HE ISN'T MYBROTHER

Jenny Kembali Lagi



Jenny Kembali Lagi

0"Jenny ... sejak kapan kau di sini?" Delon melebarkan mata saat melihat perempuan itu semakin mengikis jarak di antara mereka.     

"Sejak kapan?" Jenny mengulang kalimat Delon seraya membuka kaca mata hitamnya. "Sejak ... kamu menginginkan," katanya mendudukan tubuh di kursi di depan meja kerja Delon.     

Lelaki itu berdecih dengan apa yang didengarnya, "Sebaiknya kau tidak di sini. Silahkan pindah ke tempat meeting. Aku tidak sedang menerima tamu, apalagi tamu sepertimu."     

Jenny menyanggah dagu dengan satu tangan di atas meja kerja Delon, menatap lelaki itu dengan berbinar sesekali mengedipkan satu mata ke arahnya.     

"Aku merindukanmu, Kak. Kita belum menghabiskan waktu bersama ... aku sudah siapkan semuanya. Kamu mau pilih hotel yang seperti apa?"     

Delon semakin meremas kuat kepalan buku tangannya. Mendengar perkataan perempuan di depannya, tapi sebisa mungkin ia tidak akan membuat keributan karena Rachel akan sewaktu-waktu bisa bangun. Dan itu berbahaya untuk Delon, setelah semua terjadi, ia tidak akan mau bertengkar lagi dengan Rachel.     

"Regan ... arahkan, Nona Jenny ke ruang meeting. Kita akan lakukan meeting di sana," ucap Delon dengan mengambil berkas dokumen yang berada di depannya. Regan mengangguk hormat sebagai jawabannya.     

"Mari, Nona Jenny! Saya akan antarakan ke ruang meeting." Regan sudah berada di samping kursi Jenny dengan menunjuk ke arah pintu keluar.     

Jenny mengangkat sudut bibirnya, mendirikan tubuh kemudian mulai memutar gerakkannya. Ia mengayun langkah bukan ke arah jalan yang ditunjuk oleh Regan, tapi memutar arah menuju ke arah Delon yang sedang terfokus membaca dokumen yang akan menjadi bahan persentasinya nanti.     

Cup     

"Kamu lebih menggigit dari yang dulu," bisiknya genit dengan menggigit bibir bawah dengan gaya menggoda. Delon begitu terkejut mendapati Jenny sudah berada di samping tubuhnya, apalagi rahang tegas itu terasa basah karena bibir perempuan itu.     

Delon dengan cepat mendirikan tubuh, mengusap rahang tegasnya dengan kasar untuk melepas bekas dari bibir tersebut yang sangat menjijikkan bagi lekaki itu.     

"Apa yang kau lakukan, Jenny! Jaga sikapmu!" berang Delon menunjuk tegas ke arah perempuan yang berada di depannya dengan memakai pakaian serba ketat dengan bentuk tubuh yang terlihat menggoda. Tapi, untuk Delon tubuh itu malah terlihat menjijikkan.     

"Apa yang kulakukan? Itu hanya ciuman selamat datang, bukan? Apa kamu menginginkan lebih?" Jenny mulai mengayun langkah maju ke depan perlahan dengan senyum seringai yang tidak bisa lepas dari bibir perempuan itu, sehingga membuat Delon memundurkan tubuhnya.     

"REGAN!" panggil Delon dengan nada tingginya. Ia tidak mau Rachel sampai bangun hanya gara-gara perempuan ini. Siapa pun pengawal yang bertugas menjaga ruangannya, detik ini Delon akan memecat mereka karena ketidak becusan meloloskan Jenny ke ruangannya.     

Terlambat.     

"Kak ... kalian!" Suara tiba-tiba itu terasa tercekat saat melihat semuanya. Perempuan itu sudah berdiri di depan pintu kamar pribadi Delon, sejak Jenny mencium Delon dan beberapa hal yang membuat perempuan itu ingin segera menunjukkan keberadaan dirinya.     

Seluruh orang langsung mengarah pada suara pelan itu yang begitu menarik perhatian mereka, dan yang paling terkejut adalah Delon yang langsung berlari memutar menuju ke arah perempuan yang berdiri di depan pintu kamar kantornya.     

"Saya—"     

"Jangan bicara." Dengan cepat Rachel berubah lagi menjadi dingin dan langsung menghentikan penjelasan yang akan Delon katakan.     

Perempuan itu mengayun langkah ke arah Jenny yang sedang melihat buku kuku jemari dengan satu tangan terlipat di perut datarnya sesekali melirik tidak peduli pada kedatangan Rachel.     

"Hallo, Kak Jenny? Apa perjalananmu sangat menyenangkan?" Rachel kini sudah berada di depan tubuh itu dengan kedua tangan yang terlipat di dada. Rachel terlihat berbeda tidak seperti tadi kini perempuan itu terlihat begitu kuat dengan meninggalkan usianya. Tatapan itu tajam dan melumpuhkan, namun Jenny malah mengangkat sudut bibirnya melihat perempuan perebut segalanya kini telah berada di hadapannya.     

"Hallo, Keponakanku! Apa tidurmu nyenyak? Apa susumu habis sehingga kau menjadi bangun?" Rachel tersenyum mengejek dengan apa yang dilontarkan Jenny.     

"Iya, karena kau juga yang membuat tidurku menjadi terganggu. Suaramu juga sangat jelek, apa bisa kau pergi dari sini?"     

"Tentu, dengan senang hati bersama ... dengan Kak Delon." Jenny membalik tubuh ke arah Delon, tapi dengan cepat tangan itu dicekal sehingga membuat sang empu kembali membalikkan wajahnya.     

PLAK     

Satu tamparan keras menyapa pipi Jenny tanpa basa-basi lagi, hingga membuat wajah itu jatuh di seiring dengan arah tampan itu.     

"Itu untuk hadiah selamat datang ... setimpal dengan ciumanmu bukan?" Berang Rachel yang membuat Jeny menyentuh bekas tangan Rachel pada wajahnya seraya mendirikan tubuh dengan senyum yang tergambar dalam bibir perempuan itu.     

"Anak manis sepertimu juga bisa menampar?"     

"Tentu," jawab Rachel dengan tenang. Sedangkan Jenny sudah menarik senyumnya dengan tangan yang mengepal di bawah. Ia sudah mulai mengayun tangan ke udara untuk membalas tamparan yang begitu kebas di wajahnya. Tapi, tiba-tiba gerakkannya terhenti karena sebuah remasan kuat di pergalangan tangan itu.     

"Jangan pernah berani menyentuh milikku! Semut pun tak pernah kuizinkan menyentuhnya, apalagi kau!" ucap Delon dingin dengan nada menekan di setiap kalimat.     

Seketika Jenny merubah wajahnya saat melihat wajah Delon yang begitu dekat dengannya. Senyum terbit dengan begitu cerah. Lalu melepas cekalan tangan Delon dengan kasar.     

"Baiklah ... baiklah. Aku tidak ada menyentuh dia. Tapi, ini bukan gratis, ya? Aku hanya menunda saja. Karena aku tidak mau melihatmu berubah menjadi galak untuk pertemuan awal lagi, Honey!" Jenny menyentuh dada Delon tapi dengan cepat lelaki itu menyingkirkan tangan itu dengan tegas.     

"Mari, Nona. Kau sepertinya salah ruangan," sahut Regan yang mencoba membuat sang pembuat hara-huru itu segera keluar dari masalah rumah tangga majikannya.     

"Sabar," jawab Jenny dengan dingin ke arah Regan. Tapi, sedetik kemudian wajahnya kembali ceria saat melihat Rachel yang masih menatapnya lekat tanpa mengalihkan. Jenny mengulurkan tangan ke arah wajah cantik Rachel, mengusap lembut di sana. Lalu mencodongkan tubuh ke arah tubuh Rachel.     

"Jangan pikir, apa yang kau punya sekarang tidak bisa kurebut. Beruntung perusahaan papamu tidak kubuat hancur! Jangan sampai, kau kehilangan lagi ... Kak Delon. Dia bisa saja hilang sewaktu-waktu sesuai dengan keinginanku. Jadi, lepaskan dia ... sebelum itu terjadi," bisik Jenny yang juga melirik tajam ke arah Delon.     

Sebelum Jenny benar-benar kembali menegakkan tubuh, Rachel dengan cepat menarik tubuh itu, menempatkan bibirnya tepat di depan telinga Jenny dengan remasan tangan pada kedua bahu perempuan itu.     

"Lakukan apapun yang kau inginkan, Perempuan ular. Bukankah kita sudah dari dulu tidak pernah meminta izin? Tapi, saat siapa pun menyentuh milikku. Kupastikan dia tak akan hidup dengan nyaman. Dan satu hal lagi ..."     

"Dia suamiku akan selamanya begitu. Kau hanya perempuan gilaa!"     

Jenny menggeram kuat dengan apa yang dia dengar dari Rachel.     

"Kita lihat saja, Racheel!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.