HE ISN'T MYBROTHER

Kedatangan Tamu Tiba-Tiba



Kedatangan Tamu Tiba-Tiba

0"Lo ngga boleh nyalahin, Maonica, Kak! Lo tahu apa tentang Rere!" sungut Rachel membentak seorang lelaki muda yang kini nampak menggaruk kepala ditatap tajam oleh ketiga perempuan di depan matanya.     

"Bukan, seperti itu. Gue hanya pusing lihat Monica selalu berurusan dengan Rere. Lo tahu, Chel. Mereka udah berapa kali bereantem kayak gitu?"     

"Kak Asteer! Lo ngga akan tahu kenapa Monica selalu ngelawan Rere. Udahlah, peergi aja sana. Lo cuma buat kita tambah pusing aja," usir Sellyn yang tiba-tiba menarik tangan kedua sahabatnya pergi di mana kelas sudah dipindah ternyata.     

Beruntung Sellyn tadi sempat membuka grup kelas dan masih ada yang berbaik hati memneritahu tentang perpindahan kampus. Dan tanpa mereka sadari seluruh berita kekacauan sudah sampai di telinga salah satu dosen penanggung jawab. Apalagi soal kelas yang kotor akan sampah. Ini benar-benar tidak bisa ditolerir olehnya.     

"Kumpulkan mereka berdua ke ruangan bapak lagi. Jika, salah satu dari mereka tidak mau menurut panggil bapak. Biarkan mereka merasakan apa itu hukuman berat!"     

"Baik, Pak. Saya permisi." Salah satu mahasiswa itu menyeringai senyum tajam samar dengan membenarkan kaca matanya yang melorot.     

"Hem, pergilah."     

"Gadis-gadis zaman sekarang susah diatur! Banyak bicara, banyak mau, dan banyak ulah!" gumamnya yang terdengar oleh mahasiswa itu sebelum pintu ruangan itu benar-benar tertutup.     

"Hei, jangan marah dulu. Gue kan cuma ngungkapin apa yang gue rasaain!"     

"Cheel, tunggu penjelasan guee!" teriak Aster dengan meninju angin di sekitar tubuhnya saat melihat ketiga perempuan itu dengan angkuh meninggalkan seorang Aster yang banyak digilai oleh para mahasiswi.     

Sedangkan di sisi lain, Delon telah selesai melakukan rapat biasa dalam sambungan video pada perusahaan utamanya yang bertengger di Amerika.     

Mereka semua yang berada di sana begitu senang melihat Delon kembali memimpin rapat yang paling ditunggu untuk menunjukkan produksi yang melambung tinggi, sehingga bonus tinggi pun akan segera mengucur pada mereka yang telah bekerja keras untuk Delon.     

Maka dari itu perusahaan utam Delon selalu membuka lowongan pekerjaa setiap tahun dengan penerimaan yang terbatas. Karena tidak sembarangan orang bisa diterima. Hanya mereka yang memiliki kemapuan tinggi dan kualitas kecerdasan yang begitu dapat diandalkan untuk membuat perusahaan Delon dapat dikategorikan menjadi perusahaan yang dapat diperhitungkan di dalam lingkaran negara maju itu.     

"Lo mau rekrut wakil Lo?" tanya Delon pada Regan yang kini sedang melihat data perusahaan cabang.     

Regan mengangguk dengan menegakkan kepala. Senyum itu tergores cepat, karena melihat sang Boss tidak lagi marah padanya.     

"Emang udah ada?"     

"Ada beberapa. Coba kau tanya pihak HRD, mereka sudah mengantongi beberapa nama. Seleksi lagi, setelah itu bawa kesini. Aku akan ikut memilih," balas Delon dengan membuka dokumen yang berada di tangannya.     

"Siap, Boss memang yang terbaik," sahut Regan.     

"Jangan terlalu senang. Lo belum bicara tentang sahabat istri gue. Lo jangan main-main sama dia, Lo belum tahu segalak apa Rachel kalau menyangkut tentang kedua sahabatnya itu." Lelaki tampan itu membanting dokumen yang tadi ia periksa dengan keras di depan matanya. Lalu, mengalihkan pandangan ke arah Regan yang kini menatap ke langit-langit ruang kantor Delon.     

Regan menghela napas dengan panjang. Ini benar-benar keputusan yang tak pernah terpikirkan oleh dirinya untuk menikah dan memiliki anak setelah pernikahan. Hidupnya masih tentang pekerjaan dan jika sudah bergairah ia hanya menyelesaikan dengan wanita bayaran. Sudah itu. Hanya seperti itu saja.     

Terkadang ia juga ingin hidup seperti Delon yang bisa mencintai satu perempuan dalam hidup. Tapi, memang sampai Sellyn hadir dan mengganggu diriny. Ia belum menginginkan hubungan terikat.     

Terkecuali saat malam itu. Regan mendengar suara Sellyn yang menahan tangis meski sedang memunggungi dirinya. Tapi, Regan bisa merasakan seberapa luka perempuan itu. Entah masalah apa, namun ia hanya ingin membuat perempuan itu berlindung dan menangis dipelukannya. Perasaan itu tiba-tiba hadir. Regan bahkan tidak menyadari jika Sellyn telah merubah hidup dan hatinya.     

"Gue nggak main-main sama Sellyn. Gue beneran mau menikah sama dia. Entahlah, gue jadi tergila-gila gini," balas Regan dengan masih memposisikan dirinya seperti tadi tanpa maua merubah. Senyum itu tergores dengan begitu alami, jika mengingat wajah cantik Sellyn saat tersenyum dan bermanja dengannya.     

Delon mengangguk-angguk. Dengan menyanggah dagunya. "Lo jangan tidur di rumah gue lagi. Lo pindah ke rumah Lo sendiri aja. Jangan buat rumah gue jadi panas karena suara Lo sama Sellyn!" sungut Delon yang merasa kesal saat dirinya sedang berkunjung melihat anaknya. Telinganya terusik dengan suara Regan dan Sellyn. Benar-benar sangat mengesalkan!     

Hahaha     

Regan tertawa terbahak mendengar apa yang dikatakan Delon. Ia benar-benar tidak bisa menahan suaranya jika bersama dengan Sellyn. Perempuan itu selalu bisa membuat Regan di luar kendali, tidak seperti wanita bayaran yang selalu ia panggil untuk memuaskan gairahnya.     

"Iya, memang gue mau bawa Sellyn pergi dari Lo! Gue bawa ke rumah, ngenalin ke mama juga. Gue males dijodo—"     

"Siaaangg semuaa!" Suara itu membuat Regan memutuskan kalimatnya saat melihat seorang wanita cantik Dengan dress mini ketat yang menampilkan bentuk tubuh seksi itu begitu terlihat. Lalu kedua tangan itu penuh membawa sesuatu yang membuat Delon dan Regan mengernyitkan kening mereka berlapis.     

"Ngapain Lo kesini? Kantor Lo sepi? Apa pekerjaan Lo juga lagi sepi? Ngga ada tender, selain tender dari Delon pasti kan?" todong Regan pada sosok wanita yang kini sedang duduk di depannya dengan mengeluarkan semua isi yang tadi ia bawa di dalam kantong plastik itu.     

"Tidak juga. Aku memang sedang sibuk-sibuknya, tapi aku emang harus mampir kesini, aku tahu kalian pada lapar kan?" Perempuan itu tersenyum dengan mereka melihat ekspresi tidak kepercayaan Regan dan yang terpenting adalah fokus pandangannya ke arah Delon yang kini menuang oandangan ke arah dokumennya lagi.     

"Jenny ... Jenny! Lo nggak usah repot kayak gini, kita pasti bisa pesan. Apalagi ini semua makanan kesukaan Delon, Lo pasti sangat kesusahan. Harusnya sih dimakan, biar ngga mubazir," kata Regan yang menyindir ke arah Delon yang nampak tak peduli dengan pembicaraan mereka berdu meski perutnya sudah sangat lapar.     

Terlihat Jenny mengangguk dengan membuka seluruh makanan favorit dari incarannya saat ini. Ia ingin memberika perhatian kepada Delon dengan cara yang lembut, sepertinya dengan cara yang kejam dan kesukaannya. Jenny akan lebih sulit mendapatkan Delon dari Rachel.     

"Kaak, ayo makan! Aku tadi yang membuatnya. Tadi aku meeting di daerah sini, terus aku mampir. Lo bisa nolak gue beberapa kali, tapi ini makanan ... apa Lo yakin mau nolak mereka?"     

Delon menaikkan pandangan ke arah Jenny. Ia memang tidak pernah suka membuang makanan. Karena ia juga pernah tidak pernah makan. Jadi, Jenny tahu apa kelemahan dari seorang Delon selain tentang Rachel.     

"Kesini, Kak!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.