HE ISN'T MYBROTHER

Usir Mereka! (Rachel)



Usir Mereka! (Rachel)

"Nggak perlu tanya-tanya. Dia istri gue ... gue mau bawa dia ke ujung dunia pun nggak ada urusan sama lo," ketus Delon dengan suara berbisik agar perempuan yang kini berada dibopongannya tidak terbangun.     

Regan berdecih mendengarkan perkataan Delon. Ia sekarang lebih memilih menjadi kubu Rachel daripada Delon, jika seperti ini. Karena Delon tidak akan bisa berkutik jika perkataan sang istri sudah bersabda. Lelaki dengan sejuta pesona itu akan menjadi anak kucing seketika.     

"Tidak-tidak. Nyonya muda telah berpesan untuk tetap menjaga tubuh itu di waktu sadar maupun tidak. Meski itu dari Tuan yang merupakan suaminya," jelas Regan yang membuat Delon membuang salivanya mengejek.     

"Lo yang gaji gue. Nggak usah kebanyakan ngomong! Jaga ... jangan sampai Jenny datang ke ruangan gue. Atau gaji lo gue potong habis. Paham?" ancam Delon yang membuat Regan meneguk saliva kasar.     

Tidak ada seorang pun yang akan kebal dengan ancaman gaji yang sudah membayang di depan mata dan tiba-tiba diancam akan dipotong. Itu benar-benar membuat Regan ingin menyantet Delon seketika.     

"Bai ... baik, Boss. Sesuai dengan perintah," jawab Regan yang hanya menatap punggung kekar itu membawa lari sandraannya. Kini tidak ada hiasan yang membuat kedua mata Regan segar. Jika, tadi ia masih bisa menatap wajah tenang Rachel saat tertidur, tapi sekarang apa yang harus ia lihat?     

"Hadeh. Ini gue harus ngapain ... istri orang udah dibawa pergi suaminya. Sekarang tinggal cicak aja. Yaelah nasib banget, dah!"     

Delon berjalan berhati-hati mendekati ruangannya. Seluruh mata para karyawan tidak bisa lepas dari pemandangan romantis yang melintas tepat di depan mata mereka. Bahkan, sesekali mereka melihat Delon yang mengecup kening Rachel dengan penuh perasaan.     

Para karyawan belum mengetahui status antara kakak dan adik itu yang sebenarnya. Mereka hanya mengetahui, jika Delon memang bisa dikatakan kakak yang bertanggung jawab menjaga sang adik.     

"Tuan Delon manis banget kan? Padahal itu hanya bersama dengan nona Rachel. Apalagi bersama dengan kekasih atau istrinya kelak? Pasti akan bertambah manis gue rasa."     

"Gue juga udah ngerasa. Tuan Delon hanya bersikap dingin kepada oarng di luarannya. Tapi, dengan keluarga tuan Delon begitu hangat. Seperti tadi, dengan non Rachel."     

"Iya. Gue setuju. Tapi, wanita yang seperti apa yang bisa meluluhkan hati tuan Delon ... sedangkan kita tidak pernah melihat tuan Delon membawa wanita lain kecuali nona Rachel."     

Berbagai obrolan para karyawan begitu memuja akan sikap yang dilakukan Delon kepada Rachel yang begitu menunjukkan bahwa lelaki itu mampu menjadi pasangan yang baik dan pasti wanita mana pun akan beruntung bisa mendapatkan seorang Delon.     

Delon sudah sampai di ruangannya. Ia perlahan kembali membaringkan istrinya dengan hati-hati agar tidak membangunkan perempuan itu. Perlahan dengan pelan lelaki itu berhasil membuat tubuh itu berpindah ke dalam posisi tidur yang lebih nyaman, tidak membuat tubuh kecil itu sakit saat terbangun nanti. Tangan Delon dengan cekatan membuka pita yang terikat begitu cantik di depan mini dress yang digunakan Rachel.     

"Kamu tidur di sini saja. Aku tidak percaya dengan Regan ... dia juga lelaki. Dan juga memiliki insting memburu yang begitu buas ...."     

Delon mengusap lembut wajah istrinya yang terlihat begitu pucat dengan kedua mata yang sembab karena tadi pagi menangis. Perlahan Delon menderatkan bibirnya kembali di kedua kelopak mata indah itu yang masih memejam.     

"Dengarkan aku dulu, baru kamu menangis. Aku melakukan semuanya untuk melindungimu, Rachel. Kamu tahu siapa Jenny ... dia wanita yang nekad dan berbahaya ..."     

"Bagaimana jika dia menyentuhmu. Aku bisa saja membunuhnya, tapi, itu akan membuat paman Tio sedih apalagi ... tante Sesil. Mengertilah, Sayang," tambah Delon lirih dengan menarik jemari lentik Rachel untuk ia kecup lembut.     

Setelah membuat Rachel tertidur kembali. Delon kembali ke dalam pekerjaannya mengurus cabang perusahaan ini untuk sebuah meeting penting dari berbagai klien besar yang datang atas kerjasama mereka terdahulu yang begitu membuahkan hasil yang begitu baik.     

Dan kali ini saat Delon kembali membuka kerjasama, mereka semua pun tidak menyia-nyiakan kesempatan emas itu.     

Jarum jam menujukkan waktu sembilan pagi. Delon memilih mengadakan meeting di ruangannya karena pembahasan itu tidak terlalu menjabar hanya beberapa poin yang harus mereka pahami jika ingin melanjutkan kerjasama ini.     

"Pembangunan mall di pusat kota akan dilakukan dua minggu lagi, sesuai dengan apa yang Tuan-Tuan baca di sana ... kita telah mendapatkan akses untuk pembangun dan izin yang lainnya. Saya harap Tuan semua memahami kontrak kerjasama tersebut. Jika, mengingat ini bukan lagi kali pertama kita melakukan sebuah kerjasama," jelas Regan dengan menatap tegas.     

Mereka semua mengangguk dengan pemahaman yang telah Regan jelaskan panjang lebar. Tapi, tib-tiba suara Delon memecahkan keheningan mereka yang sedang saling berbisik untuk memuji design mall nantinya yang diajukan Delon pada mereka.     

"Tuan semua seperti biasa. Jangan katakan kepada siapa pun tentang kerjasama ini ... jika aku sampai mendengar. Kalian tahu kan apa yang akan terjadi?" Delon berucap dengan membolak-balikan berkas dokumen perjanjian mereka di depan mata.     

Nada ancaman lelaki itu begitu menyeramkan dan menakutkan, mereka jadi mengingat saat ada seseorang yang sudah melakukan kerjasama dengan peusahaan Delon dan dia membocorkan atas data yang telah dibuat Delon.     

Lelaki muda itu tak segan-segan langsung mengahancurkan segala perusahaan dan berbagai usahanya hingga lelaki itu depresi dan terlunta-lunta dibuang keluarganya.     

Maka dari itu mereka selalu menutup mulut, meski nyawa mereka menjadi taruhan. Setidaknya, jika mereka tidak ada. Keluarga yang mereka tinggalkan akan hidup terjamin di tangan Delon.     

"Kami selalu menutup mulut dan selalu akan begitu. Tuan, tapi ada salah satu masalah di sini ... ada seseorang yang telah memajang design Tuan Delon yang ternyata diunggah di sebuah media online sepertinya itu baru saja," ucap salah satu dari mereka yang membaut Regan langsung beraksi melihat apa yan dikatakan klien mereka benar atau tidak.     

"Bagaimana bisa? Siapa yang sudah menyadap sistem di sini ... padahal aku sudah memasng dengan begitu ketat. Kawal ketat CCTV terbuka dan tersembunyi. Ini bukan hal yang pertama setelah penyelipan dokumen dari Je—"     

"Kak ... sedang apa?"     

Delon menghentikan kalimatnya, tiba-tiba melihat Rachel dengan rambut terurainya berjalan ke arah Delon tanpa memperhatikan seluruh mata menatap peremuan itu tanpa berkedip. Wajah yang begitu cantik membuat Rachel begitu membuat jantung mereka berdetak dengan begitu cepat. Tak hanya mereka, Regan pun sampai hilang kendali saat menggegam ponselnya.     

Perempuan itu dengan gampangnya duduk di pangkuan Delon, melingkarkan tangan di leher tegas Delon dengan sesekali menggumam kecil yang begitu jelas di telinga Delon.     

"Tidur di kamar lagi, ya? Aku sedang meeting, Sayang," bisik lirih Delon seraya mengusap lembut punggung kecil itu.     

Rachel menggeleng kepala. "Usir mereka semua. Aku tidak menyukai mereka."     

"Ha? Bagaimana bisa?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.