HE ISN'T MYBROTHER

Bulan Madu di Apartemen



Bulan Madu di Apartemen

0"Kenapa harus memakai bikini kayak gini, sih, Kak?"     

"Kenapa? Kita ini sedang berbulan madu, Sayang. Kamu lebih menggoda dengan memakai seperti itu. Aku lebih suka." Delon menulusupkan kepalanya di antara leher Rachel. Mencium telinga istrinya dengan begitu lembut, sengaja menghembuskan napas panasnya di area leher jenjang putih itu.     

Sebenarnya bukan itu maksud terselubung Delon, ia hanya malas membuka baju Rachel dengan berbagai simpul di mana-mana saat nanti mereka sedang bersatu. Bra yang dipakai Rachel juga merupakan pilihannya, tali spagehty dan berbingkai mini. Sekali tarik, lepas deh!     

Rachel tanpa sadar berdesis mendengar perkataan Delon. "Bulan madu di apartemen? Kamu yang benar aja, Kak. Mana ada sih?" ucap Rachel mendengus kesal, meskipun tubuhnya sudah panas dingin diserang tangan pria di belakangnya.     

Delon benar-benar tidak mempunyai rasa lelah untuk menggodanya. Padahal, mereka juga belum bisa saling bersatu karena luka di tubuh Delon masih belum mengering sempurna karena pukulan Jeno.     

Delon yang mendengar istrinya menggerutu langsung menarik dagu Rachel, menyamping mengarahkan padanya, bibir mereka bertaut saling berperang lidah tak terelakan, namun saat Rachel sedang asik membalas gigitan Delon. Pria itu melepaskan denga perlahan, sehingga mata itu kembali terbuka.     

Mereka berdua saling berpandang menjadi satu. Ada sorot sendu dalam mata hitam yang Rachel pandang di dalam sana. Perasaan sendu itu melebur membuat hati Rachel terkesiap, ikut merasakan betapa terlukanya Delon saat ini belum bisa membahagiakan dirinya.     

"Aku ingin membawamu ke mana pun kamu mau ... tapi, papa akan tahu kita di mana," sesal Delon yang masih tak berdaya atas kekuasaan Jeno di Indonesia. Ke mana pun mereka pergi, jika masih berada di negara ini, pasti Jeno akan membawa Rachel pergi darinya.     

Rachel turun melepasakan kedua tangan kekar yang sedaritadi memeluk perut ratanya erat. Gadis itu memutar tubuhnya, kini wajah mereka saling berhadapan. Kedua mata hitam pekat dan coklat dalam itu kembali menyatu dalam.     

Rachel mengulurkan kedua tangan, meraih sepasang rahang tegas yang ditumbuhi jambang kasar itu. "Maafkan aku, Kak. Aku belum terbiasa tanpa papa. Tapi, aku akan belajar itu denganmu," ujar Rachel yang sudah memajukan wajahnya, mencium lembut bibir tebal itu dengan lembut. Bibir perempuan itu mengulas senyum di sela tautan bibir mereka, ia merasakan tangan kekar sedang merajai bukit indahnya.     

Tangan kekar Delon berpindah mengusap lembut kulit punggung Rachel yang hanya terhalangi oleh untai tipis tali spaghety penghalang dari bukit besar Rachel. Delon sudah semakin diburu oleh hasrat yang menggebu-gebu, ingin segera dituntaskan detik ini juga. Ia sudah berhari-hari berpuasa, hanya bisa menyentuh sana—sini. Tapi, tangan Delon akan menyerang tubh bagian bawah Rachel, dengan cepat perempuan itu menahan.     

"Jangan dulu, Kak. Aku mau bermain sebentar ...."     

"Baiklah, istriku. Sekarang apa yang ingin kamu lakukan?" tanya Delon yang sudah memajukan wajah kembali menatap Rachel yang menatapnya dengan penuh arti.     

Tangan besar Delon terurur mengulas lembut pipi putih Rachel. Seakan memberikan cintanya saat ini pada gadis di depannya, tak ada yang salah dalam pertanyaan Rachel. Hidup Rachel memang sedari dulu tak pernah kekurangan apapun. Jeno selalu memenuhi kebutuhan perempuan itu.     

"Tunggu di sini." Rachel menurunkan tubuhnya dari pangkuan Delon. Kaki jenjangnya mulai masuk ke dalam kamar mandi. Entah apa yang akan dilakukan perempuan itu. Delon memilih menidurkan tubuhnya sembari menghirup dalam-dalam udara yang masih saja terasa sesak di dadanya. Kedua mata hitam itu terjaga manatap langit-langit atap kamarnya lekat.     

'Pa, percayakan putrimu padaku. Meskipun aku tidak mendapatkan harta dari papa Dinu sekalipun, aku pasti masih bisa menghidupi Rachel dengan begitu layak, sepertimu. Aku akan berjuang untuk itu,' batin Delon seraya memejamkan mata dengan lengan tangan ia letakkan dia atas kedua alis tebalnya.     

Dari arah kamar mandi Rachel sudah memakai kembali bikini dan kain setiga tipis yang hanya menutupi area miliknya seperti berada di pantai, perempuan itu berjalan santai. Kedua tangannya sudah penuh memegang alat tempur untuk mengubah bulan madu mereka tidak melulu tentang bagaimana junior Delon bisa segera ada.     

"Kak Delon tidur?" gumam Rachel yang sudah menghentikkan langkahnya, menatap pria tampan dengan tubh kekar itu terbaring di atas tempat tidur hanya menggunakan boxer ketat yang begitu menampakan bagaimana gagahnya senjata milik Delon selalu membuat Rachel selalu kelelahan menghadapi pria itu.     

Kaki gadis itu mulai mengayun kembali, sekarang jarak mereka semakin dekat. Delon juga sudah bisa merasakan ada gerakan dalam kasur berukuran besarnya itu. Ia tidak benar-benar tertidur. Ia ingin tetap berpura-pura ketiduran agar bisa melihat apa yang akan dilakukan Rachel untuk membangunkannya. Karena Delon tahu, Rachel begitu mempunyai cara yang selalu mengejutkan Delon.     

"Kak, bangun ...." Rachel menggunjang tubuh kekar Delon dengan keras, tapi pria itu masih saja setia dalam aktingnya.     

Ish, mengesalkan sekali, batin Rachel.     

Rachel mulai berdecak kesal. Tapi, akalnya tak berhenti di sana. Jika, dengan cara mengguncang tubuh tidak bisa membuat suaminya itu bangun, maka ia harus menggunakan cara yang tak pernah bisa Delon tolak. Rachel merasa seperti wanita murahan jika menggunkan cara seperti ini. Dasar Delon, beraninya dia mengerjai Rachel.     

Rachel mendirikkan tubuh, menundukkan kepalanya dengan garis bibir mengulas senyum seringai dalam dan begitu jelas tercetak di wajah cantiknya.     

'Jangan panggil aku Rachel, jika tidak bisa membuatmu memanggil namaku dengan penuh memohon, Delon Gee Jeicho!' batin Rachel yang sudah mulai membagi kedua kaki jenjangnya, mengukung tubuh Delon di antara jengkal pahanya.     

Rachel menduduki perut berotot Delon yang begitu jelas menggambarkan betapa tegas guratan itu hingga membuat Rachel hampir saja meneteskan salivanya.     

"Bagaimana aku bisa berpaling, jika aku selalu terperangkap dengan pesonamu, ha?" Dengan gerakkan cepat Rachel sudah melepaskan boxer ketat yang digunakan Delon tadi. Hingga meninggalkan si junior yang sudah tidak dapat membohongi keberadaan Tuannya yang Rachel tahu memang sedang berpura-pura memejam.     

Rachel menaikkan sudut bibirnya, lalu menggegam dengan caranya memberikan sentuhan lidah di sana perlahan. Inilah yang dimaksud Rachel saat Delon selalu saja tak bisa kalah dengan pesona Rachel. Pesona yang ditinggalkan Rachel selalu bisa membuat Delon kalah sebelum peperang terjadi.     

Bunyi khas itu mengiring kedua tangan Delon mengepal kuat sekuat apa yang terjadi di bawah sana. Ia benar-benar merutuki permainan Rachel yang begitu membuat jiwa Delon hilang seketika.     

'Shit! Rachel membuatku benar-benar gilaa! Bagaimana bisa aku menahannya lebih lama lagi?' batin Delon mengumpat dirinya yang tak berdaya di bawah kendali perempuan dua puluh tahun itu.     

"Aagghhhh... kau memang kelinci nakal, Sayang!" Akhirnya suara itu keluar, dan seketika membuat Rachel melirik senang, mempercepat aksinya.     

"Akhirnya kamu bangun juga kan?"     

Setelah semua selesai. Delon mengatur napas yang naik-turun karena aksi Rachel, tapi saat Rachel ingin pergi meninggalkan Delon ke kamar mandi, karena tubuhnya yang begitu lengket peluh membanjiri tubuh ramping itu juga, tiba-tiba Delon dengan cepat menarik tubuh Rachel.     

"Apa yang kamu lakukan, Kaak!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.