HE ISN'T MYBROTHER

Antoni Datang!



Antoni Datang!

0"Tuan, siapa?" tanya Rachel saat ia dengan cepat langsung mendirikan tubuhnya.     

Lelaki itu hanya mengulas senyum tampannya menanggapi pertanyaan perempuan cantik itu.     

"Hei, Tuan! Kau tuli?" Rachel mendelik saat wajah tampan itu ia kira sebagai memiliki kekurangan. Padahal, begitu sayang, jika wajah tampan itu tak bisa mendengar apa yang ia tanyakan.     

"Nona, tidak apa-apa?" Pertanyaan itu kembali keluar. Dan cukup membuat Rachel terkesiap setelah lelaki memakai tuxedo hitam itu hanya menatap lekat dan diam.     

Rachel mengangguk dengan berkata, "Kupikir seperti itu. Tubuhku tidak terluka sama sekali. Terima kasih, Tuan. Aku begitu berhutang budi."     

Rachel tidak bisa berpikir lain lagi jika dirinya benar-benar terjatuh dan membuat calon anaknya terluka. Dan jika, hal itu terjadi Rachel pasti akan menyalahkan dirinya seumur hidup. Ia bahkan tak akan pantas dipanggil menjadi seorang ibu.     

Tidak berapa lama. Rachel tiba-tiba merasakan pelukan pinggang secara possesif, lalu deratan bibir yang bersentuhan pada kulit keningnya.     

"Sayang, kamu tidak apa-apa? Di mana pak Yono?" Suara itu membuat Rachel menoleh, mendongak ke arah wajah tampan yang kini menatap dirinya dengan begitu cemas.     

Rachel hanya menggeleng tanpa mau mengeluarkan kalimatnya yang membuat hati Delon lega. Tapi, tidak masalah. Ia sudah bisa melihat keberadaan sang istri saja, hati Delon sudah begitu bahagia.     

"Lain kali jangan berlari terlebih dulu. Tunggu aku." Delon mengusap lembut pucuk kepala Rachel, lalu melirik keberadaan seorang lelaki yang begitu ia kenal. Dan bahkan, Rachel tiba-tiba merasakan pelukan Delon di pinggangnya semakin erat.     

"Nona, sepertinya keadaanmu sudah baik-baik saja. Lain kali berhati-hatilah. Jangan biarkan tubuhmu terjatuh di dalam pelukan lelaki lain. Beruntung hanya aku yang menangkapmu ...." Lelaki itu mengulas senyum tampannya ke arah Rachel yang masih menatap lekat ke arahnya.     

Sebelum lelaki itu benar-benar pergi. Ia tiba-tiba, memutar tubuhnya setengah badan ke arah Rachel.     

"Aku masih akan menghitung hutang budi yang Nona katakan. Sampai jumpa kembali, Nona!" sambungnya dengan mengedipkan satu mata ke arah perempuan cantik itu. Dan, pandangan itu beralih pada Delon dengan sorot mata yang tak terbaca.     

"Baiklah, terima kasih, Tuan." Rachel ingin membungkukkan tubuhnya untuk mengungkapkan rasa terima kasihnya. Tapi, dengan cepat Delon mencegah. Dan hal itu semakin membuat kedua alis Rachel bertaut tajam.     

'Bajingan! Kenapa dia bisa di sin?! Apa yang dia lakukan kepada Rachel tadi?' batin Delon menggeram kuat. Ia tidak menyangka musuhnya telah berada di sini.     

"Kamu kenapa, sih?"     

"Dia, yang menolongku. Aku hampir jatuh, dan anakmu juga hampir terluka. Kamu ke mana tadi? Kamu tidak ada di sini." Lanjut Rachel dengan melepas paksa peluakan Delon pada pinggangnya dan seraya mengayun langkah cepat meninggalkan suaminya yang sedang mengusap kasar wajah tampannya itu.     

Delon berlari kecil ke arah Rachel yang sudah mendorong kembali troli belanjaannya. Lelaki itu kembali meraup pinggang ramping itu dengan possesif.     

"Tadi, ada sedikit masalah, Sayang. Maafkan aku," kata Delon yang hampir mencium pipi Rachel, tapi perempuan itu menghindar.     

Delon menghela napas kasarnya. Ini memang kesalahannya. Jika, ia tidak terjebak pada mantan kliennya yang begitu menyukai dirinya tadi, pasti lelaki itu tidak akan mencuri perhatian istrinya.     

"Sayang, apa kamu mengenal lelaki tadi?" tanya Delon yang mencoba tidak peduli dengan kemarahan Rachel. Ia masih saja mengusap lembut perut rata sang istri dengan lembut, meskipun dari samping.     

"Tidak."     

Delon semakin meremas buku tangannya yang terbebas menggantung di udara. Lelaki itu benar-benar akan membuat dunia Delon semakin semakin kacau, jika kesan pertama pada Rachel sudah dia tanam dengan citra yang begitu baik tanpa cacat.     

"Jangan dekat lagi dengannya. Kamu harus menjauh dari lelaki itu. Kamu mengerti, Sayang?" tanya Delon yang dijawab dengan mengangkat bahu kecilnya.     

Delon yang melihat jawaban sang istri tidak memuaskan. Ia pun langsung menghentikan roda troli di tempat. Hingga membuat Rachel terpaksa menoleh ke arah Delon. Menatap denga rasa kesal yang luar biasa.     

"Kenapa? Masih banyak yang belum aku beli," gerutu Rachel yang sudah berkacak pinggang ke arah suaminya yang sepertinya sedang dalam level kemarahan.     

Kenapa harus dia yang marah? Seharusnya akulah yang begitu marah. Aku ini istrinya, tapi dengan begitu jelas Delon membelikan barang untuk wanita lain. Dan, juga tidak segera menemani dirinya belanja. Jika, lelaki itu tadi tidak menangkap tubuh Rachel. Pasti Rachel akan sangat membenci Delon seumur hidupnya.     

"Aku bilang kamu harus menghindar dari lelaki itu. Aku tidak main-main Rachel!" Suara tegas itu menggelegar di telinga Rachel. Ia tidak menyangka Delon bisa berkata dengan nada seperti itu.     

"Kenapa harus menghindar? Lelaki itu yang menolongku!" Rachel menunjuk ke arah bayangan hitam yang telah hilang di sana. "Seharusnya kamu ikut mengucapkan rasa terima kasihmu, karena dia sudah menangkap tubuhku yang hampir terjatuh di lantai!" teriak perempuan itu yang langsung melepas tangan kekar Delon pada besi trolinya.     

Terpaksa Delon mengendurkan kekuatannya. Ia tidak mungkin membuat istrinya semakin marah padanya.     

"Sayang, tunggu aku ... aku benar-benar minta maaf sudah berkata kasar padamu. Berhentilah dulu, aku mohon," pinta Delon yang masih berjalan mengikuti langkah cepat Rachel dengan sesenggukkan.     

'Dasar brengsek, Anton! Beraninya dia muncul begitu cepat di hadapanku! Ini sepertinya bukan kebetulan. Dia pasti sudah menaruh anak buahnya untuk memata-matai diriku dan Rachel,' batin Delon dengan mengeraskan rahangnya.     

"Jangan sentuh aku. Aku tidak Sudi kamu sentuh," tolak Rachel saat mendapati Delon akan menyentuh tangannya yang sedang megang pegangan troli.     

Delon tidak menyerah. Ia tidak ingin membuat kesan Anton begitu baik di mata Rachel. Jika, perempuan itu bagaimana rencana jahat itu padanya. Rachel pasti akan berpikir ulang untuk memberi Anton stempel lelaki baik.     

"Sayang, nanti di rumah aku akan mengatakan semuanya. Kamu tahu lelaki itu tidak sebaik yang kamu pikir," kata lelaki tampan itu yang nampak tak pernah lelah untuk membuat istrinya menoleh ke arahnya.     

Rachel berhenti di salah satu rak bumbu dapur. Meskipun ia sedang marah. Perempuan itu tidak mau membuang tenaga dua kali untuk bolak balik lagi membeli bahan bumbu dapurnya.     

"Lalu, lelaki baik seperti apa? Sepertimu yang meninggalkan istrinya sendirian pergi? Atau seperti lelaki yang memberikan hadiah kepada wanita lain tanpa seizin istrinya?"     

"Aku pikir, yang kuucapkan, memang ciru-ciri lelaki baik, bukan?" Lanjut Rachel dengan menoleh ke arah Delon yang terpaku dengan pertanyaan balik padanya.     

Rachel kembali melanjutkan mendorong trolinya. Baru beberapa lima meter dirinya mendorong, tiba-tiba dari arah depan sudah ada seorang perempuan yang sepertinya seumuran dengan Rachel berteriak memanggil nama Delon. Sontak membuat Rachel terkejut, manik mata coklatnya memanas.     

"Tuaan Deelon! Akhirnya kita bertemu lagi. Tadi, kau mengatakan ingin ke toilet. Kenapa malah di sini?"     

"Ke toilet?" Ulang Rachel dengan menggegam kuat besi dorongan trolinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.