HE ISN'T MYBROTHER

Kenyataan Pahit untuk Aster



Kenyataan Pahit untuk Aster

0"Ini nggak mungkin, lo nggak mungkin udah nikah! Lo pasti bohohin gue 'kan? Jawab gue, jujur, Chel!"     

"Apalagi sama ...." Aster melirik tajam ke arah Delon yang sudah memasukkan kedua tangannya di dalam saku celana dengan menggerak-gerakkan dagu. Aster mencekal kedua bahu Rachel menggoyang-goyangnya seakan kebenaran ini hanya kebohongan semata. Dan tidak mungkin hubungan antara Kakak dan Adik itu berlanjut hingga ke hubungan yang begitu sakral.     

Rachel menatap ke arah Aster yang begitu nampak menyiratkan aura kekecewaannya. Tapi, kenapa harus begitu? Bukankah mereka hanya berteman dan Rachel sudah mengatakan sejak awal, jika sudah ada seseorang yang telah menempati hatinya jauh dari pernikahan ini telah terjadi.     

"Kenapa? Gue emang udah nikah dan itu sama Kak Delon ... dia bukan siapa-siapa gue dulu, dan kami berhak menikah. Papa juga tidak pernah mendaftarkan Kak Delon menjadi anggota keluarga kami," jawab Rachel yang sontak membuat Aster perlahan melemahkan cengkraman pada kedua bahu Rachel.     

Namun, Aster yang memang sudah cinta mati dengan perempuan itu hanya bisa menggelengkan kepalanya tak percaya. Apa pun yang masuk ke dalam kepala Aster malam ini begitu tabu dan sulit ia pahami. Langkah kakinya mulai memundur teratur dengan tatapan mata yang kosong, bibir itu selalu berkata 'ini nggak mungkin' berulang kali dan pada saat tubuh itu benar-benar mundur teratur, tiba-tiba suara suara pecahan gelas terdengar nyaring hingga membuat Dessy harus menarik adiknya menjauh.     

Ini nggak mungkin     

Ini nggak mungkin     

Ini nggak mungkin     

PRANG     

"Awaassss, Asterrr!" teriak Dessy menarik cepat Adiknya.     

Seluruh tamu hotel saling mendirikan tubuhnya masing-masing, memusatkan pandangan melihat kekacauan yang membuat malam yang hampir menyentuh fajar itu begitu kacau dan menyebalkan. Bukannya romantis malah suara pecahan gelas membuat mood mereka hancur.     

Rachel langsung berlari ke arah seorang pelayan yang nampak bergetar memunguti pecahan beberapa gelas mahal koleksi dari hotel tersebut yang tentunya pelayan itu yang akan disalahkan, jika melihat ada seseorang yang paling berpengaruh di hotel ini dan tak mungkin yang menabrak pelayan itu yang akan menjadi tersangka dalam hal ini.     

"Mas nggak apa-apa?" tanya Rachel yang ikut memunguti pecahan gelas itu yang basah dan tercetak warna merah pekat di sisi gelas tersebut.     

"Kalo jalan pakai mata! Apa kau sudah bosan kerja di sini? Bagaimana kalo pecahan gelas itu sampai mengenai Adikku. Aku benar-benar tidak hanya akan memecatmu, tapi juga akan membunuhmu. Dasar pelayan tak becuss!"     

"Aku tidak mau tahu. Pecahan dari beberapa gelas mewah ini ... kau harus mengganti, bagaimanapun caranya. Atau kupotong gajimu selama setahun! Kau tahu ini adalah gelas keluaran Eropa dan begitu mahal dalam pencariannya!" pekik Dessy seraya menunjuk tajam ke arah pelayan itu yang menatap Dessy dengan bola mata bergetar. Dessy sudah tidak perlu menunjukkan sikap baik hati bak malaikat yang baru turun ke bumi kepada Delon, jika ternyata lelaki itu telah memiliki isteri.     

"Bu Dessy ... maafkan saya, saya benar-benar tidak sengaja membawa gelas itu hingga terjatuh dan pecah. Tapi, Adik Bu Dessylah yang menabrak saya. Saya sudah berjalan sesuai dengan jalan yang memang seharusnya," balas pelayan tersebut dengan membela sesuai dengan kenyataan. Karena memang begitu adanya, Asterlah yang menabrak pelayan tersebut. Dan Dessy tidak mau mengakui akan kesalahan itu.     

"Beraninya kau menyalahkan Adikku?! Aku akan menelpon polisi untuk mempenjarakanmu, dasar pelayan busuk!" umpat Dessy kembali hingga membuat kedua tangan Rachel mengepal kuat menggegam nampan yang tadi digunakan untuk membawa beberapa minuman tersebut.     

"Sudah, Nona, tidak masalah. Jangan bantu saya, ini sangat berbahaya, tangan Nona nanti bisa terluka karena tajamnya beling ini," ujarnya dengan nada bergetar yang ingin menghentikan bantuan Rachel untuk mempermudah pekerjaannya.     

"Tidak masalah, Mas. Maaf aku pinjam dulu ...." Rachel mengangkat nampan yang berisikan cairan minuman tumpah tadi yang masih tersisa begitu banyak. Langkah Rachel mengayun, mengikis jarak antara Dessy dan dirinya, saat wanita dewasa itu sedang sibuk menempelkan benda pipihnya di dekat telinga wanita itu.     

BYUR     

Mulut Dessy ternganga dengan mata yang terbuka lebar, merasakan tetesan dan seluruh tubuh termasuk wajahnya telah lengket karena guyuran minuman yang teersisa itu dari tangan perempuan yang sempat wanita itu puji. Rachel menyunggingkan senyum menatap menang pada musuh baru yang sepertinya akan mempersulit jalan hidup Rachel kali ini.     

"Apa yang kau lakukan, dasar perempuan murahan!" pekik Dessy yang langsung terdengar suara tamparan yang begitu jelas di telinga orang-orang yang berada di sana, dan juga membuat wajah Dessy memiring dengan kulit yang terlihat semakin memerah padam.     

PLAK     

"Beraninya kau mengatakan hal itu kepada isteriku. Kau hanya memiliki hotel sebesar ini , tapi nyalimu sungguh besar menantang Nyonya Jeeicho!" kata Delon dingin dengan langsung merangkul pundak Rachel yang begitu terkejut juga dengan tindakan tiba-tiba itu kepada sang suami.     

Dessy menyentuh pipinya yang begitu perih ditampar oleh Delon. Ia memperlihatkan senyum seringai ke arah Delon yang masih menatap dirinya dengan begitu mematikan. Tapi, Dessy tidak akan bisa mengalah hanya karena tatapan mata hitam seperti itu.     

"Apa yang membuatmu membela isterimu yang begitu bodoh itu, ha? Dia tadi bermesra-mesraan dengan Adikku tanpa memikirkan suaminya. Apa itu tidak bodoh? Dan sekarang kau membela hanya karena tindakan barbarnya?"     

"Aku sungguh kasihan padamu, Tuan Delon. Kau begitu kurang beruntung mendapatakan isteri seperti dia!" Dessy menunjuk jelas ke arah wajah Rachel yang membuat sang empu benar-benar tersulut api neraka.     

Rachel menggeramkan deretan gigi rapinya, dengan napas yang sudah tidak bisa ia kontrol, tubuh itu berbalik mengambil beberapa gelas yang berada di meja belakang. Mengambil dua gelas, tanpa rasa segan lagi, tubuh Dessy kembali menjadi genangan minuman mahal yang kini hanya menjadi genangan limbah tak berguna di tubuh wanita itu.     

"Buruk dan kacau." Rachel melipat kedua tangannya, memicingkan mata dengan sudut bibir terangkat melihat Dessy seakan seperti wanita yang butuh dikasihani.     

"Sudah, Kak. Ini memang salahku," sahut Aster yang tiba-tiba begitu takut saat melihat sorot mata sang pujaan hati yang sama sekali ia tidak pernah ketahui perempuan itu memilikinya.     

Dessy bergeming dengan mengepalkan kedua buku tangannya, kedua mata itu juga menyorot tatapan tajam pada perempuan muda yang begitu jauh jarak umur di antara mereka berdua.     

"Jika, kau melaporkannya ...." Rachel menunjuk ke arah pelayan yang sedaritadi hanya menunduk dengan tubuh bergetar.     

Pelayan itu membayangkan setahun tidak digaji dan ia harus bagaimana membiayai kedua anaknya yang bersekolah dan istrinya yang sakit-sakitan. Kini pikiran itu tertuju pada nasib keluarga miskinnya yang hanya mengandalkan dari gaji dirinya yang menjadi seorang pelayan hotel saja.     

"Aku akan membawamu juga ke dalam penjara, karena telah mencoba meracuni suamiku dengan obat perangsang dosis tinggi," sambung Rachel dengan nada dinginnya. Sontak membuat Delon mendelik, memutar pandangan bingung ke arah Rachel. Namun, Rachel masih teerfokus pada wanita ular di depannya.     

"Cih, omong kosong! Kau tidak ada bukti, beraninnya anak kecil mengancamku!" Dessy terkekeh dengan gaya mencemooh.     

"Mau bukti? Kak Regaan!"     

Ha? Regan ... Dia di sini?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.