HE ISN'T MYBROTHER

Jangan Pulang, Sampai Aku Mengizinkan (Delon)



Jangan Pulang, Sampai Aku Mengizinkan (Delon)

0"Aku mendengar suara mereka ... sangat jelek. Aku tidak suka, usir mereka, Kak!" Rachel masih menelusupkan wajah di leher tegas Delon.     

Delon menoleh ke arah wajah Rachel yang masih berada di sana. Ia tidak habis pikir dengan apa yang dikatakan Rachel. Bagaimana bisa istrinya hanya menilai mereka dengan mendengar suara saja. Apalagi sikap manja ini benar-benar mengejutkan Delon. Lalu ke mana kemarahan Rachel?     

"Sayang, aku belum bisa mengusir mereka ... kami sedang mengurus sebuah proyek. Kamu kembali ke kamar, ya?" tawar Delon kembali. Dan lagi-lagi juga ditolak oleh perempuan itu dengan menggeleng. Delon merasakan pelukan tangan istrinya juga malah semakin kuat. Sebenarnya apa yang membuat Rachel merubah sifat secepat ini?     

"Usir mereka. Aku tidak mau mendengar suara jelek mereka, aku tidak suka!" rengek Rachel yang tak ada lelahnya untuk bertekad mengusir mereka.     

Delon menghela napas panjang menanggapi permintaan Rachel, ia benar-benar tidak bisa melakukan hal itu kepada mereka. Bagaimana membuat perempuan yang berada dipangkuannya itu mengerti jika ini adalah proyek besar.     

Delon mengusap lembut kepala belakang Rachel dengan menyebar sorot mata tajam ke seluruh orang yang berada di ruangan, termasuk ke arah Regan yang tiba-tiba gugup dengan peluh dingin yang menetes karena tatapan menakutkan dari Delon.     

"An ... anu barang-barang ini jatuh sendiri, haduh kenapa bisa, sih?" kilah Regan yang menyalahkan barang-barang meeting mereka untuk memudarkan tatapan membunuh dari Delon. Begitu juga dengan beberapa klien besar yang berada di sana. Mereka juga ikut berpura-pura sibuk saat mendapati posisi mereka yang dalam bahaya.     

Regan mengambil barang-barang yang jatuh karena pesona Rachel tadi dengan tangan bergetar. Ingin sekali ia menggantikan posisi sang Boss yang memangku perempuan cantik itu. Tapi, jika itu terjadi pasti kepalanya tidak akan aman berada dalam posisi yang semula.     

"Sayang kamu tetap di sini dengan menutup telinga bagaimana?"     

Delon lebih baik menerima sifat manja dari Rachel yang sedikit menyusahkan seperti ini, daripada harus menerima pendiaman yang dilakukan perempuan itu tadi pagi. Seluruh dunia Delon menjadi hitam dan suram, jika melihat Rachel yang membencinya seperti tadi.     

Bukan menjawab tawaran Delon, tiba-tiba terdengar suara yang begitu familiar di telinga semua orang termasuk Delon.     

Hiks...!     

Hiks...!     

Hiks...!     

"Kenapa kamu malah menangis, Sayang? Apa ada yang sakit, hem? Cepat katakan!" tanya cemas Delon yang merasa tidak melakukan apapun kepada istrinya. Tapi, tiba-tiba suara isak tangis itu terdengar dengan begitu jelas di telinga Delon, membuat dirinnya khawatir.     

"Kamu jahat! Aku tidak suka kamu ... minggir, jangan peluk-peluk aku!" Rachel memukuli dada Delon dengan gerakan berulang kali, namun lelaki itu tidak berniat membalas atau menyangkal. Ia malah semakin bingung perubahan-perubahan seperti ini. Jika, Delon menanyakan hal ini kepada Rachel, sama saja ia menggali lubang kuburannya saja.     

Delon tadi hanya menyarankan untuk tetap di sini dengan menutup telinga agar tidak mendengar suara mereka kepada istrinya, lalu posisi jahat itu seperti apa? Bahkan, Delon telah memberikan sentuhan selembut sutra sedaritadi. Ia sangat takut, jika menyakiti Rachel yang dari dulu tidak menerima segala kesusahan sama sekali dalam hidup perempuan itu.     

Rachel melepaskan pelukan pada leher Delon, lalu mendirikan tubuh di samping kursi kebesaran Delon yang sudah berputar ke arah Rachel berdiri dengan wajah yang sudah basah. Perempuan itu menoleh ke arah Regan dan beberapa klien tersebut dengan mencebikkan bibir.     

"Selamat, kalian dipilih suamiku. Dasar jeleek!" Rachel semakin terisak dengan menghentakkan kaki lalu berlari keluar dengan cepat tidak peduli dengan wajah mereka yang bingung dan mulut yang ternganga. Situasi seperti apa ini? Ini bukanlah pertandingan, kenapa memberi mereka selamat?     

Namun, ada salah satu dari mereka yang terkejut dengan ungkapan Rachel.     

"Nona Rachel istri Tuan De ... Delon?" Tunjuk salah satu di antara mereka dengan terbata. Karena mereka hanya mengetahui hubungan keduanya adalah kakak adik. Dan sekarang apa yang mereka dengar barusan? Suami-istri?     

Regan yang melihat situasi sudah tidak kondusif, lalu menceritakan dengan singkat agar tidak ada yang mengira hubungan kedua majikannya menyimpang. Bisa bahaya, jika sampai keluar dan bisa mengahantam citra Rachel maupun keluarga Mauren.     

"Sayang!" teriak Delon yang langsung berlari ke arah pintu keluar di mana istrinya menghilang di balik pintu kantornya. Dengan langkah panjang Delon langsung melebarkan mata untuk melihat ke segala sisi lorong yang memang memiliki dua arah jalan yang panjang.     

"Baru saja lari, kenapa gue bisa ketinggalan jejak! Agghh... sial!"     

Delon kembali mengayun kaki panjang ke arah lorong yang menuju lift keluar. Ia tidak mau membuang waktu dan membiarkan Rachel keluar tanpa pengawasannya itu akan jauh lebih membahayakan. Anak buah Jeno ada di mana-mana. Bisa bahaya, jika istrinya tertangkap dan ia pastikan akan lebih sulit lagi untuk bertemu Rachel jika perempuan itu sudah tertangkap.     

"Hiks... jahat! Dia lebih memilih mereka yang jelek daripada aku. Memang apa kelebihan mereka dibandingkan aku?" Rachel masih menghentak-hentakkan kakinya menuju lift keluar. Ia berniat untuk pulang ke apartemen.     

Seluruh karyawan menatap tampilan Rachel yang lebih membuat mereka lupa akan pekerjaan yang mereka kerjakan saat ini. Perempuan cantik itu tidak sadar akan tampilan rambut yang lurus yang teracak terurai membuat tubuh langsing itu terlihat begitu mempesona.     

Tapi, saat suara lift sudah terdegar dan kaki Rachel ingin melangkah. Tiba-tiba tangannya tercekal oleh tangan seseorang dengan menarik tubuh itu dengan cepat.     

"Aaagghh!" Tubuh itu dengan cepet telah berada digendongan tubuh kekar seorang lelaki seperti sedang mengangkat kantong beras. Seketika sang pemilik tubuh tu meronta dari gendongan paksa tersebut.     

Rachel meronta-ronta dalam gendongan tersebut dengan terus memukuli punggung kekar itu tanpa ampun. Tapi, seberapapun usaha itu Rachel gunakan tetap saja langkah panjang tersebut kembali ke jalur semula. Namun, langkah itu tiba-tiba kembali berhenti, lalu memutar tubuh ke arah yang mengganjal dirinya sedari tadi.     

"Kalian ingin bekerja atau tidak? Jika masih bermalas-malasan. Kirim surat pengunduran kalian ke mejaku. Kutunggu sampe siang nanti." Suara dingin itu langsung membuat mereka kembali menurunkan tubuh mereka dengan cepat untuk bekerja.     

Delon menghela napas beratnya. Melirik ke arah tubuh ramping yang kini berada di gendongannya dengan masih meonta-ronta dengan berbagai gaya.     

"Aku tidak memintamu pulang. Jangan pulang dulu," kata Delon yang sudah sedikit kesal dengan sifat aneh Rachel.     

Apalagi saat meminta pengusiran para klien, yang tidak pernah Rachel lakukan. Biasanya perempuan ini akan lebih cuek dan tidak peduli dengan urusan pekerjaan Delon. Atau memilih untuk terduduk di kursi yang kosong untuk menunggu sampai selesai meeting.     

Tapi, kali ini malah membuat kepala Delon semakin pusing dan rasanya ingin meledak saat ini juga. Apa karena kebenaran Jenny berada di sini lagi membuat Rachel merubah sifatnya semakin terlihat seperti anak kecil?     

"Lepas ... lepas! Dasar lelaki brengsek, bajingaann!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.