HE ISN'T MYBROTHER

Seseorang Yang Asing



Seseorang Yang Asing

0"Di sana ada Rachel?" tanya Delon dengan bereriak. Karena mereka berdua memang sedang dalam ruang yang berbeda.     

"Nggaak! Istri Lo ngga ada di sini!" Balas Regan dengan berteriak juga.     

Mereka berdua sedang berada di dalam apartemen Delon setelah ponsel Rachel sangat susah dihubungi.     

Delon tahu jika istrinya begitu marah terhadapnya karena tidak menghargai apa yang telah dilakukan perempuan cantik itu. Tapi, bukan seperti ini caranya. Ponsel pak Yono pun tak bisa dihubungi. Pasti ini semua juga dibawah perintah istrinya.     

"Aaaggghh! Kenapa bisa seperti ini!" teriak frustas Delon. Ia benar tak bisa hidup jika seperti ini. Tidak hanya pikirannya yang terganggu akan kehilangan sang istri, tapi ia begitu mengkhawatirkan sang calon anaknya.     

"Sebar anak buaahmu! Cari di seluruh kota ini. Jangan sampai ada yang terlewatkan. Aku ingin Rachel ditemukan malam ini juga," perintah Delon terbantahkan.     

Regan hanya membalas dengan anggukan paham. Gerakkan tangannya begitu lincah dengan meerogoh ponselnya di balik saku calana panjang, menekan kode nomor yang akan menghubungkan oleh para anak buah Regan.     

"Hm... kalian menyebar. Temukan nyonya Rachel malam ini. Aku akan menghubungi kalian lagi nanti," perintah Regan yang langsung menutup panggilannya.     

Regan menoleh ke arah sahabatnya. Lelaki itu terlihat kacau dengan kemeja yang sudah tak lagi rapi, rambunya juga berantakkan tak beraturan. Seharusnya Regan yang melakukan adegan ini. Ia juga frustasi ditinggal Sellyn. Tapi, gara-gara kiriman makanan dari Jenny, semua berubah.     

Tapi, Regan begitu heran, kenapa setiap kedatangan Jenny pasti di sana ada Rachel. Apa mereka mempunyai ikatan batin? Apa itu karena perasaan sebagai seorang istri yang masih terlalu muda?     

'Aah... sudahlah. Kenapa aku harus memikirkan masalah itu,' batin Regan.     

"Lo tenang, Lon. Rachel pasti cepat ketemu. Lo juga sih kenapa tergiur sama barang yang udah Lo buang," gerutu Regan memicing ke arah Delon dengan tajam.     

"Gue ... gue ngga tahu. Gue, cuma lapar, dan makanan itu kan kesukaan gue. Jadi, ... Aaaggh! SIalaan!"     

BUGH     

Delon meninju kepalan tangannya ke arah tembok, hingga membuat kulit kepalan tangan itu robek. Tap, lelaki itu masih saja memusatkan kebodohannya pada pukulan itu.     

Regan membulatkan mata melihat sahabatnya begitu bodoh, kejadian bertahun-tahun lamanya terjadi kembali. Dulu Delon juga begitu frustasi karena cintanya yang semakin menggebu kepada Rachel, namun lelaki itu tidak mengkhianati kebaikan Jeno. Tapi, waktu itu ia tidak tahu jika yang dimaksuda Delon adalah Rachel.     

"Lo, gilaa, haa?"     

"Tangan Lo berdaraah, percuma otak Lo pintar, kalau Lo cuma bisa kayak gini," sambung Regan yang langsung menangkap pukulan Delon dengan buku tangannya, meskipun begitu sakit hingga meremukkan tulang buku tangannya.     

"Lepasin guee! Gue emang nggak becus jadi suami! Lihat sekarang Rachel pergi dari gue!" pekik Delon dengan mata yang berkilat dan masih memberontak dari cekalan tangan Regan.     

"JANGAN BODOH, LON!"     

"Percuma Lo ngancurin tangan Lo kalau Rachel aja belum juga pulang. Lo harusnya cari dia di luaran sana, bukannya melakukan hal bodoh seperti ini." Regan menunjuk ke arah luar hingga membuat Delon berhasil meloloskan tangan dan benar ia harus segera mencari Rachel di luaran sana.     

Delon berlari sekuat mungkin untuk mencapai mobilnya. Sekarang dipikiran lelaki itu hanyalah bagaimana bisa mendapatkan istrinya kembali di luaran sana. Ia takut jika Rachel memilih untuk pergi dan bethenti berjuang bersamany.     

"Rachel, Sayang. Kamu di mana ... maafkan aku. Kumohon pulanglah."     

Sedangkan di sisi lain. Rachel sedang termenung di rumah pak Yono. Ia tidak benar-benar bisa meninggalkan kota ini dan juga Delon mengingat di antara mereka sudah janin yang sedang perempuan itu kandung.     

"Nyonya, kenapa berada di luar? Di dalam sana, di sini dingin," kata gadis berumur delapan belas tahun memiringkan kepala untuk menyapa Rachel yang sedang menyanggah dagu di atas meja anyaman kayu.     

Rachel menoleh ke arah pusat suara dengan kedua manik yang lemah.     

"Ajeng? Aku tidak apa-apa. Kamu sangat manis, apa kamu hanya tinggal berdua dengan pak Yono?"     

Gadis berkepang dua itu mengangguk, mendudukkan dirinya di samping meja anyaman itu dengan pandangan begitu lekat memandang wajah blasteran Rachel.     

"Papa dan mama cerai. Dan papa hanya mau mengurusku di sini, Kak. Sedangkan mama mengurus adik di kampung di Jawa Tengah," jelas Ajeng yang diangguki paham Rachel. Meski ia begitu penasaran dengan kehidupan sang supir, tapi tubuhnya begitu menolak Rachel untuk mengeluarkan rasa keinginan tahunya.     

"Kak Rachel kenapa tidak pulang? Kasihan suami kakak pasti sedang mencari kak Rachel. Ini sudah sangat malam, Kak ..."     

"Bukannya aku mengusir kak Rachel. Tapi, rumahku memang tidak sesuai dengan kak Rachel," sambung gadis itu dengan suara lirih melihat perempuan cantik itu sedang menunduk lemah.     

Entah apa yang membuat perempuan itu begitu nampak sedih. Karena papanya tadi hanya mengatakan, jika majikannya ingin bermain dan mengetahui tempat pak Yono tinggal.     

"Kak Rachel, lapar? Tapi, aku hanya masak buat papa tempe dan tahu. Apa Kak Rachel mau?" tawar Ajeng membuat perempuan bersurai hitam lurus itu menoleh, lalu mengangguk.     

Setelah mendapatkan jawaban dari Rachel, Ajeng terkekeh kecil. Ekspresi yang ditunjukkan perempuan cantik itu sangat menggemaskan. Pantas saja dia dilahirkan di dunia yang berada.     

"Tapi, beneran mau tahu sama tempe aja? Soalnya kami memang sangat tidak mementingkan makan supaya bisa mengirimkan uang ke kampung, Kak. Aku sangat takut memberik kak Rachel makan tahun dan tempe," katanya lagi dengan ragu.     

Rachel mengangguk sekali lagi. "Anakku pasti juga senang makan itu. Aku sangat jarang makan tahu dan tempe, tapi sudah pernah memakannya. Kurasa rasanya memang sangat enak," balas Rachel seraya mengulas perut ratanya dengan lembut.     

Gadis itu terbelalakendengar Rachel yang hamil. Tubuh sesempurna itu bisa hamil tanpa mengurangi lekukannya, itu sangat terlihat mustahil. Ia pikir Rachel adalah korban dari perjodohan seperti di novel-novel yang gadis itu pernah baca . Tapi, nyatanya, sosok di dalam novel itu memang benar adanya di depan matanya.     

"Kak Rachel hamil?"     

"Hemm. Kenapa begitu terke—"     

"Sayang, maafkan aku." Suara itu menganggu konsentrasi Rachel untuk menjelaskan keadaannya saat ini kenapa gadis kecil itu karena kedatangan seseorang yang sedang ia hindari kali ini.     

"Kak Rachel itu siapa?" Pertanyaan Ajeng membuat perempuan blasteran itu kembali menoleh ke arah tubuh tegap yang kini sedang mengumpulkan kepala di pangkuan Rachel.     

"Entah, aku juga tidak mengenalnya," jawab Rachel tak acuh.     

Ajeng masih meneliti dan melakukan penjagaan waspada, ia takut jika lelaki tampan itu menjahati majikan dari papanya.     

"Jangan seperti, Sayang. Aku rasanya ingin mati tidak bisa menemukanmu. Aku sudah mengelilingi kota ini ... tapi, aku tidak kunjung menemukanmu," kata Delon dengan masih memohon memeluk erat kaki Rachel.     

"Hei, jangan panggil seperti itu. Kak Racel punya suami!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.