HE ISN'T MYBROTHER

Bangga Memiliki Isteri sepertimu (Delon)



Bangga Memiliki Isteri sepertimu (Delon)

0"Isteriku begitu pintar, aku sampai tidak menyangka semua ide ini muncul darimu, Sayang." Delon mencium penuh seluruh wajah cantik istrinya tanpa tersisa hingga membuat Regan hanya berdecih melihat adegan berbahaya itu bagi dirinya yang masih saja belum menemukan merpati betina yang tepat.     

Cupcupcup     

"Siapa dulu dong! Aku punya segudang rencana membasmi hama pengganggu seperti wanita ular itu," ucap Rachel yang membanggakan dirinya dengan senyum sumringahnya, sontak membuat Delon begitu gemas dengan wajah cantik isterinya. Lalu, dengan gerakkan cepat Delon kembali menyerang wajah putih tanpa noda itu dengan ciumannya kembali. Hingga membuat Rachel kelabakan berakhir dengan pukulan dan dengusan kesal dari perempuan cantik itu.     

Bugh     

Rachel memukul lengan kekar Delon sesaat ciuman itu berakhir pada landasan terakhir di bibir perempuan itu.     

"Udah, Kak! Kamu selalu membuat wajahku basah, tau!" dengus Rachel yang langsung mengusap wajah putihnya. Delon tergelak dengan membingkai wajah Rachel.     

Hahahaha.     

"Aku tahu-aku tahu, Sayang. Kamu memang sangat pintar dan cantik. Pantas saja seorang Delon bisa begitu tergila-gila denganmu seperti ini."     

"Hweeekkk!" Regan menirukan orang yang ingin memuntahkan sesuatu saat mendengar perkataan Delon. Tapi, kali ini Delon sedang bersenang hati. Ia tidak akan mempermasalahkan kelanjutan kehidupan Regan setelah ini.     

Cup     

Rachel menjijitkan kakinya untuk mencium rahang tegas Delon, lalu melepaskan kedua tangan kekar suaminya yang menahan dirinya di sana. Ia sedikit melirik ke arah belakang, lalu kembali mengembalikan pandangannya ke depan, ke arah Delon yang masih setia menatap Rachel. Perempuan itu kembali berjinjit, lalu membisikkan sesuatu kepada Delon dan langsung diangguki lelaki tampan itu.     

"Butuh berapa?"     

"Semuanya, Kak," balas Rachel yang sudah menengadahkan buku tangannya ke arah Delon yang menggeleng dengan senyum tergores di wajah tampannya itu.     

"Nyonya Jeeicho memang sangat baik hati. Cepatlah kembali, aku menunggumu di sini." Delon menyerahkan semua uang cashnya di atas buku tangan Rachel, lalu menderatkan bibirnya di kening kecil Rachel dengan lembut.     

Rachel mengangguk dengan senyum sumringah cantiknya, lalu berbalik badan sedikit berlari kecil. Seakan dirinya melupakan kehebohan ini karena ulah perempuan cantik itu hingga berakibat dari penutupan dari hotel ini dan Dessy menjadi buronan polisi karena Rachel yang melaporkan wanita itu karena sudah berniat ingin meracuni Delon.     

"Apa yang membuatmu bersedih, Mas?" tanya Rachel yang sudah memeringkan wajah, menyapa lelaki seusia Delon itu menunduk seperti sedang bingung dan memikirkan sesuatu yang membuat wajahnya nampak begitu pucat.     

Pelayan itu mendongakkan wajahnya. Menatap sendu pada manik coklat ceria di depan pantulan mata hitam lemah pelayan tersebut.     

"Nona ternyata masih di sini, ya? Saya hanya sedang berpikir ... bagaimana cara saya mengatakan ini semua saat pekerjaan sudah hilang, dan hotel ini ditutup. Apa yang dipikirkan istri dan kedua anak saya, Nona. Saya hanya bingung akan penjelasan yang bagaimana untuk mengatakan hal ini," lirihnya dengan wajah masih tertunduk lemah. Seakan tubuh itu tak mampu untuk keluar dari hotel ini dan mengayunkan langkah menuju ke rumah kecil mereka dan mengatakan berita buruk yang ia alami dalam satu malam ini.     

Rachel ikut mendesah berat, lalu berkata untuk menguatkan, "Di mana ada kemauan di sana pasti ada jalan. Bagaimana cara, Mas untuk menjelaskan ... pasti akan diterima baik oleh isteri dan kedua anak, Mas. Pulanglah lebih dulu, istirahatkan tubuh, Mas. Ini pasti sangat mengejutkan untuk, Mas juga. Tenanglah, pekerjaan pasti akan datang dengan cepat kepada Mas dan keluarga."     

Pelayan itu tersenyum sumringah saat mendengar perkataan Rachel yang memang benar adanya. Keluarga kecilnya bukanlah keluarga yang begitu penuntut untuk dirinya yang belum bisa memberi mereka kehidupan yang layak. Tapi, setelah ini ia akan segera mencari pekerjaan dan kembali memenuhi kebutuhan mereka kembali dengan layak seperti biasanya.     

"Terima kasih, Nona. Nona begitu cantik ... tidak hanya wajahnya saja, tapi hatinya juga. Semoga selalu diberi kemudahan kehidupan dan kebahagian di sepanjang jalan, Nona," ujarnya dengan membungkuk hormat ke arah Rachel. Rachel yang merasa tidak enka langsung membawa bahu kurus itu untuk segera kembali tegap.     

"Jangan. Tidak perlu seperti itu. Aku yang lebih muda ... maaf, Mas. Bolehkah aku menitipkan titipkan sesuatu dari suamiku?" tanya Rachel yang membuat pelayan itu mengernyitkan dahinya, hingga terlihat beberapa lapis garis tebal di sana.     

"Apa itu, Nona? Bisakah saya memegang amanahnya?" Pelayan itu nampak takut untuk tugas yang diberikan dari perempuan muda di depannya yang nampak terlihat dari keluarga yang begitu kaya raya, jika melihat segala teerawatnya kulit dan apa pun yang menempel pada tubuh rampingnya itu.     

Rachel membuka kedua buku tangannya yang sudah penuh akan lembaran uang kertas berwarna merah berntuk dalam pecahan rupiah. Mata pelayan itu langsung terbuka lebar, dan dengan cepat memundurkan langkah menjauhi uang yang begitu banyak itu. Jika, tugasnya seperti itu ... ia pun tak sanggup. Ia hanya orang miskin dan ia pun takut dengan kekuatan orang kaya raya yang hanya menilai apa pun denagn lembaran uangnya.     

"Kenapa menjauh, Mas? Ini ... titipan suamiku. Dia ingin melihat Mas membuat usaha sendiri sehingga bisa membahagiakan anak dan isteri, Mas. Bukankah isteri, Mas sedanag sakit?"     

Pelayan itu melirik ke arah Rachel dengan takut-takut. Namun, saat mengingat isterinya yang begitu memerlukan biaya perawatan dan anak-anaknya juga memerlukan biaya sekolah, seakan tatapan itu mengandung pertanyaan yang memang harus Rachel tegaskan sekali lagi.     

Saat bibir Rachel ingin mengatakan sekali lagi pernyataan untuk menenangkan lelaki yang berada di depannya. Tiba-tiba rangkulan pada bahu kecil Rachel dan suara itu membuat perempuan cantik itu mendongak seraya mengulas senyum cantiknya mendapati siapa yang datang.     

"Ambillah. Aku memberikannya padamu, setelah ini datanglah kepada asisten pribadiku di sana ...." Delon menunjuk ke arah Regan yang sudah mengangguk ke arah pelayan teersebut.     

"Dia akan memberikanmu pekerjaan baru. Uang itu gunakan saja untuk biaya isterimu berobat. Jika, masih kurang katakan kepada asisten pribadiku saja. Dia akan memberikanmu apa yang kau butuhkan," tambah Delon yang langsung membuat pelayan itu bersimpuh di atas kaki Delon, tapi Delon dan Rachel kompak menolak dan mencoba membangunkan pelayan tersebut. Tapi, suara isak tangis itu begitu terdengar sangat jelas.     

"Tuan dan Nyonya, begitu baik hati. Saya benar-benar tidak tahu harus mengucapkan rasa terima kasih saya dengan cara apa. Tapi, suatu saat saya akan membalas kebaikan Tuan dan Nyonya kepada keluarga saya," kata pelayan itu yang semakin terisak dan belum mampu mendirikan tubuhnya, masih tetap ingin bersimpuh pada kaki Delon dan Rachel yang bagaikan malaikat yang diturunkan Tuhan melalui perwujudan sempurna seorang makhluk pasangan berhati emas.     

"Ayolah bangun, kami hanya ingin mereka bisa hidup dengan semestinya dan menikmati belajar dengan lancar bagaimana ... jangan permasalahkan segalanya. Aku yang akan menanggungnya, mereka harus pintar dan bisa bekerja di perusahaanku." Delon masih berusaha mengangkat tubuh itu untuk berdiri.     

"Tuan begitu sangat baik hati, hanya Tuhan yang mampu membalas kebaikan Tuan dan Nyonya."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.