HE ISN'T MYBROTHER

Bertemu Dengan Sellyn Lagi?



Bertemu Dengan Sellyn Lagi?

0"Makanya nurut. Kalau nggak mau dipeluk Pak Yono. Kalau masih nggak nurut aku suruh satpam buat nenangin kamu, Sayang."     

"Maksudnya yang bapak-bapak gendut itu?" jawab Rachel yang langsung memeluk erat dada telanjang Delon. Ia tidak mau sampai dipeluk Pak Yono yang mampunyai janggut dan kumis hitam putih itu.     

Delon menggangguk seraya mengusap lembut pipi putih sanga istri yang selalu manja dan penuh kejutan di setiap harinya. Apa ini pertanda anaknya nanti perempuan? Semoga saja. Delon sangat menginginkan putrinya nanti secantik Rachel.     

"Nggak mau ... nggak mau. Kenapa kamu menyerahkanku pada bapak gendut itu yang suka dikasih bibi uang beli rokok. Aku nggak mau, Kak," rengek protes Rachel yang semakin mengkuatkan dekapan tangannya di pinggang kekar Delon.     

Delon terkekeh merasakan dekapan tangan Rachel pada tubuhnya, jika memilih antara Rachel yang merajuk atau manja. Ia pasti akan memilih perempuan ini dengan sifat manjanya. Jika, sudah merajuk, Rachel akan lebih lama mendiami dirinya hingga Delon ha,pir frustasi kehilangan segalanya.     

"Iya ... Tuan Delon, ada apa?" Pak Yono menyauti namanya yang tadi disebut oleh kedua majikannya itu. Karena penghalang antara bangku depan dan belakang diturunkan, sehingga lelaki paruh baya itu tidak terlalu bisa mendengar dengan jelas apa yang sedang dibicarakan di belakang dirinya.     

Rachel yang medengar suara Pak Yono langsung kembali menenggelamkan kepala di dada bidang Delon dengan menggeleng-geleng takut. Rachel berpikir, jika Delon akan benar-benar memberinya kepada Pak Yono seperti dulu, Delon hampir saja menyuruh pengawal Rachel untuk membawa dirinya pergi dari apartemen karena ulahnya yang tidak bisa tolerir oleh suaminya. Rachel tidak mau kejadian itu terjadi lagi. Ia hanya ingin dipeluk dan sentuh suaminya, bukan lelaki tua seperti itu.     

Delon menahan tawa melihat mata Rachel yang terpejam dengan terpaksa. Bagaimana ia tidak gemas setiap hari, jika Rachel sepolos ini. Delon juga tidak akan bodoh menyerahkan istrinya kepada lelaki lain. Apalagi kepada Pak Yono yang statusnya duda cerai. Berani macam-macam dengan istrinya, ataupun menyentuh sehelai rambut pun, ia pastikan hidup lelaki paruh baya itu tidak akan setenang ini.     

"Tadinya, sih hanya mau menggok ke super market. Tapi, sepertinya istriku sedang kelelahan karena aksi super womannya. Kita pulang saja," perintah Delon yang langsung dijawab hormat oleh Pak Yono.     

"Super market sudah lewat tadi, Tuan. Baiklah, kalau mau pulang saja."     

Sedangkan di sisi lain Regan benar-benar dikejutkan dengan kemunculan seseorang yang membuat harinya pasti kacau balau tak karuan. Setelah sudah sekian lama tidak bertemu dan ia kira cabe muda itu telah busuk di makan cacing tanah. Tapi, akhirnya Regan begitu terkejut saat ia ingin keluar dari persembunyiannya di belakang mobil setelah berhasil mengerjai anak buah Anton. Tiba-tiba, suara famaliar itu membuat tubuh kekarnya terjatuh di tanah.     

"Abaaanggg!"     

"Aaaggghhh! Siapaa, sih? Gilaa telinga gue!" teriak Regan seraya mengusap-usap telinganya yang langsung sakit dan berdengung karena suara cempreng itu sampai ke gendang telinganya dan mungkin saja hampir merobek gendang telinga lelaki berkaca mata itu.     

"Eh? Kenapa jadi jatuh?" tanyanya yang sudah brejongkok di depan Regan yang masih melakukan aktivitasnya tadi dengan mata memejam merasakan sakit di pantat Regan juga.     

"Abang lagi apa disini? Kenapa malah kaget sih ... kayak ketemu hantu aja, gue kan nggak hantu," tambahnya lagi dengan melipat kedua tangan di atas lutut putihnya.     

Regan perlahan membuka matanya melihat sosok perempuan yang sudah duduk di depan dirinya. Kedua mata lelaki berkaca mata itu langsung terbuka lebar dan memundurkan tubuh hingga tersentak hingga terkena tubuh mobil hingga terdengar meringis.     

"Lo ... lo kenapa ada lagi?" tanya Regan dengan terbata melihat senyum perempuan di depannya.     

Perempuan itu mengernyitkan keningnya mendengar apa yang dikatakan Regan. Baru saja bertemu kenapa malah menanyakan hal seperti itu? Dasar lelaki!     

"Sellyn ... panggil Sellyn, Abang!"     

"Udah satu bulan nggak ketemu kenapa malah tanya kayak beneran ketemu hantu, gue masih hidup, Abaang. Nih, kaki gue masih nginjek tanah!" gerutu Sellyn dengan mempraktikan menginjak-injakkan kaki di tanah dekat kakinya berada.     

Baru sebulan ditanyaain kenapa bisa nongol lagi? Pertenyaan apa itu? Kalau udah berabad-abad baru tanya, kok hidup lagi?     

"Iya-iya, bawel banget! Lo cepetan pergi lagi, hidup gue aman ngga ada lo!" usir Regan dengan mendirikan tubuh menjauhi Sellyn. Tapi, bukan Sellyn jika permepuanitu langsung akan menyerah setelah berkali-kali diusir. Jika, bukan urusan keluarganya yang begitu rumit itu, ia tidak akan menghilang selama sebulan ini.     

Dan memang selama sebulan ini yang ada dipikiran Sellyn hanya ada Regan. Melihat sifatnya yang seperti ini membuat perempuan itu semakin gemas dan ingin selalu dekat denga lelaki berkaca mata itu.     

"Abang, kenapa masih cuek aja sih? Bukannya gue udah cantik pakai banget sebulan ini nggak ketemu? Abang kangen aku 'kan? Bilang aja, iya, nggak apa-apa kok!"     

Regan masih saja berjalan acuh tak acuh melihat meninggalkan Sellyn yang masih saja berjalan mengikuti dirinya dari belakang. Tapi, Regan salut dengan kemapuan cabe muda itu yang bisa mengimbangi langkah panjangnya. Jika, melihat kaki Sellyn yang begitu pendek.     

"Abang, gue tadi beli minum kelebihan satu ... Abang mau minum nggak sama aku. Kita duduk di sana aja, di bawah pohon, lebih adem," ujar Sellyn kembali. Seraya menunjuk ke arah pohon besar di sana, seberang jalan.     

Regan akhirnya menghentikan langkah cepatnya dan tiba-tiba kepala Sellyn juga langsung menghantam punggung kekar itu hingga mulut perempuan berponi itu meringis kesakitan.     

"Haduhh! Abang kenapa berhenti nggak kabar-kabar sih? Kan jadi sakit gini," gerutu Sellyn dengan mengusap keningnnya hingga poni rata itu berantakan tak beraturan.     

Regan membalikka tubuh dengan menatap tajam ke arah perempuan muda di depannya yang masih saja tidak punya rasa lelah mengerjarnya hingga ke ujung dunia. Tapi, saat mulut Regan ingin memarahi Sellyn. Tiba-tiba kedua tumpukkan bibir itu bergetar, ingin menertawakan poni Sellyn yang seperti seseorang terkena sengatan listrik.     

"Kenapa, ha? Mau ngusir gue lagi? Gue nggak akan mau! Abang mau marah-marah, iya? Bodo amaatt!" Sellyn berkacak pinggang menantang ke arah Regan dengan wajah yang ia setting dengan galak sepenuhnya. Tapi, wajah perempuan itu semakin galak malah semakin lucu. Hingga membuat Regan hampir tertawa karena benar-benar tidak sesuai dengan sifat yang seperti biasanya.     

"Gue nggak akan pulang. Mau nginep di rumah sama Abang."     

Perkataan Sellyn sontak membuat lelaki berkaca mata itu terkejut bukan main. Bagaimana bisa perempuan itu mau tidur dengannya. Kalua Regan khilaf, siapa yang mau nanggung? Dasar cabe muda ngga tahu situasi dan kondisi Regan yang sudah berpuasa hingga satu bulan ini karena terlalu sibuk mengurus proyek besar Delon. Tidak bisa, perempuan itu tidak bisa ikut dengan Regan! Titik.     

"Jangan ikut gue. Nanti kalau istri gue marah, gimana?"     

"Satu bulan ini gue ngurus pernikahan, baru kemarin gue nikah ..."     

"Jadi, tetap masih mau ikut?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.