HE ISN'T MYBROTHER

Karena Aku Ingin Yang Nyata



Karena Aku Ingin Yang Nyata

0"Aku tidak melupakan apa yang kuminta tadi, Sayang," kata Delon yang sekarang menundukkan kepala melihat istrinya yang kembali manja.     

"Aku tidak tahu. Aku yang lupa, jangan ingatkan aku, Sayang. Kamu jangan membuat moodku kembali buruk," balas perempuan cantik itu mencoba mengkilah dari permintaan sang suami.     

Delon mengusap lembut kepala sang istri. Suasana di dalam kamar ini sudah kembali sejuk. Tapi, ia tidak akan lupa dengan tujuan utamanya.     

"Tenang saja aku tidak akan membuat moodmu buruk lagi. Aku juga tidak berpisah dengan istri dan anakku lagi, tapi ... benda ini sekarang sudah ada di tanganku," kata Delon yang diam-dam mencari mengambil ponsel Rachel dari balik bantal perempuan itu.     

Lelaki itu mengulas senyum kemenangan saat melihat istrinya begitu terkejut melihat benda pipih itu telah berpindah tepat. Padahal Rachel yakin, jika ia menyembunyikan ponsel itu ketika sang suami pergi. Dan tak mungkin sampai mengerjai keberadaan benda itu.     

Ternyata segala perkiraan Rachel salah. Ini bisa menjadi bomerang untuknya, jika Delon mengetahui dirinya membalas pesat Aster, meski balasanya hanya singkat saja.     

"Apa ini, Sayang. Kamu berani meladeni mantan mahasiswaku itu? Kamu memilih membalas dia, daripada mengangkat panggilan dariku?" sungut lelaki itu yang membuat Rachel was-was.     

"Bu ... bukan seperti itu, Kak. Mana ada orang kesal mau mengangkat panggilan dari penyebab kekesalan itu," sahut Rachel dengan suara pelan. Ia takut melihat ekspresi wajah suaminya yang tidak bisa dibaca.     

"Lalu apa? Ini Aster ... lelaki yang pernah menyukaimu, aku yakin dia masih menyukaimu. Apa dia sudah tahu kamu sudah menikah dan sedang mengandung?" tanya Delon yang sudah membersihkan segala pesan dari Astee dan memblokirnya.     

Tidak ada yang bisa mengganggu istrinya. Siapa pun itu, Delon pasti akan membuat hancur jika berani menyentuh apalagi berusaha merebut Rachel darinya.     

Rachel hanya menggeleng dalam pelukan erat itu di atas dada bidang Delon.     

Delon memijat keningnya mencoba memahami keadaan Rachel yang mungkin belum sempat mengatakan status yang telah berubah. Karena hari ini memang hari pertama istrinya masuk ke kuliah.     

"Aku akan mengatakannya segera, Kak. Aku juga tidak mau membuat kak Aster salah paham," kata Rachel pelan.     

Delon hanya berdehem, memaksa Rachel untuk melepaskan pelukan itu pada tubuh kekarnya.     

Rachel pikir Delon benar-benar padanya, hingga melepas pelukan tangan Rachel. Kedua manik mata itu membulat, hampir menitikan air mata. Tapi, Delon tiba-tiba menarik tangan istrinya untuk kembali memeluk tubuh kekarnya dengan posisi terbaring, kepala perempuan itu di atas dada bidang Delon.     

"Kenapa? Kamu pikir aku pikir aku marah?" tanya Delon yang diangguki cepat Rachel.     

"Aku memang marah. Tapi, aku melupakan ini adalah hari pertamamu. Namun, lain kali aku tidak akan bisa diam, jika dia masih terus mengirimi istriku pesan ..."     

"Aku sudah memblokir dia. Jangan lagi berhubungan di mana pun. Lalu, bagaimana bark pertamamu kuliah?" sambung Delon yang membuat Rachel terdiam. Ia tiba-tiba mengingat apa yang terjadi padanya, meskipun ia masih bisa menikmati kuliah peertama itu.     

Rachel bingung ingin menceritakan atau tidak masalah yang terjadi tadi. Tapi, kalau Delon murka dan membuat seluruh kampus heboh dengan kedatangan mantan dosen mereka yang murka. Lalu, bagaimana jika Delon menghancurkan gedung di sana?     

Perempuan itu terdiam dengan cukup lama, hingga tanpa ia sadari Delon menautkan kedua alisnya melihat perubahan aneh pada sang istri tercinta.     

'Pasti ada sesuatu di sana. Jelas, Rachel tidak bisa berbohong padaku. Brengsek! Siapa yang berani membuat istriku sedih hingga seperti ini,' batin Delon menggegam erat salah satu tangan yang terbebas.     

"Semua baik, Kak. Aku sangat menikmati hari pertama ..."     

"Apa kamu sudah lapar, Kak? Aku akan menyiapkan makanan untukmu," alih pembicaraan Rachel yang tidak mau membahas masalah hari pertamanya.     

Rachel mulai melepas pelukannya dan mendirikan tubuh. Tapi, Delon dengan cepat menahan lengan tangan perempuan cantik itu dengan menggelang.     

"Peluk lagi, aku tidak perlu makan, Sayang. Aku masih sangat merindukanmu. Kamu tahu aku hampir menabrakkan mobilku karena tidak bisa menemukanmu ... jadi, jangan pernah pergi lagi tanpa kabar seperti itu," ucap Delon yang membuat kedua manik mata Rachel berkaca-kaca, meskipun rasa mual masih sesekali ia rasakan sekarang.     

Rachel kembali menurunkan tubuh rampingnya dengan memiring ke arah Delon. Tangan perempuan itu terulur untuk mengusap lembut rahang tegas sang suami, memberikan kecupan basah pada seluruh inci wajah sempurna itu dan berakhir pada bibir tebal lelaki tampan tersebut.     

"Kamu tahu aku cemburu, aku tidak bisa melihat suamiku lebih menikmati makanan dari perempuan lain. Meskipun, Jenny sudah merubah sikapnya, tapi aku tetap sangat cemburu. Aku memasakkanku setelah pulang kuliah dengan segala usahaku, Kak ...."     

Rachel menarik tangan Delon untuk masuk ke ke dalam kimono tidurnya dengan meminta mengulas perut Rachel yang hanya sedikit berbentuk.     

Delon pun dengan senang hati mengulas perut Rachel dengan penuh perasaan. Seakan sedang menyapa sang anak di dalam sana.     

"Anakmu ini sangat tidak suka bau bumbu masakan. Aku kira dia akan muncul sebagai jagoan kecil yang akan menghabiskan waktuku tanpa memasak dan hanya bermanja dengan dia, seperti papanya," tambah Rachel dengan menyentuh punggung tangan suaminya dari luar kimono tidur Rachel.     

"Jagoan kecil?" Ulang Delon yang diangguki Rachel dengan mengulas senyum cantiknya.     

"Jangan salahkan dia, jika nantinya kamu akan memiliki di waktu malam, hmm... mungkin hanya beberapa jam saja," sahut Rachel kembali dengan berpura-pura seperti orang berpikir.     

Delon yang mendengar perkataan istrinya langsung menaikkan kepala, menarik tengkuk istrinya untuk memperdalam lamutan dan gigitan lembut yang dilakukan bibir Delon sebentar.     

"Eummbh, Kak ...."     

"Aku bisa merajuk, jika aku harus merebut ciuman seperti ini dengan putraku nanti. Tapi, aku tidak akan menyerah untuk mendapatkan mamanya, jagoan kecilku ini pasti akan mengakui kemenangan ku." Delon masih mengusap lembut perut Rachel.     

Rachel terkekeh mendengar apa yang dikatakan Delon. Bagaimana bisa dia akan menang, jika setiap detik pasti putranya akan menangis, jika melihat sang induk dipeluk lelaki lain, meskipun itu adalah papa kandungnya sendiri.     

Rachel sangat tahu tentang emosi dan kepemilikan yang dirasakan seorang anak kecil, apalagi seorang anak lelaki kecil. Rasa kepemilikan itu sangat kuat dan tidak mau berbagai sang ibu kepada siapa pun.     

"Kamu sangat senang bukan, akhirnya kamu bisa memiliki bayi kecil dan menggemaskan sendiri tidak hanya menggunakan boneka lagi?" ejek Delon dengan menatap lekat istrinya yang kini hanya berjarak satu jengkal saja. Napas keduanya pun bisa mereka rasakan satu sama lain.     

"Kamu masih mengingatnya, Kak? Kenapa kamu membuatku semakin malu? Aku dulu menyuruhmu menggendong, tapi kamu menyebalkan. Kamu menolak, padahal kita sudah sepakat untuk bermain ...."     

Delon menderatkan bibirnya pada ujung hidung mancung istrinya, lalu berakhir kembali mengecup lama pada bibir tipis merah itu.     

"Karena aku ingin yang nyata."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.