HE ISN'T MYBROTHER

Kefrustasian Delon



Kefrustasian Delon

0"Mama nggak apa-apa meninggalkan papa di rumah? Lalu sekretaris barunya bagaimana?" tanya Rachel dengan lemah.     

Martha mengulas senyum cantiknya membalas pertanyaan sang putri. Kondisi saat ini sudah aman, Lina sudah diusir oleh Jeno dan tak ada lagi yang perlu dicemaskan.     

"Mama sungguh tidak tahu jika itu kamu, Sayang. Mama pikir itu memang perempuan muda yang sedang mencari perhatian kepada papamu. Karena Mama sudah banyak menemukan perempuan muda yang mencoba mencari perhatian papamu ... temasuk Lina,"     

"Sekarang dia sudah tidak lagi di rumah untuk membantu papamu. Tinggal kontrak satu bulan atau satu tahun lagi, Mama lupa ... intinya dia akan segera keluar dari perusahaan kita. Mama nggak akan mungkin kalah sama calon bibit pelakor seperti itu," sambungnya dan seketika membuat bibir pucat pasi Rachel mengulas senyum simpulnya melihat ketenangan dan kepercayaan Mamanya kembali.     

"Kamu jangan marah kepada suamimu. Kita tahu bagaimana Delon selalu bisa menjaga dirinya sejak dulu. Mama tidak penah tahu Delon membawa wanita untuk dibawa ke rumah ... apalagi terdengar Delon yang memiliki wanita sebelum menikkah denganmu. Kamu harus percaya dengan Delon, jika mendengar darimu, Jenny sudah kembali lagi," ucap Mama Martha yang hanya ditatap sendu oleh Rachel.     

Rachel sebenarnya tidak benar-benar mengusir Delon. Ia juga tidak percaya dengan apa yang ia dengarm, ia tahu bagaimana Delon yang begitu setia dengannya. Jika, memang itu terjadi, pasti di sana ada unsur Regan yang mencoba membuat suaminya bisa masuk ke dalam club tersebut.     

Setelah apa yang ia dengar tentang kebohongan yang terjadi saat menyembunyikan keberadaan Jenny, ia semakin yakin bagaimana Delon mencoba melindunginya dari berbagai ancaman yang akan membahayakan dirinnya. Karena Rachel dan Delon tahu, Jenny tidak akan semudah itu kembali dalam jati dirinya seperti manusia biasanya.     

"Rachel tidak benar-benar mempercayai apa yang kak Regan dan kak Delon katakan, Ma. Rachel tahu bagaimana kak Delon. Rachel pikir kalau ancaman pengusiran itu harus Rachel katakan untuk membuat kedua lelaki itu paham dengan ancaman Rachel yang seharusnya membuat mereka tidak lagi berbohong," balas Rachel dengan lirih.     

Mama Martha mengangguk dengan apa yang dikatakan oleh putrinya. Ia pikir Rachel memang mengusir Delon untuk tidak tinggal di sini dan benar-benar harus berpisah ranjang jauh sekali. Setidaknya kalau di sini, Delon masih bisa memantau keadaan Rachel bagaimana dan keadaan calon bayi mereka.     

Wanita paruh baya itu mengulurkan tangan ke atas nakas seraya mengambil gelas langsing berisikan air putih untuk diberikan kepada Rachel.     

"Minum dulu, Sayang. Kamu belum menormalkan emosimu tadi," kata Mama Martha yang disambut anggukan menurut Rachel.     

Perempuan yang kini bersandar pada punggung ranjang menerima minuman yang dibawakan sang Mama. Lalu tanpa sengaja bola mata Rachel dipertemukan oleh jemari tua yang kini sedang bergerak di atas layar membalas pesan dari seorang nama yang begitu Rachel kenal.     

"Mama ..." panggil Rachel lirih, setelah tangannya berhasil meletakkan kembali gelas langsing itu di atas nakas dengan hati-hati karena mengingat kesehatan Rachel belum benar-benar pulih.     

"Ehmm... iya, Sayang, kenapa? Kamu mau makan lagi? Buah atau apa?" tanya Mama Martha dengan jemari dan fokus berada pada layar ponsel wanita paruh baya tersebut.     

Rachel masih sengaja menamati apa yang sedang diketik dalam pesan tersebut. Berbagai kalimat tergambar jelas di pikiran Rachel. Ia mampu memahami setiap kalimat yang menyangkut tentang saudaranya itu. Kenapa Mamanya juga ikut dalam menjaga dia? Kenapa paman Rachel begitu percaya dengan Mamanya ... apa dia tidak takut, jika rencananya akan bocor kepada papa. Jika, melihat Mama Martha yang tidak akan bisa berbohong untuk yang satu ini kepada papanya.     

"Tidak. Aku tidak ingin memakan apapun, hanya itu ... kenapa om Tio menghubungi Mama. Apa om Tio tidak takut Mama membocorkan rencannya kepada papa. Mama kan tahu, Mama tidak akan pernah bisa berbohong tentang om Tio kepada papa ..."     

"Jika papa tahu itu akan menambah kemarahan papa, Ma. Sudah jangan ikut campur dengan urusan keluarga mereka," sambung Rachel kembali mencoba membujuk wanita paruh baya itu untuk tidak berususan dengan Tio dan Jenny. Kedua orang itu sangat susah ditebak, apalagi jika mengingat tante Sesil yang kini masih berada di tempat tidur karena penyakit yang diderita karena Jenny.     

"Tenang kali ini Mama akan berusah untuk tidak mengatakan apapun yang diinginkan papamu. Kamu tahu sekarang om Tio sudah sakit-sakitan, dan tidak mungkin terus memantau Jenny. Jadi, dia meminta bantuan kepada Mama untuk menjaga perusahaan dan Jenny ..."     

"Karena kita tahu bagaiman Jenny selama ini, dan membuat tantemu jatuh cantik. Apalagi ditambah dengan papamu yang masih saja belum memaafkan om Tio. Dan malah menambah penjagaan ketat di rumah. Mama pikir ini terlalu berlebihan hanya sekedar untuk melarang om Dinu dan om Tio," tambah wanita paruh baya yang sekarng sudah mematikan layar ponselnya dan memasukkan kembali ke dalam tas kecilnya.     

Tapi, sebelum Rachel hendak membalas kembali perkataan Mamanya. Tiba-tiba pintu terbuka dengan begitu lebar membuat kedua wanita berbeda generasi itu saling melempar pandangan ke arah pintu dan sosok yang berdiri di antara bibir pintu dengan menunduk lemah.     

Ceklek     

Pintu terbuka dan membuat Rachel menautkan kedua alisnya menamati apa yang kedatangan lelaki bercelemek bunga-bunga itu.     

"Sayaang! Aku tidak mau diusir!" katanya dengan lantang. Kini wajah tampan itu sudah terangkat dengan jelas menampilkan ketakutan yang membuat kedua alis Rachel begitu jelas tertaut menimbulkan gelombang-gelombang di sana.     

"Iya, aku tidak mau jauh denganmu. Aku benar-benar tidak mau! Apalagi kamu menginginkan aku untuk menggantikanmu dengan wanita lain. Itu sungguh mustahil terjadi!"     

Rachel mengulum tawa dalam hati mendengar apa yang dikatakan Delon. Ia padahal hanya bercanda dalam mengatakan itu. Rupanya Delon benar-benar telah mengambil pelajaran dari apa yang ia ancam. Inilah yang Rachel mau, setelah ia mengandung, ia tidak mau mendengar hal seperti itu terdengar dari orang lain. Itu akan menyakitkan untuk dirinya, meski ia tahu Delon tidak akan menghianati cinta dan pernikahan mereka.     

Rachel tahu Delon hanya mencintai hingga mampu membuat lelaki itu menggila bertahun-tahun mempertahan perasaan berharap suatu hari nanti mereka bisa bersama seperti ini dalam ikatan yang begitu sakral dan suci.     

"Mam, dia siapa?" tanya Rachel dengan menunjuk ke arah Delon yang terbalik dengan Rachel, sekarang ia yang menautkan kedua alisnya untuk mendengar pertanyaan sang istri.     

Mama Martha paham situasi ini. Dia juga butuh penyegaran setelah perbincangan tegang yang ia lakukan dengan Tio. Mengerjai menantu sedikit tidak masalah bukan?     

"Entah Mama juga tidak tahu. Itu tadi yang sedang membuat rujak yang diusir istrinya. Sepertinya memang sekarang sedikit gila," sahut Mama Martha yang melirik sinis ke arah mantunya.     

Sedangkan Delon semakin hancur dibuatnya, melihat ekspresi yang ditunjukkan oleh kedua wanita yang kini sedang berhadapan dengannya saat ini. Delon mengusap wajah tampan itu dengan kasar lalu tubuh kekar itu terjatuh, dengan lutut sebagai penompang di atas lantai.     

"Kenapa kalian sejahat itu?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.