HE ISN'T MYBROTHER

Sellyn Memberontak



Sellyn Memberontak

0"Kamu memang anak tidak tahu diri, Sellyn!"     
0

"Beraninya kamu menentang permintaan kami!" pekik lelaki paruh baya itu yang menunjuk tegas ke arah seoarang perempuan muda yang kini berada tepat di depan manik mata menyalanya.     

Sellyn hanya menundukkan kepala dengan usapan lembut dari wanita paruh baya di punggung kecilnya.     

"Lalu, tanda apa itu di lehermu? Kau ini seorang perempuan, kenapa harga dirimu sangat rendah! Apa papa pernah mengajarimu seperti itu!" Lanjutnya dengan masih bernada tinggi. Tidak ada yang seorang pun yang mampu menyela perkataan sang Tuan besar yang begitu berkuasa di rumah besar itu.     

"Pa, jangan membentak-bentak Sellyn. Dia pasti sangat ketakutan. Dia akan menjadi putri penurut kita ..."     

"Benar, kan, Sayang?" Wanita paruh baya itu memeringkat wajah ke arah sang putri tunggal yang masih menundukkan kepala dengan menautkan jemari lentiknya.     

Perempuan ceria dan cerewet itu telah berubah menjadi seorang perempuan yang begitu lemah di hadapan kedua orang tuanya. Tidak ada keberanian dan keceriaan yang biasa dia sebar di sekelilingnya. Kini berganti dengan ketakutan yang luar biasa.     

Apalagi papanya membahas tantang tanda merah yang sengaja Regan tinggalkan di sana. Bagaimana jika baju yan Sellyn gunakan ini dirobek oleh papanya, lelaki paruh baya itu akan semakin mendelik melihat tubuh dalamnya penuh tanda kepemilikan dari sang kekasih tercintanya.     

"Katakan, Sellyn. Papamu menunggu ... jangan buat papamu semakin murka. Kamu tahu bagiamana sifat papamu itu," ucap wanita paruh baya itu sekali lagi dengan lirih dan MPU didengar jelas oleh Sellyn.     

Perempuan muda itu hanya menoleh ke asal suara dengan kepala yang masih tertunduk.     

"Putri kita sudah semakin tidak jelas, jika dibiarkan kembali kabur dari rumah. Dia pasti sudah dilecehkan orang luar karena ulah durhakanya kepada kita," tungkas lelaki paruh baya itu yang masih menatap nyala pada sang putri.     

"Sell ... " panggil lembut sang mama dengan bata berkaca-kacanya.     

Sebagai seorang ibu ia juga begitu takut jika melihat sang putri yang terlihat begitu menyayat hati. Tanda merah pada leher Sellyn terlalu ketara di mata siapa pun yang melihat. Karena kuliat Sellyn yang putih, tidak mungkin bisa mengelebuhi mata mereka yang mengetahui asal dari terjadinya tanda merah tersebut dari mana.     

Sellyn mengmbuang napasnya berat untuk mengangkat kepala ke arah sang papa yang masih saja membuat mulut Sellyn terbuka.     

"Aku tidak sedang durhaka atau apapun. Tidak ada orang tua yang memaksa putrinya untuk menikah hanya sekedar melancarkan bisnisnya ..."     

"Itu bukan pernikahan, Pa. Itu menjual! Papa menjualku!" sambung Sellyn dengan bernada tinggi meluapkan rasa sakitnya harus dikorbankan demi kejaayaan perusahaan keluarganya.     

"Aku ini putri kalian yang kalian buat dengan rasa cinta satu satu sama lain. Kenapa sekarang aku dikorbankan seperti ini? Jawab, Pa ... Maa!" Lanjut perempuan berambut lurus sebahu itu dengan menunjuk ke arah dirinya sendiri. Memutar pandangan ke arah lelaki dan wanita paruh baya itu yang saling menatap dirinya dengan tatapan berbeda.     

"Bukan seperti itu, Sayang ... dengarkan kamu terlebih dulu. Ini semua juga demi masa depanmu. Kami ingin memberikan apapun yang kamu inginkan, dengan pernikahan ini, kamu akan menikmati berbagai fasilitas sempurna seperti biasa," jelas wanita paruh baya itu yang beralih mengusap kepala belakang sang putri.     

Sellyn menggeleng dengan apa yang dikatakan sang mama. Fasilitas sempurna seperti apa? Sellyn selalu menikmati fasilitas sempurna saat dirinya bekerja sebagai seorang model. Ia bahkan jarang meminta uang kepada kedua orang paling berjasa dalam hidup Sellyn.     

"Aku bekerja, Ma! Aku bekerja!"     

"Aku hanya menikmati mobil kalian. Tidak yang lain. Apa itu juga kalian anggap fasilitas sempurna?" tanya Sellyn dengan derasnya air mata yang sudah membanjiri pipi putihnya. Suara isakan itu memenuhi ruang keluarga yang hanya berisikan ketiga orang tersebut tanpa hadirnya orang lain.     

"Semakin berani mulutmu itu, Sellyn!" berang sang papa yang sudah ingin melayangkan tangannya ke udar. Tapi, seketika ia hentikan melihat wajah sang putri yang sembab menyedihkan.     

"Paaa, jangan!" teriak wanita paruh baya itu yang membuat lembaran buku tangan besar itu perlahan membentuk kepalan tangan erat di udara.     

Sellyn mengulas senyum getir melihat apa yang akan dilakukan papanya yang mungkin akan menghadiahi lukisan merah pada pipi putih perempuan muda tersebut.     

"Kenapa tidak jadi, Pa? Tampar saja, jika itu membuat papa bisa menghentikan pertungan bodoh ini ... karena aku sudah memiliki kekasih, dan kami juga akan segera melangsungkan pernikahan," kata Sellyn dengan berani. Senyum getir itu masih mnyerembak di bibir tipisnya.     

Kedua orang paruh baya itu saling menatap tak percaya. Mereka selalu menempatkan pengawal bayangan yang selalu mengikuti putri mereka. Tapi, kenapa mereka bisa tidak tahu, jika Sellyn sudah sangat berani menentang aturan pacaran di luar persetujuan mereka.     

"Kamu tidak bisa begitu, Sayang. Kamu harus segera memutuskan kekasihmu itu. Seseorang yang akan dijodohkan papamu itu adalah yang terbaik. Firsat seorang ibu selalu benar ... percayalah pada mama. Mama yang melahirkanmu. Mama tentu tahu apa yang terbaik untuk putri mama," balas wania paruh baya itu dengan menyentuh dadanya mencoba membuat sang putri memahami keingannya.     

Mereka berdua tidak bisa melepaskan lelaki yang akan bertunangan kepada putrinya. Jika, pertunangan hingga sampai menikah, ini akan menjadi suatu kejayaan perusahaan mereka yang tak tertandingi. Makas dari itu, Sellyn harus mengiyakan tanpa penolakan apapun. Tidak perduli dengan kekasih putrinya itu.     

Sellyn menoleh ke arah wanita paruh baya itu dengan menggeleng, lalu menggeser jaraknya ke samping menjauh dari wanita setengah abad lebih itu.     

"Mama tidak perlu bernelit-belit dengan mengatakan semua itu. Aku sudah paham. Mama ingin aku memutuskan kekasihku, bukan?" Pertanyaan Sellyn sontak membuatnya mengangguk. Dan melupakan sikap ingin memahami dan membujuk sang putri. Dia benar-benar melupakan semuanya, ia pikir Sellyn akan menurut padanya.     

"Mama hanya ingin kamu hidup layak, Sellyn. Dan itu juga akan mempengaruhi kejaayaan perusahaan kita dan satu lagi, kita akan menyaingi perusahaan Mauren, sahabatmu itu. Mama yakin kamu akan menurut dengan permintaan mamamu ini, kan, Sayang?"     

Sellyn tertawa terbahak dengan suara yang memelukan dalam hati siapa pun yang mendengarkan.     

Hahaha. Kalian berdua menggelikan perutku.     

"Tentu, jawabannya, tidak, Mama!"     

"Kenapa aku harus membayar jasa kalian dengan menjual diriku kepada lelaki yang tak pernah aku cintai? Aku akan membalas jasa kalian yang telah melahirkan dan memberikan kehidupan untukku di dunia ini ...."     

"Aku akan merawat kalian di hari tua. Jangan cemas! Jika, kalian berdua sakit-sakitan, panggil aku saja. Aku akan membayar segala kasih sayang kalian dengan jasaku sebagai seorang putri dari kepala keluarga ini." Lanjut Sellyn dengan melipat kedua tangan di dada menatap berani pada kedua orang dewasa itu.     

"SELLYN, BERANINYA KAU MENGATAKAN ITU PADA MAMA!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.