HE ISN'T MYBROTHER

Senjata Makan Tuan (Jenny)



Senjata Makan Tuan (Jenny)

0Di kamar hotel.     

Peluh dan keringat telah menjadi satu. Bahkan suara desahan terdengar meraung menutut untuk segera menyelesaikan ujung dari kenikmatan surga dunia itu.     

"Eugh... Kamu sengaja memberiku obat?"     

"Jangan gilaa, Tuan! Aku hanya ingin melakukan ini dengan kekasihku, Delon!" balas Jenny di tengah penyatuannya bersama Antoni.     

Delon tidak pernah main-main dengan ancamannya.     

Antoni sudah membuat keluarganya hancur. Kali ini, dia ingin menghancurkan kembali perusahaan keluarga barunya, dan Delon pastikan itu tidak akan berhasil.     

"Ternyata kekasih sahabat lamaku adalah barang bekas! Tapi, tidak masalah, aku akan membuatmu memohon di bawahku, jal*ng!" ucap Antoni dengan seringai tajam di bibirnya.     

Antoni membuat Jenny berklayar bebas di atasnya. Jenny bak penari sewaan yang tidak pernah puas akan satu permainan.     

Jenny memutar tubuhnya. Hingga Antoni berkali-kali memukul keras tubuh bagian belakang Jenny, untuk melampiaskan rasa nikmat malam ini.     

Plak!     

Plak!     

Plak!     

"Kamu memang hebat, Nona Jenny! Pantas saja Delon membiarkanmu berada di sisinya," celoteh Antoni di sela-sela peraduan mereka.     

"Aku memang hebat! Tapi, aku sebenarnya tidak menginginkanmu!" Jenny mengangkat kepala Antoni untuk melahap salah satu bukitnya.     

"Cih, nikmati saja. Bukannya tadi kau yang membuka celanaku terlebih dulu? Dasar wanita murah*n!" decih Antoni.     

Dengan senang hati Antoni langsung menerima kiriman bukit besar itu.     

Dengan rakus, ia langsung melahapnya, dan seakan tidak mau melewatkan, Antoni telah berubah menjadi bayi besar.     

"Euugh...," desah Jenny tak tertahan.     

Namun di balik adegan panas Jenny dan Anton. Di sisi pojok dinding, anak buah Delon telah memasang kamera kecil yang akan membuat perusahaan Tio dan Antoni kalang kabut.     

Delon dan Regan tertawa menang saat menyaksikan aksi Antoni dan Jenny.     

"Untung orang gue datang! Kalo nggak, lo yang ada di bawah Jenny. Hahaha," ledek Regan dengan tertawa terbahak.     

Delon yang mendengar ledekan Regan langsung memberikan lirikan tajamnya. Seakan ingin membukam mulut besar Regan.     

"Siap nyari pekerjaan baru?" tanya Delon pada asisten pribadinya itu dengan nada dinginya seperti biasa.     

Regan yang merasa nyawanya terancam, langsung menutup mulutnya dengan satu tangannya. Menatap ampun pada Bossnya itu.     

"Tuan, apa ini langsung kita sebar?" tanya anak buah Delon yang sedang memonitori layar di depannya, yang berisikan tayangan live Jenny dan Antoni.     

"Jangan dulu. Biarkan mereka istirahat dua jam. Lalu, berikan hadiah itu dariku," perintah Delon.     

Anak buah Delon mengangguk mengiyakan perintah Tuannya yang berada di belakangnya.     

"Hot juga servis si Jenny," gumam Regan yang ternganga dengan permainan Jenny.     

Delon tidak memperdulikan ocehan Regan. Ia hanya mengulas senyum samarnya mengingat kejadian tadi, saat Jenny mulai mabuk dan ingin melepas pakaian Delon.     

Untungnya Regan datang tepat waktu, dan langsung membawa Jenny untuk datang ke kamar Antoni. Sesuai perintah Delon.     

Antoni yang sudah mabuk parah, langsung dibawa pengawalnya untuk menginap di hotel itu.     

Tetapi, baru beberapa menit Antoni menidurkan tubuh beratnya, tiba-tiba suara ketukan, memaksanya untuk mendirikan tubuhnya.     

Pada saat di perjalanan. Regan sudah seperti dukun yang komat-kamit membisikkan rencana-rencana liciknya di telinga Jenny.     

Jenny hanya membalas dengan menganggu-angguk perkataan Regan dengan tubuh tanpa tenaga. Senyum nakalnya juga terlukis di sana.     

Jenny pikir Delon memang telah memberi kejutan di dalam kamar yang ditunjukkan Regan.     

"Jangan sampai kamu melewatkan kejutan dari Delon malam ini. Buat Delon menjadi milikmu. Masuklah," kata Regan dengan tetap berbisik, dan langsung membiarkan Jenny berdiri tanpa kesadaran di sana.     

"Antoni, nikmati buruan lo sendiri ...," gumam Regan yang mengintip di balik dinding yang menyeka kamar Antoni.     

Ceklek     

Antoni membuka pintunya. Pandangannya masih kabur. Ia tidak bisa memastikan siapa wanita yang sedang berdiri di depan pintunya.     

"Siapa kau?" tanya Antoni dengan tubuh yang sempoyongan juga.     

Jenny tidak membalas. Tubuh pria di depannya, yang ia anggap sebagai Delon di mata berkabutnya itu, langsung Jenny dorong kuat, hingga tubuh Antoni terpaksa ikut masuk kembali ke dalam kamarnya.     

"Beraninya kamu mengacuhkanku selama ini," kata Jenny yang melilitkan kedua tangannya di leher Antoni.     

Antoni masih diam. Ia masih belum menyadari siapa dan apa yang ia dengar dari mulut Jenny.     

"Aku sudah mengatakan berkali-kali, dulu dan... sekarang. Kamu akan menjadi milikku, apapun yang terjadi ...,"     

"Jika aku harus mengorbankan orang-orang bodoh di sekitarku, itu tidak masalah. Kamu hanya milikku Delon. Hanya milikku!" Jenny membungkam bibir tebal Antoni yang ia kira Delon itu dengan memburu, dan mendominasi.     

Seakan tidak mau membiarkan pria di depannya itu lari dan menolak kehadirannya lagi.     

Antoni yang merasakan serangan mendadak dari wanita di depannya itu, juga tidak mau diam saja. Ia membalas semua gigitan dan hisapan yang Jenny lakukan padanya.     

Bahkan jemari Jenny sudah turun menuju penjara Antoni di bawah. Dengan lihainya, Jenny memberikan sentuhan lembut dan kasar di bawah sana, hingga membuat Antoni semakin kasar memainkan bibirnya.     

Jenny melepaskan ciuman panasnya dengan paksa. Padahal Antoni masih belum puas, tatapannya masih berkabut masih ingin melanjutkan permainan itu.     

"Kamu benar-benar nakal!" tungkas Jenny saat mengusap kasar bibir tebal Antoni.     

Jenny menatap nakal pada Antoni sembari memainkan lidahnya. Jenny perlahan menurunkan tubuhnya, lalu membungkukkan tubuh seksinya di depan penjara bawah Antoni.     

"Kamu menginginkan ini?" Antoni mengusap tangan Jenny dengan gerakan kasar, karena jemari Jenny sudah bertengger di sana, di balik penjara senjatanya.     

"Aku tidak perlu menjawab pertanyaanmu. Aku selalu bisa mendapatkan apa yang aku inginkan, termasuk ini ...," balas Jenny yang sudah berhasil melepas senjata ampuh Antoni.     

"Uh... siapapun kamu. Jangan harap bisa meminta ampun dariku," tandas Antoni seraya memejamkan matanya, menikmati permainan bibir Jenny pada senjatanya.     

Setelah beberapa menit Jenny membuat Antoni menggila. Antoni melepas paksa miliknya pada bibir Jenny.     

Ia tidak mau melakukan pelepasan hanya dengan permainan seperti itu.     

Karena itu sangat menghina dirinya sebagai seorang pria perkasa yang banyak digilai oleh para wanita-wanita di luaran sana.     

Antoni dengan kasar mendorong tubuh Jenny di tempat tidur. Lalu, merobek semua kain yang melekat pada tubuh Jenny, dan membuangnya ke sembarang tempat.     

"Aku suka milkmu! Kamu akan membuatku menjerit beberapa kali. Aaa... Aku sangat suka! Cepatlah!" Jenny menarik tubuh Antoni cepat, dan langsung mengarahkan milik Antoni tanpa pemanasan terlebih dulu.     

"Suka yang kasar? Oke, dengan senang hati!" Antoni memainkan pinggulnya dengan gerakkan kasarnya, bahkan Jenny terkadang mendongakkan wajahnya menikmati setiap hantaman dalam intinya.     

Di sisi lain, Delon telah menyegarkan dirinya dengan membuang semua pakaian yang melekat pada tubuhnya dan menggantinya dengan pakaian yang baru.     

Delon tidak mau bau kehadiran Jenny masih tercium di tubuhnya.     

Delon langsung meraih benda pipih di sakunya. Ia ingin menghubungi Regan, untuk segera menjemputnya. Tapi, nomor asisten pribadinya itu sangat sulit dihubungi.     

Delon akhirnya memutuskan untuk pulang ke kampus menggunakan taksi, karena mobilnya dibawa Regan.     

Masih di pertengahan perjalanan. Delon mendapati Regan dan mobilnya berada di pinggir jalan. Delon mengernyitkan dahinya, lalu memutuskan untuk turun.     

"Kenapa lo di sini? Kenapa mobil gue?" tanya Delon tiba-tiba.     

Regan terkejut dengan suara monoton Delon itu. Hampir saja Regan ingin melempar pengungkit ban mobil ke arah Delon.     

"Lo ngagetin gue!"     

"Mobil super mewah lo pecah ban," sambung Regan dengan kesal.     

"Terus ngapain lo berdiri di sini? Cepat telpon bengkel!" pekik Delon dengan suara tingginya.     

"Galak banget si Boss!" sahut Regan dengan nyali yang langsung menciut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.