HE ISN'T MYBROTHER

Suami Durhaka



Suami Durhaka

0"Aku memang brengsek," katanya lirih berbisik, "Tapi, aku sangat mencintaimu."     

"Kamu memang brengsek ... tidak ada suami yang melakukan ini kepada istrinya. Kamu ingin membuatku mati ketakutan, dan membuatmu menjadi duda yang akan banyak diincar banyak perempuan, iya, begitu?" todong Rachel.     

Delon menggeleng dalam kegelapan memeluk erat tubuh ramping yang kini masih berada dalam pelukannya, mencium tanpa henti kepala belakang Rachel dengan suara kekehan yang juga terdengar jelas di telinga Rachel. Namun, Rachel hanya berdecih, ia sudah terlalu sebal dengan apa yang dilakukan Delon padannya. Hingga membuat Rachel ingin mati ditempat.     

"Apa menurutmu ini lucu? Aku diraba pria lain ... aku sudah merasa hina, jika aku bertemu denganmu nanti. Aku ben ... benci padamu. Kamu suami jahat," ucap Rachel kembali terisak dalam pelukan Delon. Tertunduk dengan suara bergetar.     

Delon menghela napas panjang, menyilangkan tangannya yang bertumpu pada kedua lengan Rachel di depan tubuh, mendekap dengan begitu hangat. Delon ingin menyalurkan rasa ketakutan itu pada dirinya, sehingga tangis Rachel tak lagi tercipta di sudut mata.     

"Jangan menangis lagi. Iya...iya, aku yang salah, Sayang. Sedaritadi aku membujukmu untuk tidak menangis 'kan? Tapi, kamu malah terus menangis. Aku semakin menjadi suami durhaka, jika seperti ini," ujar Delon dengan nada kecil seraya mencium bahu Rachel.     

Hiks...hiks. Rachel mengusap hidung mancungnya yang sudah basah dan memerah, suasana gelap dan menyeramkan itu sudah tidak lagi membuat Rachel ketakutan dan menghalangi rasa cinta yang ditunjukkan Delon padanya. Hanya air mata kelegaan yang kini menitih, karena pria misterius itu ternyata adalah suami Rachel sendiri. Pantas saja Delon begitu menantang akan memperkosa dirinya seraya menolak pemberian uang dari Rachel.     

"Tetap saja, kamu sudah membuat dosa padaku."     

"Jika, aku tidak datang, papa pasti akan menangkapmu, Sayang. Aku hanya menirukan apa yang ada di dalam film. Begitu menakjuban bisa membuat peran utamaku ketakutan," ucap Delon yang sudah membalikkan tubuh Rachel untuk masuk ke dalam pelukannya. Ia tahu, jika istrinya masih begitu lemas untuk bisa berdiri sempurna.     

Rachel merespon lingkaran tangan kekar yang sudah memeluk possesif di pinggang rampingnya. Ia juga menaikkan kedua tangan untuk melingkari leher tegas Delon, menelusupkan wajah di leher tegas Delon.     

"Manja sekali istriku," lirih Delon memeluk erat tubuh ramping itu seraya mengusap lembut punggung istrinya.     

"Aku takut, Kak. Aku benar-benar sangat takut," lirih Rachel saat mulai menangis kembali di dalam pelukan Delon. "Jika, pria itu bukan kamu ... aku tidak tahu harus bagaimana lagi ...."     

Tubuhnya bergetar untuk menyalurkan betapa takutnya Rachel saat ia belum mengetahui, jika pria misterius yang membekam dan berani menyentuh tubuh Rachel adalah suaminya sendiri. Ia juga takut, jika papanya benar-benar berhasil menangkap dan memisahkan Rachel dari Delon.     

Ia sangat takut akan hal itu, kehilangan dan berpisah dengan cara seperti itu.     

Delon mengangguk-angguk dalam pelukannya, membelai lembut kepala Rachel yang masih memakai rambut palsunya. Delon kini semakin yakin, jika Rachel akan tetap setia pada Delon dengan tubuh yang dia jaga hanya untuk dirinya. Terbukti saat ia melihat Rachel begitu ketakutan dan berkali-kali memberontak saat tangan Delon mulai menodai istrinya sendiri.     

"Tenang, Sayang. Kamu tidak akan merasa bahaya lagi. Aku akan selalu menjagamu di setiap saat. Aku tidak akan membiarkan pria mana pun menyentuhmu ..."     

"Karena kamu hanya menyukai sentuhanku saja bukan?" goda Delon yang langsung membuat Rachel tertawa dalam sela tangisnya.     

"Tadi, benar-benar ingin kupatahkan tanganmu," balas Rachel dengan terkekeh.     

***     

"Aagghh... shit!"     

"Rambut palsu siaalan!" sambung Regan yang langsung membuang rambut palsu itu di dalam tong sampah yang bearda di balik tembok besar perbatasan antara kampus dan sebuah gedung kosong dibelakangnya saat ini.     

Regan menoleh ke arah tembok kasar yang baru saja ia lewati dengan kaki panjangnya. Seakaan loncatan Regan seperti seorang ninja yang sedang dikejar oleh para musuh ribuan. Akhirnya senyum itu pun terbit di bibir dihiasi peluh dengan menepuk dada kekarnya dengan begitu bangga.     

"Lo emang hebat, Re! Ngga sia-sia lo jadi mantan jagoan kampung," ucapnya dengan keren.     

Regan mendapatkan tugas untuk mengacaukan perhatian Jeno dan para anak buah yang tadi mengejarnya hingga Jeno kelelahan dan memilih untuk menghentikan larinya. Regan memang sengaja menirukan apa yang sedang dipakai Rachel dari rambut hingga sepatu yang dia pakai.     

Sehingga Jeno dan para anak buahnya benar-benar terkecoh, namun sayang, tenaga Jeno sudah habis untuk mengejar Rachel yang asli dan ditambah oleh tenaga Regan yang masih kuat-kuatnya untuk membuat Jeno menyerah dan benar kini Regan sudah terbebas dari para anak buah Jeno yang bodoh itu.     

Regan mendudukkan tubuhnya di sebuah batu besar dengan melirik ke arah sekitar, berwaspada, takut jika memang masih ada anak buah Jeno yang ternyata mengikuti Regan. Tapi, sepertinya sudah aman. Ia juga sudah menerima pesan dari Delon tadi. Sehingga kali ini, ia bisa sedikit bernapas lega.     

Namun, saat kepala Regan tertunduk untuk mengatur napas yang sedikit tak terkontrol, tiba-tiba ada kaki seorang perempuan yang sudah berdiri tepat di depan kepala Regan yang masih tertunduk. Mata hitam legam Regan menjadi terfokus, melempar salivanya ke samping, lalu perlahan mengangkat kepala, menaikkan pupil hitam yang semula membesar kini tiba-tiba mengecil saat melihat seorang permpuan muda yang menatapnya dengan tersenyum genit.     

"Ini ..." ucapnya menyodorkan sebuah botol minum dingin berukuran kecil.     

"Kenapa bisa di sini? Ini sangat jauh dari kampus."     

Bukannya menerima botol minuman itu, Regan malah menodongnya dengan pertanyaan yang membuat tubuh kecil perempuan itu ikut terduduk di samping Regan menyimpit pada tubuh kekar yang sudah terduduk di atas batu dengan senyum yang tak henti-hentinya terbit cerah secerah mentari pagi yang terebit jam tujuh pagi.     

"Kan Abang habis olah raga, jadinya harus minum ini ...." Sellyn kembali menyodorkan botol minuman itu tanpa menjawab pertanyaan Regan.     

Regan terpaksa mengambil botol minuman yang dibawakan Sellyn padanya dengan kasar, ia menaikkan kedua alisnya saat melihat senyum Sellyn masih saja tergores di sana.     

"Thanks," ucap Regan, tenggorakan Regan memang begitu kering, beruntung Sellyn ada di sini. Sellyn mengangguk dengan wajah memerah merona.     

"Abang, om Jeno masih di kampus ... semakin banyak pria berbadan besar yang mengepung kampus. Nino juga langsung kabur, entah ke mana," ujar Sellyn yang kini menampakan pandangan kosong pada satu tujuan di depan. Tidak ada tatapan genit atau pun begitu ingin menepel pada Regan saat ini.     

Regan cukup terkejut dengan perubahan sikap Sellyn yang membuatnya sedikit canggung, jika melihat Sellyn berubah seperti ini. Seperti orang lain yang tak pernah Regan kenali.     

"Mau gimana lagi. Mereka dibayar, ya, harus nurut apa yang dikatakan om Jeno, meskipun itu sia-sia aja," balas Regan dengan menambah tegukkan minumannya kembali.     

"Bagaimana pun cara om Jeno memisahkan Delon dan Rachel, gue yakin mereka juga tidak akan pernah terpisah dengan begitu gampangnya. Gue tahu bagaimana seorang Delon yang bertahan dengan satu permpuan sedari dulu, hingga gue baru tahu, jika itu adalah Rachel," sambung Regan lagi sehingga membuat Sellyn menoleh dengan mengangguk sepaham.     

"Gue harap abang juga jodoh Sellyn, lihat wajah gue juga ga kalah cantik sama Rachel kan?"     

"Mimpi! Gue lebih suka wanita dewasa, ngga suka cabe muda kaya lo! Belajar aja yang bener sana!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.