HE ISN'T MYBROTHER

Kehebohan Rere dan Monica



Kehebohan Rere dan Monica

0"Gilaaa, ini kerjaan siapa? Bener-bener, sialan!" umpat Sellyn saat kedua matanya disajikan sesuatu yang di luar pikirannya.     

Monica tak kalah terkejutnya dengan apa yang dilihat Sellyn. Mereka bertiga dibuat ternganga dengan tumpukan bangkai hewan dengan berbagai sampah yang berselerakan di atas lantai. Kenapa kelas semegah dan sebagus ini ada pemandangan yang tak menyedapkan seperti ini?     

"Gue ngg ... ga tahu. Bener, sumpah! Kemarin ngga kayak gini, ini ... benar-benar ada orang yang lagi nyari masalah dengan kita," sengut Monica dengan masih menyebar pandangan ke arah tumpukan sampah tersebut.     

Monica sudah tidak lagi menahan amarahnya melihat ini semua. Hari ini adalah hari di mana Rachel kembali lagi berkuliah dan tentumya hari kebahagiaan juga untuknya. Tapi, pemandangan itu membuat mood buruk seorang Monica membuncah seketika.     

Perempuan berkuncir kuda itu membalik tubuh. Ia sudah mulai bersabar dengan berbagai serangan musuhnya. Kini ia tidak bisa menahan. Meskipun, ia bisa menahan Rachel, tapi nyatanya ia tidak bisa membuat sahabatnya sedih dengan kedangan kembali ke kampus.     

"Monnn, Lo mau ke manaaa!" teriak Sellyn saat dirinya melihat punggung Monica dengan cepat menghilang.     

Rachel pun, sama. Ia melihat dengan mata pandangan cemas dengan apa yang akan dilakukan Monica. Hidungnya juga terasa sakit dan pedih menahan rasa busuk yang menusuk yang berasal dari berbagai sampah yang tak jauh dari kakinya berpijak.     

"Ayo, deh, susulin Monica. Gue tahu dia mau ke mana," kata Rachel yang langsung menarik tangan Sellyn dengan tergesa.     

"Ke mana, si Mon? Lo sok tahu, deh, Chel. Kayak peramaal!"     

Kaki Rachel mengayun dengan begitu cepat. Sering dengan ganggaman tangannya pada tangan Sellyn yang pasrah saja ditarik sana—sini untuk menuruti sang ibu hamil muda itu.     

Belum sempat Rachel dan Sellyn sampai di tempat yang ada di pikiran Rachel. Kini kumpulan para mahasiswa di sana membuat langkah kedua perempuan itu terhenti denga. Mendadak.     

Ini pemandangan apa lagi?     

"Sell, kenapa kampus ini jadi kayak begini, kenapa mereka jadi rusuh begitu?" tanya Rachel dengan nada datar kedua manik coklat itu terpaku pada sorak-sorak saling memanas-manasi satu sama lain pada dua orang yang kini menjadi fokus permainan mereka.     

"Apa Lo terima dilabarak kayak gitu, ha? Kalau gue, sih, nggak ya!"     

"Katanya muka Lo operasikan, loh! Gilaa banget! Jotoss ajaa!"     

"Apa bener Lo yang masukin sampah itu? Lo kenapa jahat banget, sih! Ngga nyangka kita sama sikap Lo yang kayak gini!"     

Suara-suara itu terdengar jelas di telinga Rachel dan Sellyn, meski jarak mereka tidak terlalu dekat. Namun, aura keramaian itu begitu terasa.     

"Chel, jangan takut. Lo harus kuat, Lo ngga boleh ke sana. Gue takut mereka ngga sengaja nyentuh perut Lo. Dan itu ngga baik. Lo disini aja," ucap Sellyn yang sudah berubah menjadi pelindung bagi Rachel. Ia tidak mau merek menyakiti Rachel yang sudah lama menginginkan kehamilan itu.     

Rachel hanya terdiam menoleh ke arah Sellyn yang menepuk bahunya dengan gerakan pelan. "Lo tunggu disini. Jangan ke mana-mana."     

Sellyn dengan cepat berlari, rambut terurai itu bergoyang seiring dengan langkah kaki itu bergerak.     

Tidak membutuhkan waktu lama, Sellyn membulatkan mata lebih dalam, melihat Monica yang menjambak rambut Rere dengan gerakkan satu tangan. Sedangkan Rere sudah mencengkram kuat dagu Monica. Dan mereka semua, hanya menjadi penoton dengan menyorak-nyorakan kedua perempuan itu yang nampak sangat asik dalam bersiteru.     

"Lo memang murahaan, Re! Lo ganggu Racheel, lagi. Padahal gue udah peringati Lo, jangan ganggu apapun yang bersangkutan dengan Rachel. Tapi, Lo sepertinya, pengen mati lebih cepat, ha?" Tarikan rambut itu semakin tajam berada di tangan Monica. Ia menulikan suara kesakitan Rere.     

Sedangkan untuk cengkraman tangan pada dagu Monica hanya sebagai cubitan untuk Monica. Sama sekali tidak berarti untuknya.     

"Dasaar, Lo! Lo yang murahan. Lo dan temen-temen Lo yang ga tahu malu. Bukannya pergi malah balik lagi. Dasar sampah, juga bakal balik lagi jadi sampaah!" balas Rere yang semakin merasa kesakitan dengan apa yang dilakukan perempuan di depannya.     

Monica menggeram kuat. Jika bukan karena ponselnya terjatuh di dalam air karena Rere. Pasti ia bisa dengan mudah membuat perempuan itu keluar dari kampus dan tidak lagi membuat Rachel kesulitan hingga seperti ini.     

"Monnn! Udah, Monn!" teriak Sellyn disela-sela sorak-sorak para mahasiswa lainnya.     

Tapi, tiba-tiba ada seseorang yang menyahut teriakan Sellyn dengan wajah masam, karena telah mengganggu kesenangan mereka selama ini.     

"Heh, Lo! Ngapain Lo misahin mereka, lebih bagus kalau mereka sampai di droup out sama rektor. Lebih seru lagi beritanya. Dasar, mengganggu aja!"     

Sellyn hanya menatap menyala pada sosok perempuan yang menggunakan almameter hitam khas ciri kampusnya itu. Ia memilih tidak menjawab perkataan mahasiswi tersebut. Sellyn dengan cepat menerobos bundaran mereka yang mengelilingi Monica dan Rere.     

"Monnn. UDAH!" Sellyn menarik lengan tangan Monica yang juga mencengkram dagu Rere dengan kuat. Apalagi, Sellyn tahu, kekuatan yang terkuat di antara mereka adalah Monica. Siapa pun yang mendapatkan cengkraman Monica pasti akan merasakan panas dan tulang patah.     

Monica berhasil memisahkan diri dari Rere, tapi yang lebih parahnya. Sebelum perempuan itu berhasil berada di samping Sellyn, Monica masih sempat menendang perut Rere dengan begitu keras hingga perempuan itu tersungkur di tanah.     

Sellyn semakin membulatkan mata melihat apa yang dilakukan Monica. Ini benar-benar pemandangan yang mengejutkan dari sisi Monica. Hari pertama dirinya dan Rachel gagal. Karena ulah ketidaksukaan Rere pada Rachel.     

"Mampus, Lo! Guee peringatin sama Lo, jalang! Jangan berani nyentuh Rachel, atau gue akan lebih parah lagi ngancurin hidup Lo yang ngga seberapa itu!" pekik Monica dengan menunjuk tegas ke arah Rere yang sedang dibantu bangun oleh teman segengnya.     

"Lo yang jalaaang! Percuma Lo kuliah, otak Lo ngga adaa!" terik Rere saat melihat punggung Monica sudah menjauh darinya.     

"Siaaala. Gue kalah lagi!" umpatnya dengan memukul tanah di samping tubuh tersungkur itu.     

Sedangkan para mahasiswa yang tadi melingkari Monica dan Rere langsung bubur mendapati tontonan sudah tidak lagi menarik di mata mereka.     

"Ah, Lo, cemeen, Re!" Satu cuitan terdengar jelas di telinga Rere. Dan sontak membuat perempuan itu menoleh ke arah selingaran suara yang membuat dirinya semakin kesal akan kekalahan ini lagi dan lagi dari teman-teman Rachel.     

"Sini Lo, kalau berani! Gue robek tuh mulut, siaalaan banget!"     

Sedangkan Monica kini sudah berada di depan Rachel yang sedang berdiri dengan seorang idola kampus yang paling dipuja-puja oleh seluruh mahasiswi di kampus ini. Tapi, pemandangan itu tidak membuat Monica berhenti menoleh ke arah di mana Rere masih berada di sana.     

"Lo lagi, Lo ngga habis-habisnya buat rame ini kampus," katanya yang membuat Monica menoleh ke arah pusat suara.     

"Ha? Gue?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.