HE ISN'T MYBROTHER

Pria Misterius di Dalam Gudang Kampus



Pria Misterius di Dalam Gudang Kampus

0"Katakan di mana Rachel?" ancam Jeno dengan tangan meremas kuat di dagu Nino, "Atau kubunuh kau di sini?"     

"A—aku sudah katakan ... aku tidak mengetahuinya, O ... Om," balas Nino dengan terbata.     

Nino menggeram kuat di tengah cengkraman Jeno, ia tidak menyangka, jika Jeno akan melakukan ini dan berani berbuat sekasar ini padanya. Padahal sebelum pertengkaran antara Delon dan Jeno terjadi, hubungan mereka masih baik-baik saja. Tapi, Nino sekarang tahu bagaimana kejam dan mengerikannya seorang Jeno, jika sudah menyangkut tentang putrinya.     

"Om ... tenanglah, jangan melakukan ini ... begitu banyak mahasiswa yang melihat ke arah kita, ini tidak baik," ucap Sellyn mencoba menengahi perkelahian antara Jeno dan Nino dengan suara gusarnya. Sellyn memutar kepala ke kanan lalu ke kiri, ia ingin meminta bantuan, tapi tidak ada yang berani untuk mendekat pada sosok Jeno sebagai sang penguasa tertinggi di sana.     

Siapa pun yang berani membela siapa saja yang membuat amarah Jeno membuncah, mereka akan terancam keluar dari kampus. Dan mereka tidak akan bodoh untuk melakukan hal tersebut.     

"Duh... sialan banget, malah pada ngelihatin doang! Lu kira ini tontonan topeng monyet!" seru Sellyn pada mahasiswa yang hanya lewat dengan melirik kegaduhan yang mencuri perhatian mereka tanpa mau mendekat.     

"Gue sumpahin, lo semua tuli sampai tujuh turunan!" Sumpah serampah dari Sellyn akhirnya keluar dengan tatapan acuh mereka hanya melihat Sellyn, berlalu pergi.     

Sedangkan Rachel baru saja keluar dari kamar mandi. Ia terpaksa menggunkaan kamar mandi pria untuk mengelabuhi siapa pun yang melihat dirinya. Ia juga tidak mungkin masuk ke dalam kamar mandi wanita karena perwudannya masih sebagai Ervan yang begitu digandrungi oleh para mahasiswi di sana.     

"Gue jijik banget, lihat mereka berdiri kaya gitu ... apalagi mereka ngga risih juga pas gue keluar dari kamar mandi, malah santai banget. Bangke emang!" gerutu Rachel saat mengingat betapa menjijikkannya gambaran yang ia lihat tadi di dalam kamar mandi. Mereka seakan tak peduli dengan keberadaan Rachel sudah tidak kuat di sana merasa ingin muntah saat menghirup aroma pekat hingga membuat hidungnya pedih.     

"Nino dan Sellyn, pasti udah nunggu gue sedaritadi, gara-gara antri jadi gini, deh. Bisa gila gue kalo kelamaan, jadi Ervan," sambung Rachel saat mulai mengayun langkah ke arah Nino dan Sellyn, tapi saat kepala Rachel mendongak di pertengahan jalan. Kedua manik mata Rachel membulat sempurna, dengan cepat tubuhnya membalik dan segera berlari, namun sayang mata tua Jeno tidak bisa dibohongi.     

"Sialan, kenapa bisa ada papa di sana?"     

Jeno yang tidak sengaja melirik keberadaan seseorang yang akan mendekat ke arahnya, langsung melebarkan mata juga saat melihat seseorang yang berlari dengan sekelebatan wajah yang mirip dengan Rachel yang ia lihat dalam rekaman CCTV.     

Bugh     

Tubuh Nino kembali terlempar di depan tubuh Renar, Jeno pun langsung berlari dengan cepat tanpa memperdulikan tatapan dari asisten pribadinya atau pun Sellyn yang tadi mengetahui adanya Rachel yang mendekat. Hingga membuat Sellyn mengusap kasar wajahnya, merasakan ketegangan antara anak dan ayah itu.     

"Gawaaatttt!" gumam Sellyn.     

"Tuaan!" teriak Renar yang bingung dengan apa yang teerjadi pada Tuannya.     

Nino menyeringai senyum di bibirnya dengan menekan rahangnya untuk menetralkan rasa mematikan atas tulangnya yang hampir saja remuk karena remasan kuat dari tangan Jeno.     

Rachel masih berlari menyusuri lorong kampus, ia bingung dan ketakutan melebur menjadi satu saat melihat Jeno yang masih saja berlari mengejaranya, meskipun usianya sudah setengah abad lebih. Seperti tidak mempunyai rasa lelah sama sekali.     

"Gue ... harus ke mana ini? Ya Tuhan... kenapa papa bisa tahu gue, sih?" gumam Rachel yang masih memacu kakinya untuk berlari dengan napas yang tersengal, kedua kaki itu sudah mulai melemah, ia sudah tidak sanggup lagi untuk melanjutkan lari lebih jauh lagi.     

Bola mata coklat Rachel disajikan pemandangan yang begitu asing di matanya. Di sana ada sebuah gudang kampus yang terletak di belakang kampus. Rachel begitu tak sadar, jika arah larinya sudah sampai hingga ke belakang kampus dengan suasan yang begitu horor tanpa ada seorang pun yang berada di area ini.     

Rachel melirik ke arah sekitar yang begitu gelap dan tercium bau pengap, meski dirinya masih di area luar. Gudang itu seperti ruangan yang jarang dibuka. Rachel bingung harus pergi ke mana lagi, dirinya sudah begitu lelah. Sedangkan Jeno masih saja mengejarnya, apalagi kini kakinya sudah tidak bisa berdiri sempurna.     

"Raacheel!" teriakan itu membuat Rachel membolakan mata melebar saat ia masih mengontrol napas dengan menyentuh kedua lututnya yang bergetar.     

"Itu ... suara papa! Gue harus gimana dong, di sini nggaa—" Suara Rachel tercekat saat mulutnya terbungkam dan ditarik seseorang untuk melangkah mundur.     

Tubuh Rachel Masuk ke dalam kegelapan gudang berbau pengap dengan debu begitu tebal. Tempat itu mungkin sudah beberapa tahun sudah lama tidak menjadi tempat dari persimpanan barang-barang karena konon katanya ada seorang mahasiswa yang diperkosa di sana dan memilih untuk mengakhiri hidup di sana juga. Sehingga membuat gedung dan area belakang kampus itu menjadi semakin angker dan tak ada seorang pun yang berani melangkah masuk.     

Rachel meronta dengan memejamkan mata erat dengan tubuh yang ditahan, sehingga ia tidak bisa melakukan apapun selain menggeram kuat di dalam bungkaman tangan besar. Rachel yakin pemilik dari tangan besar itu adalah seorang pria.     

"Eumhhnbbb ..." geram Rachel dengan kaki yang terpaksa terseret oleh pria bertubuh kekar di belakangnya.     

'Aaaaggghhh... ini siapa? Gue mau dibunuh atau gimana? Gue aja baru nikah,' batin Rachel ketakutan, ia sudah tidak bisa berpikir jernih lagi. Pikiran Rachel sudah kacau sejak Jeno mengejarnya hingga sampai ke tempat horor seperti ini dengan bau khas pengap dan tak ada udara segar di sini.     

"Rachel kamu di mana?!" teriak Jeno saat mengelilingi tempat menyeramkan itu dengan bola mata hitamnya mencari di segala sudut. Jeno baru mengetahui kampus yang papanya bangun ternyata ada tempat yang begitu menyeramkan seperti ini. Terlihat tidak terurus, padahal Jeno selalu memberikan dana besar unuk selalu menambah fasilitas yang terbaik untuk kampus ini, hingga kampus itu menjadi universtas yang paling bonefit dijejeran kampus yang ternama.     

"Tempat ini begitu menyeramkan. Aku harus menanyakan ini kepada mereka yang mengurus tempat ini. Di ke manakan uangku untuk membangun kampus ini, kenapa masih ada tempat tak terurus seperti ini ..."     

"Apa Rachel berada di sini? Apa mungkin?" sambung Jeno yang sekarang melangkah maju menuju bibir pintu dengan keadaan yang sudah setengah terlepas dari engselnya. Lalu jaring-jaring laba yang begitu tebal, membuat jeno harus menyibakkan jaring-jaring laba itu dengan tangan untuk melihat keadaan di dalam. Kepala Jeno hanya setengah masuk, tak ada cahaya apapun di sana. Bahkan sinar matahari pun tidak ada yang bisa masuk.     

"Rachel tidak mungkin masuk kesini. Dia begitu takut gelap ... apalagi dengan tempat seperti ini. Meskipun dia ingin menghindariku, pasti akan berpikir ulang untuk bisa masuk ke dalam," gumam Jeno yang kini mulai perlahan melangkahkan kaki mundur, lalu memutar kepala kembali ke sekitar untuk melihat adakah pergerakkan yang mencurigakan di tempat lain.     

Srek Srek Srek     

Suara sepetu yang terseret membuat Jeno memutarkan tubuh, mencari di mana suara itu berada. Jeno berkacak pinggang untuk kembali mencari asal suara tersebut.     

Srek Srek Srek     

Suara sepatu terseret itu kembali terdengar.     

"Itu di sana!" Jeno berlari ke arah sebaliknya, menuju jalan ke arah kampus utama. Ia benar-benar, meninggalkan tempat gelap dan pengap itu. Ia tidak berpikir, jika putrinya memang telah berada di sana.     

"Eeumbhhhhmb... le—lepas," kata Rachel yang akhirnya bisa melepaskan tangan besar itu dari mulutnya.     

"Lo siapa? Kurang ajar sekali!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.