HE ISN'T MYBROTHER

Keadaan Aneh Rachel



Keadaan Aneh Rachel

0"Sayang, kenapa harus marah padaku? Bukan aku yang menciumnya ... aku juga sudah membersihkan wajahku dengan mencuci hingga lima kali. Apa kurang banyak?"     

Rachel mencebikkan bibirnya mendengarkan perkataan Delon. Bagaimana bisa lelaki itu bertanya seperti tidak mempunyai perasaan. Hati istri mana yang tega dan rela melihat suaminya dicium di depan bola mata perempuan itu sendiri. Bahkan ia melihat Delon baru menghindar beberapa detik. Apa itu namanya tidak sedang menikmati?     

"Rachel, lihatlah suamimu masih terlihat tampan. Aku tidak kekurangan apapun saat dicium Jenny," kata Delon lagi membuat perempuan itu menoleh dan menatap tajam ke arah lelaki itu.     

"Kenapa kamu mengulang lagi nama dan apa yang dia lakukan tadi? Apa kamu sengaja membuatku kesal atau kamu memang sedang menikmati dengan mengulang momen tadi, begitu?"     

Todongan Rachel membuat lelaki itu menelan saliva sulit. Ia sangat serba salah, mood istrinya selalu berubah-ubah saat bangun tidur. Tadi, begitu sangat manja padanya. Kini berubah garang layaknya singa betina di musim kawin.     

"Tenang dulu, Sayang. Aku tidak memilih keduanya. Apa kamu sedang sakit atau bagaimana? Kita panggil dokter ya?"     

Rachel mengernyitkan garis-garis dahinya mendengar pertanyaan Delon. Beruntung saat ini mereka hanya berdua di dalam ruang kantor Delon. Karena Regan telah memindahkan semua klien yang bersangkutan pada proyek terbesar di Indonesia itu ke dalam ruang meeting, termasuk Jenny.     

Perempuan itu berpikir ulang tentang pertanyaan Delon. Ia memang merasa agak pusing tadi malam, tapi ia pikir memang biasa. Tapi, semakin ia sampai di kantor Delon, Rachel semakin merasa mual dan pusing.     

Dan perempuan itu memilih untuk menidurkan tubuhnya di sofa Regan. Tapi, saat dirinya mulai membuka kelopak mata yang terasa begitu semakin memberat, Rachel mencium aroma yang begitu menyengat di hidungnya.     

Bahkan perempuan itu sudah memuntahkan apapun yang ada di dalam perutnya karena mencium bau tersebut. Apalagi tiba-tiba, tubuh Rachel mulai berjalan sendiri ke arah luar kamar. Dan bertindak yang tidak sesuai dengan hatinya, padahal ia masih begitu kesal dengan Delon.     

"Tidak perlu. Aku tidak butuh dokter. Aku sehat-sehat aja," tolak Rachel yang membuat Delon menghela napas panjang.     

"Jangan begitu. Lihat wajahmu begitu pucat, pasti masuk angin gara-gara di hotel kemarin. Kamu tidur lewat jammu ... tapi, ngomong-ngomong, Sayang ...." Lelaki itu menghentikan perkataannya saat mengingat kejadian yang begitu langka dialami Rachel selama hidup perempuan itu.     

"Apa?" tanya Rachel dengan nada ketus dan masih saja melipat kedua tangan di depan dada.     

Delon mulai mengayun langkah ke arah perempuan itu, tapi Rachel memilih mundur. Ia masih tidak mau dekat-dekat dengan Delon karena tubuh itu semakin membuat Rachel mual. Apalagi aroma Jenny masih terpempel pada tubuh kekar suaminya.     

"Jangan menjauh, dong, Sayang," protes Delon yang semakin tidak mengerti dengan sifat Rachel hari ini.     

Perempuan itu menggeleng tegas. "Katakan dari sana. Aku masih bisa mendengarnya, tubuhmu masih sangat membuatku pusing apalagi ditambah parfum perempuan ular itu juga di sana. Nanti malam kamu tidur aja sama kak Regan. Aku nggak mau tidur denganmu."     

"Tapi,—"     

"Tidak ada tapi-tapian. Lihat tubuhmu, sekalipun mandi, tapi parfum perempuan ular itu masih menempel. Coba cari cara buat ngilanginnya ... baru kamu bisa tidur denganku," sahut Rachel cepat.     

Delon terlihat sedang menggaruk kepalanya yang tak gatal memikirkan apa yang diperintahkan Rachel padanya. Bagaimana ia bisa menghilangkan bau Jenny yang berada di tubuhnya, sedangkan ia tidak mencium bau apapun pada tubuh kekar itu karena Delon juga sudah mandi. Tentu bau itu akan juga hilang, bukan? Tapi, kenapa Rachel masih bersikekeh, jika dirinya masih bau.     

"Hem.. hem. Nanti aku cari cara, Sayang. Mana bisa tidur aku kalau tidak kamu peluk," gerutunya.     

"Kamu pagi ini tidur terus, sudah berapa kali kamu teertidur dan bangun dengan jiwa yang lain. Tadi, minta dimanja, sekarang galak lagi. Kamu jangan tidur lagi, Sayang ... nanti berubah lagi," tambah Delon dengan menggapai jemari lentik Rachel.     

Lelaki itu hanya diperbolehkan Rachel menyentuh jemarinya, dan tidak yang lain. Bisa-bisa Rachel jatuh pingsan, jika Delon memeluk atau sekedar mendekatinya lebih dekat lagi.     

Rachel terkejut dengan apa yang baru ia dengar dari Delon. Ia bahkan tidak sadar melakukan itu. Masak iya, Rachel tidur hingga beberapa kali? Padahal Rachel yakin, tadi malam ia tidur cukup. Meski harus memberikan pelayanan khusus bagi suami tercintanya. Tapi, ia benar-benar yakin, jika dirinya tidak kekurangan tidur. Lalu kenapa ia bisa tidur berkali-kali? Pantas saja tubuhnya terasa pegal.     

"Nggak mungkin, Kak. Aku nggak mungkin tidur berkali-kali. Aku tidak suka tidur seperti itu," timpal Rachel dengan menolak apa yang diceritakan Delon.     

"Aku sudah bisa menduga kamu tidak akan percaya. Kamu bisa tanyakan Regan ... dia tahu kamu tidur di sana, terus aku pindah kesini. Lebih enak peluk aku kan?" tanya Delon yang diakhir dengan nada menggodanya sehingga membuat perempuan itu sedikit mengulas senyum gengsinya melihat lelaki di depannya begitu berbeda sekali dengan ia lihat di depan banyak orang.     

"Nggak, kata siapa? Pede banget," sahut Rachel dengan wajah yang sudah berubah merah merona. Dan pemandangan itu tidak di sia-siakan oleh mata Delon.     

Hati lelaki itu tiba-tiba meleleh bagaikan ess di kutub utara yang meleleh saat melihat senyum cantik malu-malu Rachel. Rasanya ia menjadi lelaki paling beruntung bisa mendapatkan istri sesempurna perempuan itu.     

"Kenapa kamu cantik sekali, Sayang? Apa kamu sengaja membuat hatiku kayak gini ... aneh, berdebar kencang sekali."     

Delon kini merubah ekspresinya seperti anak kucing yang begitu menggemaskan. Bahkan sampai perasaan berdebarnya, lelaki itu begitu polos menceritakan kepada Rachel. Bagaimana perempuan itu tidak tertawa terbahak. Tapi, Rachel beruntung juga mendapatkan Delon yang begitu murni belum pernah disentuh perempuan lain.     

"Aku memang cantik, Kak. Aku kan sudah mengatakan ... kalau kamu pilih perempuan ular itu, kamu pasti akan rugi meninggalkanku. Banyak lelaki di sana yang menunggu, kalau kamu masih menyimpan rahasia yang aku tidak tahu ..."     

"Aku sudah menyiapkan koper untuk pergi darimu. Bukankah, kita berjanji tidak akan ada kebohongan apapun—walau itu kecil."     

Delon berkaca-kaca mendengarkan apa yang dikatakan Rachel begitu menusuk hatinya. Lalu, bagaimana dengan kebohongan dirinya yang begitu jauh dari kekurangan apapun? Apa perempuan itu juga akan pergi darinya? Lelaki itu reflek langsung bergerak untuk memeluk tubuh perempuan di depannya dengan begitu erat. Ia takut, jika Rachel benar-benar akan meninggalkannya.     

"Kamu benar, aku tidak akan menyembunyikan apapun," kata Delon yang masih memeluk tubuh itu dengan penuh kasih sayang. Ia rindu memeluk tubuh Rachel, padahal mereka baru melakukan adegan ini tadi pagi sebelum Jenny menjadi pengacau.     

Kecuali itu. Maafkan aku, Sayang.     

Tiba-tiba tubuh Delon terdorong ke depan, suara yang terdengar dari mulut Rachel begitu nyaring di telinganya.     

Huek ...!     

Huek ...!     

Hueek ...!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.