HE ISN'T MYBROTHER

Rachel Mengusir Delon



Rachel Mengusir Delon

0"Ya Tuhan Deelon! Apa yang sedang kamu lakukan di dapur? Kamu membuat perang disini?" Martha membulatkan mata tuanya sempurna dengan mulut ternganga melihat berbagai alat dapur tersebar di sepanjang jalan di dekat dapur.     

Lelaki yang diteriaki dengan begitu kencang hanya mengalihkan pandangan sebentar lalu kembali dalam aktivitasnya saat ini.     

"Kamu masak apa, sampai membuat apartemenmu menjadi pasar?" tanya Martha dengan menaikkan kedua alis hitamnya, mulai mengayun langkah ke arah menantu yang sedang memaki celemek dengan motif bunga-bunga yang membuat lelaki dingin itu terlihat begitu lucu jika siapa pun yang melihat.     

Namun, saat langkah Martha mulai mengikis jarak di antara Delon. Ia tiba-tiba dikejutkan dengan munculnya seseorang dari bawah tubuh Delo dengan wajah yang berkeringat tanpa melihat kehadiran Martha yang sudah berada di sana. Sontak membuat wanita paruh baya itu terkesiap dan memundurkan langkah reflek kebelakang.     

"Delo—"     

"Gue udah benerin airnya," sahut tiba-tiba seseorang yang membuat Martah menjerit.     

"Aaagghhh! Astagaa... apalagi ini!" teriak Martha yang mungkin saja terdengar sampai di kamar putrinya yang maish tidak bisa membangunkan diri karena tubu lemahnya itu.     

"Tanntee? Kenapa disini?" tanya Regan yang kembali membalik tubuh dengan tubuh yang basah kuyup. Bahkan kaca mata bening itu juga berembun untuk membuat wanita paruh baya itu kembali menggeleng.     

Delon masih tidak memperdulikan percakapan di antara mereka berdua. Ia hanya memperdulikan lidahnya yang sudah gatal dan berair karena merasakan rujak buatannya tak kunjung jadi sedaritadi. Padahal jika dilihat dari video pembuatan itu sangat mudah. Apa yang membuat masakan yang Delon sangat lama dan tidak bisa ia nikmati dengan cepat?     

"Kalian sedang membuat apa? Ini seperti kalian sedang belajar memasak. Memang masakan seperti apa yang yang sampai membuat kegaduhan di dapur," tanya Martha menelisik seraya menyebarkan pandangan ke arah bawah.     

"Itu, Tantee ...." Regan menunjuk ke arah Delon yang masih mengulek sambal yang akan dibuat sebagai pelengkap rujak yang begitu diinginkan oleh Delon.     

"Buah? Sambal? Kamu buat rujak, Lon?" tanya Martha kembali dan dijawab Delon dengan anggukkan.     

"Lagi ngidam, Tan. Kayaknya dia sedang kualat dengan Rachel," sahut Regan cepat dengan terkekeh.     

Wanita paruh baya itu sudah tidak bisa lagi mengucapkan kalimat yang mungkin saja mengungkapkan tentang kejadian saat ini. Saat ini benar-benar kacau hanya untuk sepiring rujak, kenapa harus membongkar berbagai peralatan dapur yang digunakan untuk memasak makanan berat. Dan pertanyaan itu masih saja berputar-putar di otak Martha.     

"Lonn! Jangan mentang-mentang kamu pemilik apartemen ini, jadi membuat kekacauan yang harus dibersihkan orang lain. Mama nggak mau tahu, kamu harus bersihkan lantai ini dan peralatan dapur secepat mungkin sebelum Rachel tahu ..."     

"Makanya jangan suka bohong ke istri. Jadinya gini kan? Rasain tuh ngidam, entar kamu ngerasain yang lebih gila lagi dari ini ... kayaknya anakmu tahu kalau papanya suka bikin mamanya nangis," tambah Martha yang langsung membalik tubuh berjalan ke arah kamar Rachel tanpa memikirkan ekspresi apa yang ditunjukkan sang tersangka utama.     

Regan mungulum senyum melihat mata Delon sudah tidak lagi terfokus pada ulekan sambel rujaknya. Kini teralihkan pada punggung kecil tuan sang mertua yang telah terlelap habis di dalam pintu kamarnya. Delon ingin bertanya dan menyangkal segalanya, tapi ia mengingat kejadian sebelum ini terjadi.     

Apa benar anaknya sudah membencinya?     

Apa benar anaknya membalas kebohongan Delon dengan cari seperti ini?     

Apalagi sekarang Rachel yang bersikeras tidak mau tidur dengannya, apa ini juga tambahan paling penting?     

Pertanya-pertanyaan seperti itu menggaung indah dalam pikiran lelaki itu, ia yang tidak tahu tentang masalah tentang kehamilan hanya bisa menelan saliva dengan sulit menghadapi kutukan sang calon anak kepada dirinya.     

"Kan gue udah bilang. Jangan suka bohong, lo ngomong nggak ke club buat senang-senang, tapi lo ke sana buat apa coba?" Regan semakin menambah panasnya suasana mengungkit-ungkit masalah yang sudah berlalu dan bahkan sudah dilupakan oleh Delon.     

Lelaki itu memutar pandangan tajam ke arah pemilik suara yang baru saja membuat harga dirinya jatuh sejatuh-jatuhnya.     

Ragan yang merasa kondisi sudah tidak lagi kondusif, ia pun berpura-pura untuk kembali membereskan berbagai peralatan yang dijatuhkan oleh Delon si suami durhaka itu.     

"Siapa yang memulai meeting di club, ha? Beruntung Rachel tidak tahu tentang ini ... tentang wanita milik lo yang kurang ajar seketika ingin kubunuh di tempat." Delon dengan emosi langsung menancapkan pisau besar di depan telenan kayu yang kini telah berada di depannya.     

Sekarang Regan yang menelan saliva sulit melihat adegan ini. Bagaimana kalau pisau besar yang biasa digunkana untuk memotong daging menjadi beralih fungsi mencincang-cincang tubuhnya saat Delon sedang dalam keadaan gila seperti ini.     

Regan harus bisa mengkondisikan Delon untuk kembali melupakan apa yang telah ia mulai dengan tanpa berpikir tadi. Masalah ini jangan sampai terdengar oleh Rachel, bisa Regan benar-benar hanya akan meninggalkan nama saja di rumah ini.     

"Boss, lo suka becanda aja. Lihat udah jam berapa, kita nggak perlu membahas itu. Entah kenapa mulutku tidak mempunyai rem seperti ini. Jangan main-main dengan pisau itu Boss. Itu kan gunanya buat motong daging bukan yang lain ya? Hahaha. Ayo-ayo kembali bersih-bersih sebelum induk singa liar datang lagi," ucap Regan yang hanya di tatap tajam oleh Delon. Tangannya masih saja berapa pada gegaman pisau tersebut.     

Regan dengan bodohnya, jika Delon akan kapan saja melempar benda tajam itu ke arahnya sesuai dengan apa yang dilakukan lelaki itu biasanya untuk mengurus mereka yang telah terbukti berkhianat pada seorang Delon.     

Tanpa mereka sadari berbagai pembicaraan itu telah terekam dengan jelas perempuan yang kini berada di depan bibir pintu ditatih oleh wanita paruh baya di sampingnya. Wajah yang semula begitu ceria ingin bertemu dengan sang suami, meski ia tidak bida dekat. Tapi, setidaknya Rachel masih bisa melihat dari kejauhan.     

Namun, sayang, apa yang dikatakan Regan membuat perempuan itu menukikkan alis tebal hitamnya menatap ke arah kedua lelaki yang masih saja belum sadar dengan kedatangan perempuan itu.     

"Ayo katakan lagi, kenapa diam sekarang?" Suara itu sontak membuat kedua lelaki itu menoleh dengan berat. Keringat dingin tiba-tiba merobos jatuh dengan cepat melihat sorot berkilat pada bola mata coklat yang biasanya begitu indah dan membuat siapa pun yang melihat akan jatuh hati.     

"Kenapa diam? Siapa tadi yang mengatakan Mama menjadi induk singa liar?"     

"Siapa tadi yang mengatakan telah bersenang-senang di club dengan seorang wanita?"     

Perempuan itu mengangkat dagu ke arah kedua lelaki yang tak bisa lagi menggerakkan kepala, apalagi saling menatap untuk memberikan sinyal bahaya untuk saat ini.     

"Ayo katakan, aku masih bersedia untuk mendengarkan. Lalu setelah itu ambil koper setelah supir Mama selesai membersakan," tambahnya lagi dengan nada tajamnya.     

Delon mengerjapkan mata untuk menyadarkan dirinya dari semua ketakutan ini dan berakhir pada ucapan terakhir perempuan itu.     

"Sayang, kenapa aku harus membawa koper?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.