HE ISN'T MYBROTHER

Vio Vs Rere 2



Vio Vs Rere 2

0"Kasih guee! Lo jangan sok suci, Vio! Apa perlu gue tunjukkin video lo juga, ha?"     

Vio menyeringai senyumnya. Ia bukan Rere yang bodoh, meskipun ia melakukannya, Vio akan lebih mengamankan dengan fasilitas yang papanya berikan     

"Gue tunggu. Lo emang mau nunjukin video gue yang mana? Yang lagi mandi atau yang lagi ... emm ... aah. Itu?" Vio terbahak seketika saat menirukan suara Rere yang berada dalam video tersebut.     

Rere memicingkan matanya dengan meremas buku tangannya erat. Sayangnya tingginya dan Sellyn begitu terpaut jauh, sehingga ia tidak bisa mengambil ponsel tersebut dan menghancurkannya tanpa tersisa.     

Sedangkan Nino begitu membeku saat mendengar suara Vio yang begitu mengejutkan dirinya dengan caranya mendesah membuat Nino semakin tertarik dengan Vio. Sellyn yang menolehka wajahnya tanpa sengaja dan menemukan wajah Nino yang seprti menatap terpesona ke arah Rere dan Vio langsung memukul bahunya keras, menyadarkan.     

"Nino! Lo ngalamunin apa?" Nino terkesiap, lalu menolehkan wajah datarnya ke arah Sellyn. "Anak kecil kayak lo mana tahu urusan lelaki dewasa," sahutnya dengan menggeleng kepala samar. Nino merutuki dirinya yang menyatakan dirinya tertarik dengan Vio, perempuan kasar yang baru Nino temui.     

'Cih, kenapa gue tadi mikir tertarik sama perempuan singa itu, apa gue udah segila ini karena kerja buat jagain Rachel,' batin Nino.     

Sellyn berdecak mendengar perkataan Nino.     

"Lo tanya dapet dari mana? Yang jelas pusaka yang lo nikmati itu punya pengawal gue ... dan ...." Vio menjeda kalimatnya, lalu mengusap pipi putih Rere dengan gerakkan lambat. Kedua mata hitam Vio menyipit dengan sudut mata yang terangkat.     

PLAK     

Tamparan keras langsung mengenai wajah Rere hingga wajah itu jatuh ke samping dengan anak rambut yang berantakkan seketika. Nino dan Sellyn langsung menutup mulut mereka dengan buku tangan saat melihat adegan mengerikan dari Vio. Tindakan Vio benar-benar membuat mereka semua terkejut, begitu juga dengan Rere yang sudah menyorotkan manik menyala.     

"Meskipun gue benalu. Tapi, gue ngga cari kenikmatan di luar sana kayak lo!" bisik Vio lirih di telinga Rere.     

Rere berubah murka. Ia benar-benar tidak terima sudah dijebak seperti ini. Apalagi video itu adalah video yang menampilkan dirinya yang begutu mendominasi saat bermain di atas, tak membiarakan lawannya untuk memimpin. Bisa bahaya, jika Vio menyebarkan video itu dan sampai ke tangan rektor.     

"Dasar cewek murahan! Lo sama Rachel, bakal dapat balasan dari gue dengan setimpal! DENGAR... SETIMPAL!" ancam Rere yang mulai melangkah mundur dengan memegang wajah memerah kebasnya karena tamparan Vio.     

Rachel mendirikkan tubuhnya, menatap punggung Rere yang mulai menghilang dari pelupuk matanya, lalu menyentuh bahu kecil Vio yang bergerak karena menghela napas amarahnya, mencoba mengontrol kembali emosi yang tadi meninggi karena perkataan Rere begitu tak Vio sukai.     

"Udah ngga usah didengerin. Lo, punya gue ... punya Sellyn, kita ngga perlu masukin perkataan Rere ke dalam urusan kita," ucap Rachel yang langsung diangguki Vio seraya menoleh, mengulas senyum cerahnya kembali.     

"Thanks, Chel." Rachel mengangguk dengan senyum cantik yang juga sudah terukir di wajahnya.     

"Emang lo dari kapan nyimpen video anunya Rere?" tanya Sellyn yang kini langsung mendapat tatapan menyala dari Rachel dan Vio yang menoleh ke arahnya yang bingung.     

"Sellyn!"     

"Sellyn!"     

Vio dan Rachel kompak memanggil Sellyn dengan mata yang melebar, dengan mengangkat satu tangannya di depan bibir, mengkode Sellyn agar menutup mulut.     

Sellyn yang menyadari akan kebodohannya, langsung menggaruk kepalanya, tersenyum tanpa rasa berdosa. "Hehehe. Iya... pelan-pelan ini. Kan gue mau tau anunya kapan, produksinya maksud gue. Duh mulut!" Sellyn menepuk mulutnya pelan.     

"Kalo lo mau gue siap bikin yang lebih hot dari itu," sahut Nino dengan menaik-turunkan alisnya menatap Sellyn yang langsung berdecih tak sudi.     

"Gue mending sama abang lo, lebih gagah."     

"Emang enak? Makanya olah raga yang benar," sahut Rachel yang langsung di balas Nino dengan menaikkan satu sudut bibirnya kesal sudah diremehkan oleh ketiga perempuan ini.     

"Dia belum tau aja, kemampuan gue ... sepuluh perempuan aja gue sanggup kalo cuma bikin mereka basah aja ... apalagi kalian bertiga," gumam lirih Nino.     

"Ngomong apa lo?" Vio langsung menodong Nino sembari menunjuk tegas ke arah cowok itu.     

"Tuh ada kucing seksi lewat," jawab Nino sembarang.     

***     

"Apa kalian sudah menemukan nona Rachel?" tanya asisten pribadi Jeno yang masih berada di area kampus yang juga ikut mencari majikannya untuk dibawa pulang sesuai dengan perintah tuanya sebelum rencana Dinu berhasil membuat Rachel dan Delon ebnar-benar bersatu meninggalakan Indonesia, itu akan semakin menyulitkan Jeno untuk menemukan putrinya.     

Barisan beberapa anak buah Jeno yang bertubuh besar dan bebrapa yang yang memag bertubuh kecil sedang menyamar agar tidak terlihat oleh Rachel pun ikut mengangguk. Keberadaan Rachel di kampus itu terasa hilang tanpa jejak. Tak ada yang bisa menemukan sosok perempuan cantik itu. Bahkan teman sekampus Rachel hanya mengetahui, jika Rachel sudah keluar dari kampus karena sebuah skandal yang mencoreng nama baik kampus.     

"Mata kalian untuk apa? Jika, tuan Jeno tahu tentang hasil kalian bisa habis kalian di tangan tuan Jeno. Cepat menyebar kembali, jangan kemabali sebelum mendapatkan kabar. Tidak mungkin nona Rachel tidak ada di kampus, ini adalah hari pertama semua mahasiswa masuk ..."     

"CEPAT BUBAR!" sambungnya dengan nada menggeram kuat. Ia tidak mau menjadi sasaran kemarahan tuannya hanya karena gagal dalam membawa Rachel.     

"Baik, Pak Renar." Mereka semua langsung membubarkan barisan dengan begitu ketakutan. Tidak ada lagi pertanyaan yang mampu terlontar untuk bagaimana cara mempermudah pekerjaan mereka agar tidak juga terkena amukan dari Jeno.     

Dari seberang jalan sudah ada sebuah mobil mewah hitam yang sedang mengamati pergerakkan dari anak buah Jeno yang masih kalang kabut karena mencari Rachel yang belum menemukan titik temu, sedangkan Jeno sudah menuntut selalu di setiap waktu. Senyumnya tergores naik satu inci. Sudut mata menyipit dengan mengusap punggung tangannya pelan.     

"Mereka masih belum menyerah, Boss," kata sang supir yang juga merangkap sebagai assisten pribadinya.     

"Biarkan saja. Benar-benar menyenangkan bermain seprti ini. Aku pikir Jeno akan medukungku untuk mendapatkan Rachel setelah semua yang kulakukan untuknya selama ini ... tapi, ternyata dia sama saja. Status sosial lebih penting dari kebahagian anak yang bertahun-tahun dia selamatkan dan dia didik."     

"Kau bahkan tak memerlukan pengakuan dari tuan Dinu atau pun tuan Jeno ... lalu untuk apa masih terus berada di sini, Boss? Harusnya pergi pun tak masalah, bukan?"     

"Tentu, untuk menikmati permainan. Istriku akan menjadi ratu dari kekayaanku, tapi sebelum itu aku harus memberikan arti dari kesusahan terlebih dulu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.