HE ISN'T MYBROTHER

Rachel Datang Karena Cemburu



Rachel Datang Karena Cemburu

0"Hari ini aku akan bertemu dengan papa, sebaiknya kamu amankan beberapa wilayah untuk mencegah anak buah Antoni menemukanku bertemu dengan papa."     

"Bertemu dengan om Jeno? Apa Boss yakin? Kita tahu sendiri bagaimana om Jeno menolak kehadiran kita ... lalu juga tentang Rachel," balas Regan dengan bersungut. Ia tidak mau sampai sahabatnya lagi-lagi menerima penghinaan dari Jeno. Padahal semua telah dilakukan Delon perusahaan Mauren yang terjebak dalam pusaran keluarga Tio dulu.     

Bagaikan air susu dibalas air tuba, Jeno tiba-tiba melupakan itu dan mengingat tentang cinta yang tidak seharusnya terjadi di antara anak angkat dan putri kandungnya. Begitulah manusia, selalu melupakan kebaikan seseorang dan mengingat keburukan yang baru tercipta. Bukan hal yang baru lagi.     

"Ini sudah satu bulan kehamilan Rachel. Tentu aku harus mengatakan berita ini kepada papa, bagaimanapun aku harus menghormatinya sebagai orang tua dan mertua, kedua peran itu telah papa Jeno berikan untukku, meski sampai saat ini belum ada kata yang membuat Rachel dapat melengkapi kebahagiannya." Delon menyentuh jendela kaca besar yang kini berhadapan dengan tubuhnya.     

Delon dan Rachel memilih untuk berada di Indonesia hingga kelahiran anak mereka. Dan menolak segala bantuan yang diberikan Dinu. Bukan tanpa sebab, Ryan datang satu bulan yang lalu mengancam akan lebih menyakiti Dinu, jika Delon berani menerima apa yang seharusnya lelaki itu terima.     

Bukan hal sulit untuk Delon menolak harta dan keinginan sang ayah yang ingin menempatkan dirinya sebagai pemimpin di perusahaan itu sebagai penerus Dinu. Tapi, ini belum saatnya, Delon bukan menolak, tapi sedang mempersiapkan untuk lebih membuat Ryan tahu, jika miliknya tidak akan pernah menjadi milik dia.     

"Lalu, apa jadwaku hari ini?" tanya Delon kembali yang tidak mendengar suara setelah keheningan yang terjadi di ruangannya.     

"Bertemu Jessy, membahas proyek. Sudah satu bulan ini Anda tidak bertatap langsung dalam sebuah meeting dalam proyek yang dipimpin oleh Jessy, sekarang Anda harus memberikan pengarahan, Boss," jelas Regan yang langsung diangguki Delon dengan posisi yang sama.     

Tapi, sebelum bertemu dengan perempuan ular itu, Delon juga tidak mau bodoh dan bertindak tanpa sepengetahuan istrinya yang sekarang lebih sensitif dari biasanya. Jika, ada kebohongan sedikit saja, pasti akhir-akhirnya perempuan itu menangis dan mengusir Delon untuk tidur di kamar lain. Dan Delon tidak mau hal itu terjadi. Menjalani ngidam seminggu saja sudah membuat Delon tak bisa bergerak di tempat tidur, beruntung sekarang ia bisa menjalani hidup tanpa ngidam dari sang istri.     

Delon menggerakkan jarinya di dalam layar ponsel untuk bisa membuat istrinya tidak mengamuk nantinya jika ia pulang dan memeluk tubuh yang sekarang mulai semakin menggemaskan dari Rachel.     

'Sayang, aku harus bertemu dengan Jessy karena sudah waktunya aku memimpin. Aku akan segera pulang dan memelukmu. Jangan berpikiran yang tidak-tidak, aku akan menjaga diriku dari Jessy. Aku mencintamu istriku.'     

Pesan itu terkirim dengan cepat. Bahakan terlihat sudah mendapatkan respon tanda dari ponsel yang jauh di sana. Semoga saja Rachel dapat memahami keadaannya dan tidak berpikiran yang akan mengganggu kehamilan perempuan itu.     

"Ayo, sekarang! Kita bertemu di mana?" tanya Delon kembali yang sudah mengayun langkah mendahului Regan yang kini sudah berada di sampingnya mensejajarkan langkah.     

"Di sebuah restoran jepang. Mereka sudah menunggu Anda di sana. Boss tenang saja, di sana bukan hanya ada Jessy saja. Beberapa klien juga ada, maka dari itu saya lebih tenang menemani Boss bertemu dengan perempuan itu," kata Regan yang sudah ikut memasukkan diri dalam lift.     

"Letakkan beberapa kamera, selalu pantau apa yang terjadi. Dan nanti, jangan lupa kirim laporan tentang perusahaan utama di Amerika. Aku ingin tahu perkembangannya sepesat apa. Kirimkan secara detail juga," sambung lelaki berwajah tegas itu yang berkali-kali melihat jarum jam di tangannya.     

"Baik, Boss. Saya akan mengamankan beberapa wilayah disini sesuai dengan permintaan Boss. Dan juga melihat jadwal om Jeno untuk bertemu dengan Anda." Regan menundukkan tubuh ke arah Delon untuk memberi hormat, saat mereka sudah sampai di lobby kantor. Regan memilih mengendari mobilnya diikuti beberapa anak buah Delon yang sudah bersiap di belakang mobil hitam Regan.     

Delon hanya mengangguk samar melihat tubuh di depannya sudah mulai tegak dan berbalik mengayun langkah tegas ke arah sebuah mobil yang sudah menunggu lelaki berkaca mata itu.     

"Hari ini panas sekali," gumam Delon saat sinar matahari siang hari itu menerpa wajahnya seakan matahari memang sengaja menyoroti keberdaannya saat ini.     

Tidak berapa lama ada seorang lelaki paruh baya yang datang dengan seragam hitam berwajah begitu ramah. Lelaki paruh baya itu menghadang langkah Delon yang mulai mengayun ke arah mobil yang sudah terpakir di pinggir jalan.     

"Tuan Delon," panggilnya. Dan membuat tubuh itu terhenti, seraya menurunkan kaca mata hitamnya. Menoleh ke arah senyum tua yang tergores dalam bibir tersebut.     

"Ada apa, Pak Yono? Kenapa kau sendiri? Di mana istriku?"     

Lelak itu memutar kepala melempar pandangan ke sekitar. Biasanya jika ada Pak Yono, maka di sana juga pasti ada Rachel. Karena Delon memang mempertegas kehadiran Yono harus bisa bersama dengan istrinya ke mana pun perempuan itu pergi. Jika, mengingat kehamilan Rachel yang begitu harus dijaga oleh Delon.     

"Kaaakkk!" teriak seseorang dari arah samping, hingga membuat Delon terkejut karena pelukan yang tiba-tiba ia terima dari sang pemilik suara.     

"Apa kamu merindukanku hari ini? Apa kamu tidak mau menyapa anakmu terlebih dulu? Apa kamu—"     

"Berhenti, Sayang. Kamu masih saja berlari seperti itu ... lain kali jangan pernah melakukan hal berbahaya lagi. Aku ingin melihat dia terlahir di dunia, kalau kamu masih saja berlari aku akan menguncimu dua hari bersamaku," ancam Delon yang membuat Rachel mengangguk di dalam pelukan itu.     

Delon semakin senang saat Rachel hamil seperti ini. Perempuan itu sangat mudah diatur dan juga selalu menuruti apa yang dikatakan Delon.     

"Pak Yona, apa istriku sudah meminum susu hamilnya?" Delon memutar pandangan ke arah lelaki paruh baya yang sedang berdiri hormat ke arah kedua majikannya.     

Pak Yona mengangguk mengiyakan sebagai jawabannya, dan berkata, "Nyonya sudah menyelesaikan misi dari Tuan Delon. Tapi, Nyonya belum benar-benar menyelesaikan makannya. Entah kenapa, Nyonya langsung menyiapkan makan siang untuk Tuan dan meminta untuk cepat bertemu dengan Tuan Delon ke kantor."     

"Pak Yono! Jangan katakaan!" seru Rachel dengan mencebikkan bibirnya mendengar segala penjelasan sang supir yang akan membuat Rachel dikurung dan kehabisan tenaga melayani sang suami yang tidak mempunyai rasa lelah itu. Dan Rachel tidak mau itu terjadi lagi.     

Delon yang mendengar penjelasan lelaki paruh baya itu langsung mengalihkan pandang menurun ke arah wajah Rachel yang sudah berubah kesal dengan bibir yang sudah mengerucut tajam.     

"Katakan, apa itu karena pesanku?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.