HE ISN'T MYBROTHER

21+ Regan Sellyn Bijak Membaca



21+ Regan Sellyn Bijak Membaca

0"Kenapa masih tanya? Jelas aku sedang memberikan pagi yang bergairah untuk, Abang. Lalu apa mau lagi?"     

Regan menggeleng-gelengkan kepala. Ia tidak tahu akan merespon seperti apa. Sellyn benar-benar telah membuat otaknya mati.     

Sekarang hanya tinggal organ-organ tubuh terpentinglah yang bereaksi dengan cepat, seakan meminta tangan itu untuk bergerak sesuai denga gerakan oleh tangan Sellyn pada punggung tangan Regan.     

"Cabe muda, jangan seperti ini. Kamu akan bobol jika perlawananku runtuh, aku lebih baik melampiaskan rasa panasku kepada wanita bayaran, daripada kepadamu, tolong lepaskan. Bukankah kita akan ke rumahmu?" bujuk Regan yang berharap Sellyn paham tentang keadaan yang tidak kondusif ini.     

"Kenapa harus dia yang bisa mendapatkan kegagahan Abang. Kenapa nggak Sellyn aja? Aku tidak mau berhenti, aku menikmatinya, meskipun Abang tidak mau." Sellyn semakin membuat Regan panas dingin tak karuan. Benar-bemar ujian ynag teramat besar untuk lelaki berkaca mata itu lewati.     

Di sisi lain ia ingin sekali melakukan remasan pada bukit besar itu. Tapi, di sisi lain akal sehat untuk melindungi di perempuan muda itu juga tak kalah kuat.     

Kepala Regan berdenyut pusing menahan betapa tersiksanya Junior lelaki itu di bawah sana. Dan saat kedua bola mata Regan memejam untuk menetralkan akal sehatnya. Tiba-tiba tangan Rachel Sudah meremas junior Regan hingga membuat sang pemilik memekik dengan membuka kelopak mata mata cepat.     

'Ahh... Shitt!'     

"Sellyn, hentikan. Kamu tahu sedang melakukan apa, ha?" tanya Regan yang menatap lekat pada bola mata Sellyn yang berbinar.     

"Abang, ada aku. Kenapa harus bersama dengan wanita bayaran itu? Bukankah, kamu akan melamar pada orang tuaku? Lalu, ke—"     

"Damn! Kamu benar. Aku sudah tidak bisa menahannya, kamu sudah memnacingku di pagi hari ini. Aku sampai melupakan pekerjaanku hanya karena cabe kecil sepertimu, Sellyn ..."     

"Setelah ini kita ke rumah orang tuamu. Aku akan melamar dirimu, tapi kamu harus selesaikan apa yang telah kamu buat, bagaimana?" sambung Regan yang tidak lagi menunggu jawaban dari perempuan yang ada di depannya.     

"Eummbh.... Ab ...ang," lirih Sellyn saat desahannya lolos dari mulut kecilnya saat bibir tebal Regan memburunya dengan begitu kuat dan cepat. Apalagi saat tangan besar Regan sudah sangat gemas untuk meremas apa yang sedaritadi ia tahan untuk tidak meruntuhkan pertahanan tidak menyentuh Sellyn hingga restu itu ia dapat.     

Namun, nyatanya cabe muda milik Regan memang selalu bisa membuat kepalanya pusing dengan berbagai pola tingkahnya. Kini, bikini yang begitu tipis itu telah disobek Regan dan melemparnya dengan sembarang. Bibir lelaki itu sudah merambat turun hingga ke leher jenjang memberikan tanda cinta di sana dengan tanpa ampun.     

Regan mengarahkan pandangan ke arah kepala Sellyn mendongak dengan kedua tangan yang menjabak rambut Regan karena kedua serangan yang dilakukan lelaki itu.     

"Bagaimana, apa kamu yakin?" pertanyaan itu membuat Selly kembali menormalkan tubuhnya yang tadi melengkung karena serangan Regan. Lelaki itu seakan sedang memberinya waktu untuk bernapas.     

"Abang, kalau tanya tangannya dilepas dari dada Sellyn!" ucap Sellyn dengan mengerucutkan bibir merasakan inti dari bukit besar itu semakin mengeras.     

"Baweel, tadi kamu yang suruh megang. Sekarang ngga boleh, sebanarnya, boleh apa ngga?"     

Sellyn menepis tangan Regan denga kasar, lalu mendirikan tubuh, bergerak ke arah bibir lelaki itu dan berkata, "Itu, tadi, Abang. Sekarang aku mau mandi."     

Sellyn melengkungkan senyum melihat ekspresi tidak terima dari lelaki bertubuh kekar itu. Tapi, saat Sellyn ingin mengarahkan kakinya menuju lantai, tiba-tiba pinggang rampingnya sudah dipeluk dengan begitu erat. Seakan ada dirinya memang tidak boleh ke mana-mana.     

"Tidak, tidak. Kamu harus menjadi milikku pagi ini, aku sudah merelakan pekerjaanku, kini kamu harus bertanggungjawab," bisik Regan yang sudah menggigit telinga Sellyn dengan kedua tangan yang sudah berfungsi dengan masing-masing.     

"Kemarin Abang nolak Sellyn, kenapa sekarang Sellyn nggak bisa nolak Abang, Hem?"     

"Itu kemarin. Sekarang aku akan melamarmu, tapi sebelum itu jangan lari dariku sampai aku menatihmu hingga menuju ke rumah orang tuamu dengan mengakui perbuatanku. Pasti mereka akan memberikan restu ... apalagi hartaku juga banyak, siapa yang berani menolak menanti selayak aku?"     

Sellyn terkekeh mendengar apa yang dikatakan dan dengan segala sentuhan yang Regan berikan pada tubuh Selllyn. Apalagi, sekarang jemari Regan sudah mulai mengusap ke arah bawah tubuh Sellyn dan membuat gelenyar hebat menyetrum di seluruh tubuh perempuan itu.     

"Agghh... hentikan, Abang," desahan itu kembali lolos.     

"Hem, tidak bisa. Aku tidak akan meminta izinmu lagi. Kamu pasti akan lebih kabur seperti tadi." Regan kembali menidurkan perempuan itu dengan perlahan, bibir mereka juga sudah bertautan dengan suara yang juga memenuhi ruangan ini.     

'Sellyn kamu benar-benar membuatku gilaa!'     

Sedangkan di sisi lain Jeno sedang mondar mandir memikirkan jalan apa yang harus dia lakukan lagi untuk membuat janin itu tiada. Ia benar-benar tidak menginginkan adanya darah daging Delon berada pada tubuh putrinya. Apalagi sampai lahir ke dunia ini.     

"Pada, apa yang kamu pikirkan? Kamu sudah menyakiti putrimu dengan munyumpahinya, apa itu juga kurang untukmu? Kau ini papa macam apa yang berani menyuruh putrinya untuk menggugurkan kandungannya?!" pekik Martha yang berdiri di depan tubuh tegap suaminya.     

Jeno menoleh ke arah istrinya yang sedaritadi hanya mengomeli dirinya selalu setelah kepergian Rachel dan Delon.     

Padahal dirinya melakukan itu semua hanya demi kebaikan dan semuanya. Ia ingin Rachel bisa mendapatkan apa yang diinginkan, memakai pakaian yang serba bermerek seperti dulu. Tapi, dengan Delon? Baju yang dipakai Rachel dan Delon sangat kotor. Bahkan, tidak layak dipakai oleh putrinya. Untuk memenuhi keinginan Rachel saja Delon harus meminta di rumah ini.     

Apa ini yang disebut bisa membahagiakan? Apa hidup dengan cinta saja bisa membuat putrinya hidup dengan layak? Apalagi jika ditambah anak itu terlahir. Itu akan menambah sengsara saja.     

"Kenapa kamu terus menyalahkanku? Aku melakukan itu semua karena kebahagiaan putri kita, Ma. Kenapa kamu terus memarahiku? Aku sudah pusing karena kehamilan bodoh itu!" balas Jeno dengan mengehela napas panjangnya.     

Jeno masih memijat keningnya ketika pikirannya sedang kalut seperti ini.     

"Kamu tanya kenapa? Coba kamu pikir, Paa! Kami dulu tidak pernah sejahat ini. Bahkan untuk menyakiti bintang pun kamu sangat takut ..."     

"Kenapa sekarang malah ingin membunuh cucuku! Jika kamu tidak ingin mengakui dia cucukmu, maka biar aku, aku yang menjadi nenek tunggalnya!" Martha menangis menderu dengan menuntujuk tegas ke arah tubuhnya sendiri.     

Martha tidak mau sampai cucu pertamanya menjadi korban dari kebencian sang suami yang terlampiaskan kepada janin yang tidak berdosa itu. Bentuk belum berwujud, tapi kakeknya sendiri menolak kehadirannya.     

"Aku memang membenci janin itu!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.