HE ISN'T MYBROTHER

Rachel Kau Disini?



Rachel Kau Disini?

"Tidak perlu. Aku akan makan sendiri nanti, kau makan saja dengan Regan."     

Delon masih memofokuskan pandangannya pada apa yang seharusnya ia selesaikan kemarin. Karena terkendala dengan pertemuan dirinya dan Rachel dengan Jeno, jadi ia harus meninggalkan berkas penting ini. Namun, entah kenapa Delon semakin hari semakin cepat lapar, meski ia tidak menambah porsi dirinya seperti sebelumnya.     

"Jangan seperti itu, Kak. Aku akan sudah mengatakan aku akan berubah. Tidak akan mencampuri urusanmu dengan Rachel. Ayolah, makan dulu. Ini sudah waktu makan siang ..."     

"Rachel juga pasti masih di kampus," sambung Jenny dengan suara lemah lembutnya. Ia tidak ingin gegabah lagi. Ia ingin tahu sejauh apa hubungan pernikahan Delon dan Rachel. Jadi dengan begitu Jenny bisa merangkai rencana yang lebih matang lagi. Tentunya dengan bantuan Alen.     

"Iya, Lon! Bukannya Lo tadi bilang laper, karena belum jam makan siang, jadi Lo ngga mau keluar. Ayo, makan aja, kalau dia ngapa-ngapain Lo, gue ada di samping Lo," ucap Regan seraya menunjuk ke arah Jenny yang hanya menatap biasa tanpa amarah seperti biasa.     

Regan benar-benar merasa aneh dengan pola sikap yang ditunjukkan Jenny saat ini. Kenapa suara tajamnya sama sekali tidak membuat perempuan itu mengamuk seperti biasa. Biasanya, Jenny akan mengumpati dirinya dengan berbagai bentuk kata yang hanya membuat seorang Regan terkekeh.     

Tapi, ia tidak akan tertipu, oleh tipu daya muslihat perempuan yang ada di depannya kini. Karena sifat baik dari Jenny sudah berkali-kali berubah, dan ini membuat pengalaman Regan semakin kuat, jika Jenny memang bukan perempuan yang baik.     

Terlihat Delon mulai mengikis jarak di antara mereka berdu. Lelaki tampan itu berjalan dengan begitu gagah, kedua tangan masuk ke dalam saku celananya. Pandangan Delon tidak mengarah pada Jenny, hanya pada ruangan sekitar di antara mereka berdua.     

"Lain kali tidak perlu membawakan makanan. Kita berdua bisa pesan. Kau juga pasti sangat sibuk mengerjakan pekerjaan barumu. Sebaiknya selesaikan, dan berubahlah menjadi perempuan yang baik untuk om Tio dan Tante Sesil ..."     

"Kau hanya memiliki mereka berdua. Tapi, kau bahkan memperlihat sikap yang seperti siap untuk kehilangan kedua orang tuamu," sambung Delon yang sudah duduk di samping Regan.     

Jenny membenarkan anak rambutnya yang sedikit berantakkan mengenai matanya saat sorot itu selalu bisa membuat tubuh Jenny meremang tanpa tersentuh oleh tangan Delon. Tapi, sayangnya, sampai saat ini ia belum bisa merasakan tangan kekar itu menjamah tubuh Jenny.     

"Iya, memang aku sedang berubah, Kak. Sekarang mami juga sudah berbicara, meskipun tidak banyak kaliamat. Tapi, aku senang dengan perubahan itu," balas Jenny dengan mengulas senyum simpel ke arah lelaki tampan itu. Tapi, tidak lagi berani memandang lebih lama. Karena itu sama saja akan membongkar apa yang telah ia rancang matang-matang.     

"Ini makanlah ... tenang saja, aku tidak menaruh racun dan sebagainya ..."     

"Tidak masalah kalian masih mencurigaiku. Itu memang kesalahanku yang dulu. Setelah Rachel menyadarkan ku tentang status Kak Delon dengan Rachel, aku jadi paham dan memahami. Meski berat, tapi aku akan mencoba berubah demi mami juga," sambung Jenny dengan mengulas senyum simpulnya. Ia berniat untuk kembali menidirkan tubuh, lalu menyahut tas jinjingnya.     

"Kak Delon sepertinya tidak nyaman dengan kehadiranku. Aku akan pergi dulu, aku juga perlu memberikan obat mami kepada orang rumah. Terima kasih sudah mau makan masakanku," tambanhya dengan membungkuk ke arah Delon dan Regan yang terlihat terpaku melihat perubaha sikap yang begitu sopan dari biasanya. Dan satu lagi, perempuan itu tidak memaksa untuk tinggal di kantor Delon.     

Hal itu benar-benar membuat Delon dan Regan ternganga antara percaya atau tidak. Tapi, jika benar Jenny sudah berubah. Maka itu memang jauh lebih baik. Semoga perubahan yang terakhir ini bisa membuat Jenny menyadari kedua orang tua perempuan itu sungguh mencintai dirinya.     

"Hem, berhati-hatilah. Semoga perubahanmu tidak hanya terlihat disini. Terima kasih juga makanannya. Lain kali tidak perlu seperti ini, aku mempunyai seorang istri yang pintar memasak, tentu dia akan menyiapkan makan siang untukku," ujar Delon yang hanya diangguki Jenny. Lalu berlalu pergi meninggalkan kantor Delon.     

"Gilaa, gilaa! Dia berubah banget lon! Lo tahu, ini masakan enak banget. Gue nyangka dia bisa masak seenak ini," puji Regan dengan menyantap makanan yang dibawakan Jenny tadi.     

Delon diam dengan melihat bentuk makanan yang tersaji di depan matanya. Ia sudah memegang sumpit di sela jemarinya. Tapi, saat Delon ingin mengambil makanan itu. Tiba-tiba moodnya berubah. Ia kembali mendorong makanan yang dibawakan Jenny.     

Dan hal itu tak luput dari pengawasan Regan. Meskipun Regan begitu lahap memakan apa yang telah dibawakan Jenny, tapi segala gerakkan lelaki yang berada di sampingnya tidak pernah lepas dari rekaman kaca mata beningnya.     

"Lo, kenapa, Lon? Ini udah jam makan siang, dan Lo tadi ngeluh laper. Ini ada makanan, kenapa Lo jadi ngga nafsu gitu? Lo ngidam lagi? Mau rujak atau mangga muda kayak istri Lo?" berondong Regan membuat Delon menghempas punggung kekarnya di punggung sofa. Hembusan napas kasarnya juga terhela dengan begitu ketara membuat Regan menghentikan makannya.     

"Pesan makanan lagi. Gue nggak mau makan makanan ini. Kasih ke karyawan lain. Gue ngga bisa makan," perintah Delon dengan napas beratnya. Kepala itu sudah ia sandarkan pada sofa dengan malas.     

Pemandangan semua itu juga masih terlihat oleh seseorang yang kini masih berada di balik pintu kantor Delon. Jenny masih berada di sana dengan mengintip, mencari tahu bagaimana respon yang diberikan Delon pada perubahannya kali ini.     

Namun, sepertinya Delon belum benar-benar mempercayai perubahan Jenny kali ini. Bahkan masakan yang tadi ia minta pelayannya untuk memasak pun juga tidak disentuh. Itu semua sudah membuat Jenny menggeram kuat. Ia tidak suka melihat seseorang mengabaikan apapun yang ia beri termasuk Delon.     

Tapi, kali ini Jenny akan lebih sangat bersabar menjadi perempuan yang bisa masuk ke dalam lingkaran Delon.     

"Tenang saja, pertunjukkan masih berlangsung," gumam Jenny dengan menarik sudut bibirnya.     

Sedangkan di sisi lain Rachel sudah dalam perjalanan menuju ke kantor sang suami. Karena mendapatkan berbagai kejutan yang mengerikan hari ini. Rachel perlu sandaran, dan menghrup dalam-dalam aroma tubuh Delon jika hatinya sedang sesedih ini.     

"Nyonya, sudah sampai. Apa perlu saya antar?" tanya Pak Yono saat mobil mewah itu telah sampai di depan perusahaan Delon.     

Rachel menggeleng dengan gayanya yang seperti anak kecil. "Pak Yono cari makan siang dulu, kalau sudah selesai hubungi aku. Aku akan makan siang dengan suamiku. Nikmati saja makan siangnya, jangan terburu-buru," ucap Rachel yang langsung mengeluarkan tubuh rampingnya tanpa menunggu jawaban dari lelaki paruh baya itu.     

"Beruntung aku masih bisa masak. Aromanya juga masih bisa kureda. Dengan sapu tangan, semoga kak Delon su—"     

"Rachel? Kau disini?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.