HE ISN'T MYBROTHER

Godaan Yang Menggila



Godaan Yang Menggila

0"Aku harus nyusul mereka, Kak. Ngga bisa dibiarin merek berduan seperti itu. Kamu tahu sendiri Nino seperti apa," kata Rachel resah. Ia dengan cepat mengambil jaket untuk menutupi tubuh yang terbalut dengan kimono tidur.     

Delon memijat keningnya dengan mengekori sang istri ke mana pun perempuan itu pergi. Kepalanya semakin pening karena ini sudah terlalu malam untuk jam keluar malam. Apalagi, Rachel yang sedang hamil muda.     

Ini semua memang salah Nino. Kenapa lelaki itu muncul di waktu yang tidak tepat seperti ini. Delon memang terbebas dari cecaran foto palsu itu. Tapi, ia juga tidak bisa membiarkan Rachel melangkah keluar dari kamar.     

"Brengsek! Cacing kelapaan!"     

"Buayaa darat!"     

"Kecoaa busuk!"     

Segala umpatan itu telah menjadi nyanyian penghias malam ini. Apalagi, pemandangan yang ia lihat tadi sungguh membuat Delon ingin muntah. Lebih ahli dirinya saat mencium Rachel, hingga perempuan itu mendesah hebat membuat gairahnya tak bisa tertaha.     

Delon menggeleng kepala saat mengingat Nino seakan tak peduli panggilan video mereka masih tersambung.     

"Memang gila," gumam lelaki itu dan seketika membuat Rachel menghentikan langkahnya cepat. Bibir yang sudah mengerucut itu langsung menoleh saat langkahnya suadah berada di garang bibir pintu dan bersiap untuk keluar.     

Sedangkan Delon terlihat sudah tidak lagj mengekori sang istri. Lelaki itu terdiam di titik tengah ruangan kamar dengan mengulas jambang.     

Rachel membalik tubuh dengan mengayun langkah kembali ke arah Delon. Perempuan itu sangat kesal dengan kelakuhan Delon. Bukannya menghentikan atau membujuk dirinya untuk tidak pergi, tapi sekarang malah berhip-hip ria dengan lamunan itu.     

Memang apa yang sedang suaminya pikirkan?     

Apa ciuman panas Nino dan Monica?     

Rachel menghentakkan kakinya dengan menggeram kecil melihat suaminya.masih tidak sadar dengan keberadaan dirinya yang kini sudah berada di depan matanya.     

"Kaaak!"     

"Apa yang sedang kamu pikirkan?!"     

Delon terkejut dengan teriakan Rachel. Lelaki itu reflek memundurkan diri menjauhi perempuan cantik itu dengan wajah tanpa ekspresi yang tidak dapat Rachel baca.     

"Kamu ...." Isak tangis Rachel mulai terdengar.     

Delon yang menyadari sikapnya pun langsung mengayun langkah maju dengan bersalah. Ia menyadari tidak seharusnya reflek menjauhi Rachel. Pasti semua ini membuat perempuan itu memikirkan hal yang tidak-tidak.     

"Say ... yang, aku—"     

"Kamu jahatt!" teriak Rachel yang langsung berlari ke arah tempat tidur mereka. Niatan untuk pergi menyusul Monica pun terlupakan. Sekarang, Rachel lebih memilih menangis di dalam gulungan selimut tebal dengan menyisakan ingat segar tentang Delon yang menjauhinya.     

"Sayang, dengarkan aku dulu. Aku bukan sedang memikirkan mereka berdua, aku hanya sedang memikirkan keahlianku lebih hebat dari Nino," ucap jujur Delon yang memang sedang memikirkan hal itu.     

Sekarang tubuh kekar itu telah berbaring di samping sang istri dengan menyanggah satu tangan di kepala, sesekali memejam mata untuk menetralkan aktivitas hari ini yang begitu melelahkan. Apalagi sifat Rachel yang semakin membuat dirinya harus lebih bersabar.     

"Sayang, jangan menangis. Kamu mau makan apa? Biar aku yang masak. Biasanya kamu suka makan malam-malam seperti ini ..."     

"Hem, ayo katakan? Kamu mau makan apa?" sambung Delon yang kini sudah memeluk tubuh ramping itu di balik selimut tebal. Isak tangis itu sudah perlahan memudar. Delon mengulas senyum simpulnya mengecup berkali-kali pucuk kepala sang istri yang masih tenggelam dalam rajukkannya.     

Lelaki itu masih memeluk tubuh itu dengan erat. Ia tidak tahu dirinya bisa sesabar ini mengahadapi seorang perempuan. Hatinya yang begis dan tidak peduli dengan kesengsaraan siapa pun hanya bisa melunak pada sang istri cantiknya. Delon memang sudah tergila-gila dengan Rachel hingga akhir hayat nanti.     

"Kamu belum tidur 'kan? Coba katakan sesuatu yang bisa membuat hatimu sekarang tenang?" pinta Delon yang seketika memunculkan kedua manik indah berwarna coklat madu dari tutupan selimut tebal yang membuat seorang Delon hampir mati jika ditinggal perempuan cantik itu.     

Rachel terlihat begitu menggemaskan dengan mata sembab dan pipi memerahnya yang sedikit terlihat dari balik selimut tebal itu.     

"Kenapa menangis? Kamu tahu kalau aku sangat mencintaimu bukan?" Pertanyaan Delon membuat kedua manik coklat itu mengubah haluan ke arah sang suami yang kini sudah mendekatkan rahang kokohnya dengan pipi putih Rachel, mengusap gemas di sana.     

Rachel mengangguk. Ia juga tidak tahu kenapa perasaannya jadi seperti ini lagi. Kenapa tadi cemburunya begitu membunuh seakan tak telah sampai di ubun-ubun. Lalu, sekarang? Ia begitu ingin dimanja sang suami? Di mana harga dirinya yang tadi menangis sesenggukan?     

"Katakan apa yang membuat istriku ini begitu marah sampai membuat mata indah ini ... basah?" Delon mencium kedua kelopak mata sang istri dengan lembut, seakan tak ingin membiarkan air mata itu jatuh kembali.     

Perempuan itu masih tidak mau berbicara hanya menggeleng kepala pelan.     

Dan hal tersebut malah semakin membuat Delon gemas. Ia pun ikut langsung ikut memasukkan dirinya ke dalam selimut tebal. Kejadian ini terulang kembali. Mood istrinya berubah-ubah dengan cepat seperti sedang membalikan buku tangan. Bukan hanya hari ini, Rachel sudah sering membuat kepala Delon hampir pecah karena 'mood swing' tersebut.     

"Kamu sangat menggaskan, Sayang. Aku ingin sekali memakanmu. Tapi, dokter masih belum memperbolehkan ...."     

"Aku mau dielus di sini .... juga tertidur di sini juga," rengek Rachel yang masih memperlihatkan wajah basah dengan membawa tangan kekar sang suami seperti biasa, di depan perutnya. Lalu, melepaska tali kimono tidur lelaki tampan itu.     

Delon masih saja memperhatikan kebiasaan baru yang akhir-akhir ini dilakukan sang istri. Jika tidak menggoda dada bidangnya, Rachel pasti tidak akan bisa tertidur. Padahal di sana sudah banyak tanda cinta yang ditinggalkan perempuan cantik itu. Sekarang hisapan bibir itu pasti akan kembali membuat tanda cinta baru.     

Delon melengkungkan garis bibirnya dengan mengusap lembut kepala belakang Rachel. Sedang tangan satunya masih membuat calon penerus Delon kecil tertidur di dalam sana.     

"Apa kamu senang membuat dadaku menjadi sebuah lukisan, Sayang?" tanya Delon yang tiba-tina tersentak merasakan ujung lidah Rachel bermain di area titik sensitifnya.     

Lelaki itu menggeram berat dengan memejamkan mata menahan serangan yang dilakukan sang istri. Jika, tidak mendengar dokter itu, pasti tubuh Rachel sudah ia masuki hingga tak terhitung berapa kali.     

"Apa yang kamu lakukan, Sayang? Aku tidak bisa melakukan itu ... kenapa kamu menyiksaku?" lenguh Delon saat melihat seringai kecil terlihat di bibir Rachel. Apalagi jemari lentik itu juga sedang meremas senjatanya yang sudah mengeras.     

"Apa ini menyiksamu, Kak? Lalu, foto itu ... juga menyiksaku. Apa yang harus kulakukan? Aku belum mendengar penjelasan dari Nino. Aku belum bisa mempercayai ..."     

"Apalagi, kamu tadi keluar rumah. Katakan, Saayang, apa yang kamu lakukan di luar sana, hm?" Rachel menyeringai senyum saat remasan itu semakin membuat tubuh suaminya menegang.     

"Hmm... ayo, katakan."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.