HE ISN'T MYBROTHER

Kita Berakhir Disini Saja (Sellyn)



Kita Berakhir Disini Saja (Sellyn)

0"Kenapa? Gue cuma ke kamar mandi, ternya gue gerah lagi, Bang. Kalau lo mau tidur disini, yaudah."     

Sellyn tetap mengayun langkah setelah menghempas kasar tangan Regan. Tapi, lagi-lagi tubuh ramping itu berhenti kembali. Tubuh Sellyn benar-benar tanpaku di tempat dengan kedua bola mata yang melebar seketika.     

Tubuh Sellyn tiba-tiba terasa sangat berat. Ada beban yang membuat tubuh kecil merasakan tubuhnya hanya sebagai penompang.     

Apalagi saat ini perempuan itu juga merasakan ada dagu yang berada di bahu kecilnya. Kedua tangan besar mengunci tangannya untuk memeluk tubuh Sellyn sendiri berlapis dengan tangang besar tersebut.     

"Lo jangan sedih. Lo nggak sendiri, gue ada disini. Jangan usir, gue. Gue mau disini bersama Lo." Suara itu tepat berada di telinga Sellyn. Dan pelukan itu semakin erat ia rasakan.     

Sellyn mencoba menormalkan emosi yang berkecamuk dalam hatinya saat tadi melihat isi pesan yang dikirimkan oleh ibunya sebelum ponsel itu rusak.     

Ingin rasanya Sellyn membagi rasa sedih ini kepada seseorang, terutama pada lelaki itu, lelaki yang memeluknya sekarang. Tapi, Sellyn sangat takut dan malu mengatakan perjodohan ini.     

Karena percuma dirinya mengatakan kepada Regan yang nantinya hanya akan menertawakan dirinya dan mengejek.     

"Kita ke rumah pak Delon gimana, Bang? Gue kangen sama Rachel. Rachel kan lagi hamil, gue mau elus-elus perutnya yang bentar lagi akan buncit. Hahaha." Sellyn tertawa dengan nada yang dibuat-buat. Perempuan itu memang sengaja mengalihkan perhatian dari Regan. Biasanya memang berhasil.     

Tapi, sepertinya memang berhasil kali ini. Sellyn merasa pelukan itu sudah mulai mengendur, dan perlahan terlepas.     

Memang berhasil.     

"Gue bersih-bersih dulu. Abang tunggu di tempat tidur atau di sofa juga boleh. Aku mau mandi buat siap-siap ke apartemen pak Delon," kata Sellyn lagi yang memunggungi lelaki jangkung itu.     

"Siapa yang bilang mau ke sana?"     

Sellyn menautkan kedua alisnya. Bukankah lelaki itu memang setuju? Buktinya Regan melepaskan pelukan pada tubuh Seellyn. Meskipun, tidak mengatakan lewat lisan. Tapi, kan bahasa tubuh Regan yang mengatakan hal tersebut.     

"Kan Abang, tad—" Sellyn memutar tubuh ke arah Regan, namun kedua manik mata perempuan itu membeku, melihat dada bidang kekar dengan otot-otot yang membentuk daerah itu. Perut kekar itu pun bisa Sellyn rasakan dengan melihat saja, pasti sangat keras.     

"Ke ... napa, A ... bang, buka baju?" Sellyn menunjuk ke arah tubub Regan yang sudah tidak memakai apapun di bagian dada bidang kekar. Lalu, berjalan maju dengan mata yang masih lekat memandang bola mata indah di depannya.     

Sontak apa yang dilakukan Regan begitu membuat Sellyn juga mengayun langkah ke belakang, hingga sampai di dinding dingin yang mampu menembus ke dalam punggung perempuan itu, meski ia hanya memakai kimono tidur.     

"Gue tadi memang nggak berniat disini. Tapi, sikap Lo yang berubah, membuat gue nggak bisa jauh dari lo, Sellyn. Berhenti membuat alasan untuk menghindar dari gue karena itu nggak akan mungkin," ucap Regan yang kini menempatkan bibir tepat di depan bibir Selly, meski bibir itu belum saling menyentuh.     

Sellyn benar-benar tertegun dengan apa yang sekarang berada di hadapannya. Lelaki yang ia cinta ada di depan mata. Mengatakan dengan jelas namanya tanpa embel-embel ejekan itu. Apakah ini mimpi? Kenapa kesedihan dari pesan mamanya, sudah tidak lagi terasa?     

"Jangan mengatakan pergi ke mana pun. Gue mau Lo disini. Kita disini ..."     

"Lo sangat cantik ternyata," tambah Regan langsung memburu bibir Sellyn dengan cepat. Ia sudah tidak bisa menahan saat bibirnya pertamakali menyentuh bibir ini tadi. Sangat lembut dan memabukkan.     

"Eummbh... Aa ... bang," lirih Sellyn saat kedua tangannya sudah melingkar indah di leher Regan dengan bibir yang ikut membalas berbagai lumayan yang dilakukan lelaki yang ada di depannya itu.     

Regan mengangkat tubuh Sellyn tanpa melepaskan tautan bibir mereka. Suara decapan memenuhi ruangan hingga mereka sampai di atas tempat tidur dengan perlahan meletakkan perempuan itu di atas tempat tidur. Lalu, perlahan kecepatan bibir mereka melemah, Regan mengakhir dengan mengecup lama bibir merah lembut itu.     

"Jangan sedih, Lo nggak pernah cocok kalau sedih. Lo cantik seperti biasa bawel dan suka mengganggu gue ..."     

"Mungkin Delon sedang marah-marah sama gue sekarang. Tapi, gue rela, buat nemenin Lo disini, jangan sedih lagi." Lanjut Regan dengan merapikan poni Sellyn yang berantakan karena ulah dirinya yang gemas dengan bibir perempuan ini.     

Sellyn mengangguk dengan senyum cantik yang sudah terbit begitu cerah memabalas tatapan Regan.     

"Gue udah nggak sedih, Bang. Makasih, Abang udah boleh pergi, Gue takut istri Abang nyariin. Maaf udah bawa Abang kesini dengan cara paksa ..."     

"Gue udah nggak akan gangguin, Abang lagi. Selamat atas pernikahannya, ya?" Sellyn mengangkat tangan kanannya yang tadi terperangkap dalam tubuhnya dan Regan. Sekarang tangan itu sudah berada di depan mata Regan.     

"Ayo, berjabat tangan! Kita berteman atau saling melupakan. Tidak masalah keduanya, Bang. Sellyn suka semua. Yang penting Abang bahagia sama istri Abang," tambah Sellyn yang masih mengulas senyum cantiknya dengan menggoyang-goyangkan tangannya di hadapan Regan.     

Lelaki di depan Sellyn tidak menunjukkan ekspresi apapun. Entah kenapa apa yang baru dikatakan perempuan itu begitu menyakitkan hati Regan.     

Memang ia mengatakan itu untuk membuat Sellyn menjauhinya, tapi kenapa kali ini begitu terasa sangat sakit?     

"Ayo, Abang! Kenapa diem aja, sih?"     

Regan menggeleng dengan berkata, "Tidak keduanya. Gue nggak suka."     

'Lo buat gue gilaa, Cabe muda. Lo membuat satu malam ini jadi berubah,' batin Regan.     

Regan meraih tangan kanan Sellyn, lalu memaksa untuk turun kembali. Sekarang kening mereka bertaut dengan napas halus yang dapat Regan rasakan dari perempuan centil itu.     

"Lo mau jadi istri gue?"     

Sellyn mengerjap mendengarkan pertanyaan itu begitu terdengar lirih dan tidak begitu jelas di telinga Sellyn. Istri? Mau jadi istri? Lah, bukannya Abang udah punya istri? Mau poligami maksudnya? Cih, enak saja!     

"Abang, jangan macem-macem! Hidup gue masih panjang. Gue nggak mau jadi istri muda, enak ajaa!"     

Regan terkekeh mendengar apa yang dikatakan Sellyn. Ia ingin sekali memberitahu apa yang terjadi sebenarnya, tapi sepertinya memang lebih baik seperti ini. Lucu juga mengerjai Sellyn.     

"Lo seksi ... Lo memang harus jadi istri muda gue," bisik Regan dengan menghembuskan napas panasnya dengan tangan kanan yang sudah mengelus kulit halus paha Sellyn.     

Glek     

Sellyn menelan Saliva sangat susah saat merasakan jemari Regan benar-benar ia rasakan hampir menyentuh pangkal pahanya.     

"Ab ... Abang, jangan! Gue niatnya emang mau goda Abang malam ini, tapi gue nggak mau jadi pelakor buat istri Lo. Gue nggak mau nyentuh tubuh Lo. Tubuh lo cuma buat istri lo."     

"Kita berakhir disini saja."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.