerjaannya sejenak. Lalu menjawab pertanyaan Tuan mudanya itu. "Sudah kok Tuan muda. Baru saja. Sepertinya Non Rachel kelelahan," jelasnya. Delon pun mengangguk dan langsung masuk ke rumah.     

Ada apa dengan Rachel? Kenapa dia mendiamiku seperti ini ....,     

Delon masuk ke dalam rumah tanpa memperdulikan ada siapa di sana. Hingga langkah cepatnya terhenti oleh suara seseorang.     

"Lon? Habis kamu apain anak Mama?"     

"Eh?" Delon terkejut dengan pertanyaan itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.