HE ISN'T MYBROTHER

Godaan Cabe Muda



Godaan Cabe Muda

0"Kamu tidak apa-apa, Sayang?"     

Rachel mengangguk di dalam pelukan Delon. Apa yang harus disediakan dari semua. Ia sudah tahu apa yang akan ia terima dari papa Jeno setelah kedatangannya dan Delon. Rachel juga tahu akhir dari kisah ini adalah seperti ini. Lalu, apa yang membuat ia harus menitihkan air mata ini terus?     

"Setidaknya papa akan berhenti untuk mengejar kita setelah melihatmu hamil. Kita akan ke sana lagi, jika waktunya tiba, mungkin sekarang emosinya sedang tidak stabil dengan mengatakan hal yang tidak papa sadari," ucap Delon seraya menyeka lembut pipi basah istrinya yang masih saja mengeluarkan air matanya, meski suara terisak itu hilang.     

"Tuan Delon, kita pulang?" tanya Pak Yono yang tidak tahu arah mobil itu mau dibawa ke mana tanpa perintah sang Tuan.     

"Iya, kita pulang. Jangan lupa pesankan makanan kesukaan istrimu, semuanya. Sepertinya mood istriku harus diperbaiki," perjntah Delon yang langsung diangguki sang supir yang sudah sebulan lebih menjaga Rachel.     

Rachel yang mendengar perkataan sang suami juga bergerak sesuai nalurinya. Sedangkan Delon berpura-pura memeriksa email kerja denga satu tangan yang masih mengelus-ngelus punggu halus perempuan itu.     

"Kak, aku benar boleh makan semua itu? Junkfood? Benar? " berondong Rachel dengan mengusap sisa wajahnya yang masih basah.     

Delon meletakkan kembali ponselnya. Menoleh ke arah istri cantiknya, kecupan lembut diberikan lelaki itu pada kening kecil Rachel.     

"Sekali ini saja. Aku sudah berkonsultasi kepada doktermu tadi. Tapi, jangan makan terlalu berlebihan, secukupnya saja," ujar Delon yang langsung dibalas Rachel dengan anggukan cepat.     

Rachel dengan cepat mendirikan tubuh membingkai wajah tampan Delon, mencium setiap inci wajah itu.     

Cupcupcupcup     

"Terima kasih, Suamiku Sayang. Kalau tahu seperti ini, aku bersedia pulang pergi ke rumah papa, meskipun harus diusir, akhirnya."     

Delon tertawa terbahak mendengar apa yang dikatakan Rachel. Ia pikir perempuan yang kini masih membingkai wajahnya itu akan lebih terluka dari awal pengusiran dulu. Tapi, ternyata Rachel lebih kuat dari yang Delon bayangkan.     

"Jangan. Kasihan kamu kalau harus pulang pergi, nanti aku kesepian tidak ada yang memeluk, karena pasti papa tidak akan membiarkanmu pergi lagi." Delon kembali memeluk tubuh ramping Rachel dengan gemas. Ia tidak akan pernah rela istrinya kembali ditarik di rumah itu dengan cara papa Jeno yang masih membenci dirinya.     

Tapi, saat Delon memeluk tubub Rachel. Ia tidak sengaja menyentuh pergelangan tangan yang sudah terluka sejak awal ditarik paksa oleh Jeno.     

"Suamiku memang tidak akan pernah bisa jauh darik—"     

"Aawwkkh! Sakit, Kak," lirih Rachel yang langsung membuat Delon membulatkan mata. Dengan cepat ia memeriksa di mana istrinya mengeluh kesakitan.     

"Ada apa, Sayang? Apa aku menyakitimu? Di mana yang sakit, katakanlah," ucap panik Delon yang masih saja memeriksa setiap inci tubuh istrinya.     

Namun, saat Delon masih sibuk mengecek di mana yang dikeluhkan Rachel. Tiba-tiba, perempuan itu mengangkat tangan kanannya lalu memperlihatkan pergelangan tangan yang sudah memerah dengan luka lebam di sana akibat cengkraman kuat papa Jeno.     

"Ini ... sejak kapan, Rachel? Kenapa kamu tidak mengatakannya padaku?"     

Delon memegang lembut tangan istrinya yang terluka. "Pak Yono berikan kotak obat padaku!" perintah Delon yang membuat lelaki paruh baya itu langsung dengan cepat membuka tempat kotak obat itu berada.     

Pak Yono sudah mengambil kotak obat tersebut. Lalu memberikannya kepada Delon.     

"Ini sejak ... pertemuan dengan papa di restauran, Kak. Dan tadi juga, aku lupa kalau pergelangan tanganku terluka," ucap Rachel dengan hati-hati. Ia tahu jika Delon saat ini sedang marah bercampur cemas pada keadaannya saat ini. Karena selama ini, Delon memang tidak pernah berani melukai atau memberi luka padanya.     

Delon masih diam dan dengan tangan yang cekatan membersihkan luka Rachel hingga menutupnya dengan perban hingga tertutup dengan begitu rapi di sana. Setelah, berakhir, lelaki mengangkat perban dari pergelangan tangan istrinya, menderatkan bibir di atas sana.     

"Cepat sembuh. Jangan pernah lukai istriku lagi," ucap Delon pada perban yang membalut luka Rachel.     

Rachel yang melihat betapa manis perlakuan lelaki di depannya, ia pun langsung menghambur memeluk tubuh kekar itu.     

"Bagaimana aku bisa meninggalkan lelaki sebaik kamu, Kak."     

***     

"Cabe Muda, kamu nggak pulang beneran? Aku harus kerja, jangan peluk aku terus. Kamu nggak tahu perjuangan sijuju bagaimana. Dia sudah memberontak sejak kemarin malam, tapi kamu malah seenaknya pakai bikini ..."     

"Di mana hati nuranimu, ha?" sambung Regan berbicara pada tubuh perempuan muda yang masih memeluk tubuh kekarnya dengan erat sedaritadi malam.     

Regan benar-benar tersiksa. Ia tidak bisa menyentuh tubuh seksi itu yang membuat juniornya memberontak karena sudah beberpa hari ia berpuasa karena pekerjaan yang begitu padat dan permintaan Rachel untuk mencari mangga muda hingga ia lupa mandi. Dan itu benar terjadi, hanya karena rengekan istri dari Bossnya tersebut.     

Sellyn belum juga mau bangun hingga pagi ini, Regan memijat keningnya untuk mengurangi rasa ketat di bawah tubuhnya itu merasa sentuhan dua bukit besar yang dimiliki Sellyn. Rasanya seperti melihat sebuah pohon buah di pertengahan Padang pasir, namun buah itu beracun.     

"Kenapa ya Tuhan, sijuju nggak bisa bernapas di sana. Aku harus apa?"     

Sellyn terkekeh mendengar semua perkataan Regan. Ia sebenarnya tak benar-benar tertidutmr tadi, perempuan itu memang sengaja mengerjai Regan dengan mempererat tubuhnya pada dada telanjang lelaki itu.     

Ini adalah balas dendam Sellyn yang sudah kedua kalinya dikerjai oleh Regan dengan mengaku sudah menikah, dan lebih parahnya dia percaya. Bahkan kenyataan itu sangat sulit perempuan itu terima.     

"Kamu jangan pura-pura tidur, ya? Aku mendengar suara kamu ketawa," ucap Regan yang masih membuat tubuh ramping itu memeluknya dengan erat.     

"Sellyn! Bangun!"     

Perintah Regan yang terakhir membuat wajah cantik itu akhirnya muncul dengan mengulas senyum cantik ke arah bola mata hitam yang kini tidak teraling-aling oleh kaca mata.     

"Kenapa harus bentak-bentak seperti itu ... bukankah kita sudah melewati malam yang menggairahkan?" ucap Sellyn yang membuat bola mata lelaki itu melebar Sempurna.     

"Malam seperti apa yang kamu sebut sebagai malam yang menggairahkan? Malam dengan dengkuranmu, begitu?"     

Sellyn yang semula ingin menggoda Regan menjadi gagal karena jawaban dari mulut lelaki itu yang benar.     

"Lalu, kamu mau yang seperti apa? Seperti ini ...."     

Sellyn meletakkan tangan besar Regan pada aset kanannya yang sudah sengaja membusung.     

Regan yang menerima sentuhan paksa itu hanya bisa meneguk Saliva dengan kasar. Kedua bola matanya tak bisa mengerjap seakan ini adalah kali pertama lelaki itu menyentuh aset Sellyn.     

"Ini yang kamu bilang tipis dan tidak berbentuk kemarin siang. Kamu ingat?" Sellyn menarik wajah Regan yang seperti orang linglung dihadapkan dengan bongkah besar yang belum mampu tangan itu gerakkan. Tapi, dengan jahilnya Sellyn menuntun tangan besar itu bergerak. Sehingga, membuat napas Regan dengan kasar terdengar tertarik.     

"Aa ... apa yang kamu lakukan?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.