HE ISN'T MYBROTHER

Membuktikan Rasa Cinta



Membuktikan Rasa Cinta

0"Sayang, jangan diam terus. Aku sedang bicara denganmu, apa kamu masih marah padaku?" Delon semakin bermanja dalam pelukan istrinya, seakan takut tawanannya itu akan hilang lagi.     

"Ck, pertanyaan apa itu?"     

"Aku kesal, tidak ingin bertemu denganmu. Tapi, kamu memaksa menemukanku, apa pertanyaanmu sudah menemukan jawabannya?"     

Delon mendongak, lalu mengangguk seperti anak kecil yang sedang diberi petuah sang ibu. Lelaki kekar itu kembali masukkan kepalanya mendusel dipelukan Rachel, mencium kulit putih dada sang istri yang terbuka beberapa kali.     

"Aku masih mau main dengan Ajeng. Tapi, kamu dan pak Yono memang lelaki paling meyebalkan. Kalian bersengkokol?! Harusnya tadi aku mengiyakan saja ajakan kak As—"     

Rachel membulatkan mata menyadari lumutnya yang hampir kelepasan mengatakan ajakan Aster untuk pergi nonton dengan mahasiswa lainnya juga. Dan seketika pemilik mulut itu langsung menepuk-nepuk mulut itu dengan memejam erat merasakan kebodohan menggali kuburannya sendiri.     

Delon menghentikan kecupan bertubi-tubi di kuli dada putih perempuan itu, mendongak ke arah wajah cantik yang sekarang sedang merutuki dirinya.     

"Ponselmu mana, Sayang?"     

Pertanyaan Delon membuat Rachel membuka mata perlahan. Kenapa lelaki tampan itu malah meminta ponselnya, tidak seperti biasa. Apa karena ajakan Aster yang hampir ia katakan tadi?     

"Untuk apa? Aku masih marah padamu. Aku belum memaafkan tentang masalah yang kamu makan. Kamu rela makan masakan pelayan Jenny daripada punyaku," kata Rachel dengan melipat kedua tangannya di depan dada, membuang wajah memang paling tepat untuk keadaan sekarang.     

Delon yang mendengarkan perkataan istrinya mulai melepaskan pelukan. Lelaki tampan itu mengayun langkah ke arah pintu kamar tanpa mengatakan apapun kepada Rachel.     

Rachel yang menyadari kepergian Delon langsung kembali memutar kepala ke arah pintu kamar yang perlahan tertutup rapat. Ia pikir Delon memang sedang marah dengan apa yang tadi Rachel katakan.     

Tapi, memang semua benar. Delon lebih memilih makanan Jenny daripada dirinya. Buktinya Rachel yang sudah membuang makanan itu ke tempat sampah, tapi tidak diambil lelaki itu, padahal Delon tahu itu adalah milik Rachel.     

"Aa? Dia kenapa? Marah?"     

"Bukannya yang harus marah aku?" sambung Rachel menunjuk ke arah dirinya dengan membuka mulut.     

Pintu kembali terbuka. Dengan cepat perempuan cantik itu mengantuokan kembali mulutnya, mengembalikan kemabli mode marah tingkat tujuh tanpa melihat sang suami yang semakin mengikis jarak di antara mereka berdua. Kini Delon sudah kembali ke atas tempat tidur dengan duduk di samping Rachel menyender di punggung ranjang.     

"Kamu nunggu aku?" tanyanya, namun Rachel masih diam dengan bibir mengerucut.     

"Aku sudah minta maaf, Sayang. Aku tidak bisa menahan makanan kesukaanku di depan mata semenjak kamu hamil. Aku jadi ikut tertular, tapi aku memang hanya tergoda dengan makanan itu. Lain hari, aku pasti akan langsung melemparnya di tempat sampah." Lanjut Delon mencoba meyakinkan sang istri. Tapi, keadaan tetap sama.     

Namun, setidaknya dengan seperti ini Delon tidak meminta ponselnya. Aktivitas pemeriksaan yang selalu merek lakukan setelah melakukan kegiatan di luar apapun itu. Tapi, saat ini, Rachel belum bisa mengamankan ponselnya. Ia takut, Delon begitu marah padanya tentang dirinya yang membalas pesan lelaki lain.     

"Sini ...." Delon menulusupkan tangan kekar itu di balik punggung kecil Rachel, menarik untuk mendarat pada dada bidang lelaki itu.     

Mau tidak mau Rachel tertarik dengan kekuatan besar sang suami. Ia sudah mencoba memberontak, tapi Delon adalah pemilik tubuhnya. Lelaki itu tahu kekuatan apa yang harus dia keluarkan untuk menahan tubuh ramping itu.     

"Kamu sekarang berat, ya, Sayang? Tadi aku menggendongku, tulang pinggangku hampir putus," goda Delon dengan senyum terkekeh melihat bibir merah delima itu mengerucut manja. Lalu mencium pucuk kepala istrinya.     

Cup     

"Tapi, aku tetap cinta. Sebesar tujuh kamu berubah aku tetap setia padamu, tenang saja. Karena junior hanya mau bergerak kalau ada pawangnya. Apa kamu melihat junior sudah mulai kembali bangun, Sayang?"     

Rachel yang mendengar perkataan Delon, sontak menempatkan pandangan ke arah benda di balik celana tidur itu yang memang menggembung besar seakan tidak pernah disentuh wanita seminggu lebih. Padahal, baru kemarin malam mereka saling bergumul panas di bawah selimut.     

Perempuan itu menggeleng kepala cepat karena dirinya tiba-tiba meremang, ingin tangan Rachel berada di sana menggoda suaminya yang akan protes merasakan sensasi panas yang menjalar pada tubuh Delon.     

Tapi, sekarang belum waktunya seperti itu. Rachel tidak boleh seperti perempuan murahan. Ia harus memberi pelajaran kepada suaminya.     

"Kamu tidak mau menyapa? Biasanya kamu suka bermain dengan dia?" Delon semakin terkekeh melihat wajah memerah istrinya yang tak mampu perempuan itu sembunyikan.     

Cup     

Cup     

Cup     

"Dasar mesum! Tukang mesum! Suami mesum!" seloroh Rachel yang mencoba melepaskan diri kembali dari pelukan Delon, tapi lelaki itu menaruh dagunya di atas kepala Rachel.     

Delon mengecup pucuk rambut istrinya berkali-kali menyalurkan cinta dan rasa puas bisa menggoda perempuan cantik itu.     

"Lihat, kesini, Sayang!" Delon sedang mainkan ponselnya, sepertinya ada sesuatu pada benda pipih itu. Lalu, di arahkan di depan mata mereka berdua, seakan sedang menonton film romantis.     

"Lepass! Aku sedang tidak ingin menonton film denganmu. Kamu bau perempuan ular itu," kata Rachel yang beralasan agar lelaki tampan yang sedang mengulas senyum tampan itu segera melepaskan dirinya.     

"Aku sudah mandi, mana mungkin ada bau perempuam lain," balas Delon yang masih mencari di mana sesuatu yang harus ia tunjukkan pada istrinya.     

"Ada. Aku menciumnya! Aku seorang istri, aku bisa mendeteksi semua bau. Jangan macam-macam denganku," ancam Rachel yang semakin membuat garis melengkung di bibir Delon dengan menggeleng kepala.     

"Aku tahu, istriku memang hebat."     

Tidak lama, Delon sudah menemukan sesuatu itu dan segera ia memutar 'memulai' untuk menunjukkan betapa ia menghargai istrinya dalam melakukan aktivitas apapun untuk diriny, meskipun itu terasa berbeda di lidah Delon.     

"Kamu—"     

"Aku benar-benar tidak tahu kalau kamu memasakkanku, Sayang. Jika kamu berkata jujur tanpa kode cemberut, pasti aku akan memakannya langsung di tempat ..."     

"Tapi, kamu mengatakan hanya benda tidak penting. Terima kasih istriku tercinta. Aku tahu kamu sangat bersusah payah memasakkan makanaan untukku," sambung Delon yang semakin memeluk tubuh rampjng itu rekat.     

"Kamu ... mengambil itu dari tempat sampah?" tanya Rachel yang mendongak ke arah wajah suaminya, dan jawaban anggukanlah yang perempuan itu dapatkan.     

Delon memperlihatkan rekaman video yang sengaja ia rekam saat makan masakan Rachel tanpa tersisa, meskipun masakan itu terkadang ada sisi asin dan hambarnya. Delon tdak peduli, menurutnya papun yang berasal dari tangan istrinya akan selalu enak.     

"Kamu menghabiskannya, Kak? Aku kira kamu hanya menyukai masakan pelayan Jenny," lirih Rachel yang mampu terdengar Delon.     

"Dari dulu aku memang sangat menyukai masakanmu, Sayang. Aku bahkan tidak pernah memakan masakan mama, bukan?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.